51 - Ketakutan

50.2K 3.5K 124
                                    

"IBU!"

Puti terkejut setengah mati mendengar suara teriakan putrinya di tengah pekerjaannya yang tengah melayani nafsu birahi seorang pelanggan. Puti buru-buru mendorong dada bidang Erick yang dengan wajah dongkol, terpaksa melepas penyatuan. Pria itu menatap tajam Elea yang ketakutan, Puti langsung bergegas memakai pakaiannya yang memang ada di ruang tamu dengan kilat.

"Elea!"

"Ibu sedang apa?"

Erick yang masih telanjang bulat, merengkuh Puti dari belakang, tidak membiarkan wanita bayarannya memberontak. "Kami sedang bercinta, kau tahu bercinta? Yaitu hubungan seksual antara pria dan wanita, seperti kami tadi."

"Tidak! Kau pasti menyakiti Ibuku!"

"Mana ada? Ibumu malah akan kesenangan! Dia itu pelacur!"

Elea menatap Ibunya yang menggeleng, "Elea, jangan dengarkan dia. Kamu masuk ke kamar sekarang ya?"

Tanpa kata, Elea berlari menaiki tangga menuju kamarnya, begitu pula dengan Erick yang langsung menyeret Puti menuju kamar wanita itu. Melemparnya ke atas ranjang dengan sangat kasar, "Aku belum puas! Kau mengecewakanku sialan!"

Pintu tidak tertutup rapat, Erick sudah lebih dulu melanjutkan aksinya, membuat Elea yang diam-diam mengintip, membekap mulutnya agar tidak kelepasan terdengar isak tangis. Elea dengan jelas mendengar suara-suara aneh dari Ibunya, "Ahh! Iya! Enak sayang! Lebih cepat!"

Enak? Ibu benar-benar kesenangan? Ibu tidak kesakitan?

Dari sejak itu, Elea yang ceria berubah pendiam. Apalagi, tiap malam, Puti akan menemaninya tidur, tapi Elea hanya pura-pura tidur. Dia akan menyusul keluar kamar setelah 20 menit Ibunya pergi dari kamarnya. Dari malam itu, Elea menyaksikan sendiri bagaimana Ibunya di sentuh pria berbeda setiap malam. Tiada henti Elea menangis di kamarnya tiap malam.

Gadis sekecil dirinya, harus di hadapkan masalah pelik orang dewasa. Elea ketakutan, dia ingin pergi tapi yang dia punya hanya Ibunya. "Ibu apa yang selalu kau lakukan? Mereka mengerikan!"

Sementara itu di kediaman Vestergaard, Elazein dan Koa baru saja selesai menggelar alas berwarna putih ke atas rerumputan di taman belakang, Iris tak lama menyusul dengan makanan di atas nampan. Koa dan Elazein saling mendahului untuk membantu Iris, Iris hanya tertawa pelan melihat tingkah mereka.

"Dad! Aku yang lebih dulu datang!"

"Kata siapa? Kakiku lebih panjang! Jelas aku yang lebih dulu datang!"

"Aku yang akan membantu Mommy, Dad! Daddy menjauh lah!"

"Apa sih? Aku yang akan membantu istriku!"

Iris mengangkat satu tangannya ke atas, "Sudah diam! Aku bisa sendiri," pada akhirnya, Iris menata seorang diri semua makanan yang dia bawa ke alas yang sudah di gelar. Mereka bertiga menikmati suasana sore dengan sangat harmonis dan membuat iri semua yang melihat.

***

Ketika usia kandungan Iris memasuki bulan ke 7, wanita itu tampak perlahan turun dari mobilnya, memasuki perusahaan besar milik sang suami. Dia juga kembali bertemu dengan Likke yang dulu melarangnya masuk, seorang resepsionis yang sekarang sangat menghormatinya. Begitu juga dengan sekretaris Mel yang sungguh segan padanya dan malu jika mengingat kejadian beberapa tahun lalu.

"Sekertaris Mel, apakah suamiku ada di ruangannya?"

"Ada, Nyonya. Tapi Tuan sedang kedatangan tamu penting dari luar negeri," Ucap sekretaris Mel dengan segan dan penuh hormat.

Perjuangan Dia Yang Terlahir KembaliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang