23 - Boneka Hidup

86.4K 6K 55
                                    

Selesai makan malam, kedua keluarga besar itu memilih untuk beristirahat di kamar masing-masing. Iris dan Elazein melakukan yang sama, karena sudah sejak siang, Iris tiada henti beraktivitas. Kini waktunya Ibu hamil itu istirahat, Elazein pun langsung memboyong istrinya memasuki kamar yang memang milik Elazein di kediaman tua ini.

Di kamar, Iris memeluk Elazein dengan manja. “Sepupumu kenapa jarang pulang? Bukankah, dia itu tipe pria yang sangat menyayangi keluarganya?” tanya Iris sembari mengusap-usap rahang tegas suaminya dengan gemas. Ini adalah suatu kebiasaan Iris yang baru sejak terlahir kembali.

Elazein menggeleng, “Aku tidak tahu. Tapi yang pasti, Elzio itu seorang kriminalitas yang suka sekali bermain dengan darah dan senjata tajam. Mungkin dia jarang pulang karena sedang melaksanakan suatu misi, aku yakin, Elzio tidak akan bertindak di luar batas. Dia sangat mencintai anak perempuannya dan juga istrinya,”

Meski tak tahu bagaimana kisah Elzio dan keluarga kecilnya di masa lalu, tapi setidaknya, desas-desus yang pernah membawa nama mereka pernah terkenal pada masanya. Yang Iris ingat, hanya tentang satu skandal yang melibatkan Elzio Jensine, dia pernah di duga berselingkuh. Tapi tidak tahu, entah berita itu di masa lalu hannyalah mitos yang tak berdasar, atau bagaimana, Iris tidak tahu.

 Keesokan paginya, Iris terbangun lebih dulu. Wanita itu memilih bangkit, membasuh wajah, sikat gigi, dan merapikan rambutnya. Iris ingin jalan-jalan pagi tapi Elazein masih nyenyak tidur dan karena tidak tega membangunkan, Iris pun memutuskan untuk pergi jalan-jalan seorang diri. Dia berjalan menyusuri kediaman tua yang memiliki dekorasi luar biasa.

Bangunan kokoh dengan 6 lantai yang jauh lebih mirip dengan penginapan, luasnya yang tak terkira dengan di kelilingi hutan buatan, dan banyak sekali perkebunan seperti kebun anggur, stroberi, dan lain sebagainya. Iris menyukai desain kediaman tua yang mengambil ide Eropa klasik. Entah siapa pencetusnya, tapi Iris ingin sekali mengucapkan terima kasih karena dirinya begitu mengagumi arsitektur kediaman tua ini.

Karena lelah berjalan, Iris pun memutuskan untuk duduk dengan pemandangan depan yang menyajikan tanaman berbagai macam jenis bunga yang sangat cantik dan terawat. Di kediaman ini juga ada rumah kaca, rumah kaca itu milik Ibu mertua. Nanti kapan-kapan, Iris akan meminta Ibu mertua agar mengajaknya ke rumah kaca. Iris jelas tahu, tidak boleh sembarangan orang memasuki kawasan milik Nyonya sah Lund.

Sambil mengelus perutnya secara memutar, Iris terus menatap lurus ke depan hingga pandangannya terhenti pada seseorang yang membelakanginya. Kening Iris berkerut, bukankah dia Ibu dari si cantik Exiora? Benar, kalau begitu, wanita itu berarti istri dari sepupu Elazein yang menekuni dunia gelap. Jika Elazein si gila bisnis maka Elzio berbeda, dia lebih suka berkutat dengan taktik penyerangan daripada berteman dengan kertas.

Punggungnya saja begitu cantik, istri dari sepupu Elazein memang terlihat lemah lembut, setidaknya, itulah kesan pertama Iris terhadap istri dari sepupu Elazein, tidak buruk, karena perangai wanita itu jauh berbeda dari para rubah Lund yang gila harta. Ketika wanita itu membalikkan tubuhnya, dia tersenyum ramah pada Iris yang tentu di balas tak kalah ramah. “Aku boleh bergabung?” Tanyanya yang dibalas anggukan kecil oleh Iris.

Keduanya duduk bersisian, “Kamu istri Elazein?” Tanya wanita itu sembari menoleh, wajahnya sangat cantik, khas warga Asia dengan mata hitam pekat. Iris tersenyum, “Benar. Kalau kau? Istri Elzio kan?”

Meski baru pertama kali bertemu, kedua wanita itu tampak mudah sekali akrab. “Iya, sayang sekali, dia tidak bisa ikut menemaniku dan putri kami ke sini. Padahal biasanya, suamiku tak pernah membiarkan aku dan putri kami menghadiri acara keluarga tanpa di temani dirinya. Entah apa yang membuatnya sampai sesibuk ini,” Ucapnya.

Iris tersenyum kikuk, istri dari sepupu Elazein menceritakan keluhannya tanpa Iris duga. “Mungkin ada pekerjaan yang tidak bisa dia tinggalkan,” Balas Iris seadanya yang malah dibalas anggukan pelan. “Mungkin, tapi biasanya, dia akan selalu memprioritaskan aku dan putri kami dari apa pun itu, termasuk pekerjaannya yang mungkin penting.”

Perjuangan Dia Yang Terlahir KembaliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang