Menjelang sore, Iris diizinkan untuk pulang. Dia pun memilih diam sambil memainkan kedua kakinya, menatap Lise yang tengah sibuk berkemas. Dia memang tidak menginap, tapi barang yang Lise bawa cukup banyak. Entah dengan tujuan apa, tapi pelayan pribadinya itu seakan membawa semua barangnya yang ada di kediaman.
Bosan menunggu, Iris berkata ingin jalan-jalan sebentar semasa Lise masih sibuk berkemas. Di sinilah Iris berada, di roof top gedung rumah sakit. Berdiri di pinggir dengan tatapan lurus ke depan juga tangannya yang secara berkala, mengusap lembut perut buncitnya. Membiarkan sapuan angin menghempaskan anak rambut panjangnya.
Bulan ini, kandungannya tepat berusia 6 bulan. Iris menyunggingkan senyum manis, merasa bersyukur karena anaknya belum dia lahirkan. Jika sudah, Iris tak bisa membayangkan, bagaimana tersiksanya sang anak kala itu. Ketika ingat kembali, Iris tak mampu menahan gelora kesedihannya.
Kesedihan itu tak terbendung bersama dengan seribu penyesalan yang membara, “Sayang. Mama akan memastikan kamu baik-baik saja dan kamu akan menjadi anak terbahagia nanti, Mama janji, sayang.”
Sekian menit meratap, Lise pun datang menghampiri, berkata jika dia sudah selesai berkemas. Karena ingin cepat pulang, Iris mengangguk dan mulai melangkah beriringan menuju basemen. Yang pasti, Iris melarang Lise untuk berjalan di belakangnya. Yang padahal, Iris tak pernah suka Lise atau bawahannya yang lain, berjalan di sisinya.
Perubahan Nyonya memang mengejutkan tapi sekaligus membuatnya senang, jika bisa meminta, biarkan Nyonya seperti ini terus sampai selamanya. Bahkan, untuk sekian lama, Lise bisa kembali melihat senyum tulus Nyonya yang sangat di rindukannya. Karena semasa kanak-kanak, Nyonya adalah anak yang ceria dan murah senyum.
Tapi semenjak kejadian itu menghampiri, senyum dan keceriaan Nyonya lenyap bersama sikap buruknya yang muncul. Lise adalah bukti nyata, sebagai saksi perjalanan hidup Nyonya dari kanak-kanak bahkan sampai sebentar lagi menjadi Ibu, dan Lise? Dia masih sendiri saja sampai sekarang, belum ke pikiran untuk membina rumah tangga.
Lise Pernille adalah anak dari pelayan setia Ibu Iris, karena tak ingin kekerabatan itu terputus, Ibu Lise pun meminta anaknya agar mau menemani Nyonya. Yang awalnya berteman main, sampai akhirnya di beri kepercayaan oleh Ibu Iris untuk menjadi tangan kanan gadis itu, bukan tangan kanan, lebih tepatnya seseorang yang harus setia bersama Iris di segala kurun waktu.
Hingga sekarang, Lise masih menunjukkan betapa kuatnya kesetiaan dia terhadap sang Nyonya. Lise pantang berkhianat, betapa beruntungnya Iris saat ini. Dia mendapat kesempatan kedua dan terlahir kembali sebelum pelayan setianya tewas. Iris berjanji, dia akan memperbaiki semua kekacauan yang pernah dia buat di masa lalu.
45 menit setelah menempuh perjalanan panjang, Iris pun tiba di gerbang pertama. Iris ingat betul, gerbang ini adalah gerbang awal sebelum dia harus melewati 3 gerbang lagi di depan sana. Memang terlihat menyebalkan, karena untuk sampai di pintu utama kediaman, Iris butuh waktu sekitar 15 menit guna melewati gerbang demi gerbang.
Dari gerbang pertama menuju gerbang kedua, Iris di sajikan pemandangan sebuah tanaman bunga yang indah. Mereka bermekaran tanpa beban, betapa cantiknya menjadi bunga. Lalu melewati gerbang kedua menuju gerbang ketiga yang jaraknya sangat jauh, Iris di beri santapan yang sedikit mengerikan. Karena setelah keindahan ada kegelapan.
Sepanjang jalan gerbang kedua menuju gerbang ketiga, hanya ada hamparan tinggi pepohonan yang berdaun tebal. Iris bergidik ngeri, dia tak akan pernah mau berjalan kaki melewati gerbang ini. Lagian, mengapa juga harus membuat gerbang serumit ini? 1 gerbang pun cukup! Mengapa harus 3 yang sangat memakan waktu?!
Lelah protes dalam hati, Iris pun turun setelah sopir membukakannya pintu. Dia tersenyum sekilas yang malah mengejutkan sopir. Sopir itu adalah sopir yang di percaya untuk mengantar Nyonya ke mana pun dia pergi. Jelas, sopir itu tahu bagaimana keseharian Nyonya yang tak pernah bosan bersikap angkuh juga sombong. Tapi apa ini?! Nyonya .... Nyonyanya tersenyum?!
Menyadari keterkejutan Lemar Roberts yang tak lain sopir pribadi Nyonya, Lise pun tersenyum tipis. Mengangguk seakan memberi kode, bahwa Nyonya baik-baik saja dan dia memang benar tersenyum. Lemar pun tak ingin bertanya lebih, dia mempersilakan Nyonya dan Lise melangkah memasuki kediaman yang kelewat luas ini.
Iris tak asing lagi dengan kediaman besar ini, kediaman yang menyita banyak kenangan mengerikan tentang kekejamannya. Kekejaman Iris si wanita angkuh dan sombong yang tak pernah segan menyiksa pelayan kediaman. Dia begitu mudah terbakar emosi meski hanya diawali kesalahan kecil. Iris benar-benar duplikat iblis berwajah Dewi mitologi Yunani.
Menekan tombol di sisi kanan, Lise membiarkan pintu terbuka secara otomatis. Dia mempersilakan Nyonya masuk lebih dulu, “Nyonya. Anda mau langsung ke kamar untuk istirahat?”
Iris mengangguk, dia tak munafik. Pinggangnya mulai terasa panas karena pegal, dia butuh istirahat dengan tidur yang cukup di kamar. Untuk tindakan selanjutnya, akan Iris pikirkan setelah bangun tidur. Karena Iris tak mau menyiksa anaknya di dalam sana, anaknya harus sehat dan selalu baik-baik saja.
Selepas mengantar Nyonya dan memastikan Nyonya nyaman dalam tidurnya, Lise kembali turun ke lantai dasar. Dia melewati kerumunan pelayan yang tampak terus mengikutinya, “Tadi kami lupa menyambut kedatangan Nyonya. Apakah beliau tak marah?”
Salah seorang pelayan menggigit kuku cemas, mereka diwajibkan menyambut kedatangan Nyonya setiap kali Nyonya sehabis pergi keluar. Itu perintah Nyonya yang jika mereka langgar, Nyonya tak akan segan menyiksa lalu memecat mereka tanpa hormat. Mereka yang butuh pekerjaan, tentu saja merasa cemas juga khawatir berlebih.
Tadi, mereka terlalu sibuk dengan pekerjaan masing-masing dan juga lupa menanyakan pada Lise, kapan Nyonya pulang. Ini tak sepenuhnya salah teman-teman pelayannya, tapi Lise juga turut salah. Dia lupa mengabari tadi, “Aku yang salah. Aku lupa mengabari jika Nyonya akan pulang, pokoknya kalian tenang saja, aku yang akan meminta maaf langsung pada Nyonya.”
Teman pelayan Lise menatapnya dengan tatapan haru, selama ini, Lise selalu melindungi mereka dengan membiarkan tubuhnya menjadi samsak kekesalan Nyonya. Lise tak pernah mengeluh, bahkan dia tak pernah memudarkan senyumnya setelah di siksa sekian parah oleh sang Nyonya. Betapa malangnya Lise Pernille.
Tapi melihat perubahan drastis Iris, Lise berharap, semoga saja Nyonya tak memperkeruh suasana dengan menyiksanya terus menerus. Lise tak masalah sebenarnya, tapi jika dia jatuh sakit, siapa yang akan melayani Nyonyanya? Karena Nyonya begitu membenci orang asing sekalipun mereka pelayan lama tapi jika Iris jarang melihatnya, Iris tak akan mengizinkan pelayan untuk masuk.
Hanya Lise yang mampu bertahan di sisi Iris meski fisik dan mental terus di guncang dengan hebatnya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Perjuangan Dia Yang Terlahir Kembali
FantasyIris Clooper di kehidupan pertama, sangat membenci suaminya yang otoriter, impulsif, dan pasif. Bukankah sangat lengkap untuk menjadi kandidat dirinya benci? Apalagi, dia di buat hamil anak pria itu. Iris tidak menyukai kehamilan yang hanya akan me...