Tak tahu bahwa Lise telah melewati segudang drama hanya agar bisa mewujudkan keinginan Nyonya, Iris tampak senang berjalan ke sana kemari diikuti Lise, Laila, dan Lemar. Mana mungkin Elazein membiarkan hanya tiga wanita yang pergi ke pasar hewan laut? Tentu saja dia memerintahkan Lemar untuk ikut menemani juga, lebih tepatnya menjaga Nyonya.
Di beberapa tempat, Iris terlihat sangat antusias mendatangi hewan-hewan laut yang memang untuk konsumsi. Kelakuannya itu menimbulkan tanda tanya sekaligus perasaan senang pada ketiga orang di belakang Iris. Sudah lama sekali, bahkan tak pernah lagi mereka lihat Nyonya bisa sebahagia ini hanya karena ikut ke pasar hewan laut.
Tak mau melupakan tugasnya dan terlena akan keindahan wajah cantik Nyonya, Lemar pun lekas mengambil ponselnya. Merekam beberapa video dan memotret beberapa foto secara diam-diam yang akan dia kirimkan ke asisten Ludwig. Seperti tugas yang asisten Ludwig berikan khusus untuknya.
Terkirim.
Berarti asisten Ludwig telah menerima pesan Lemar, dia pun membuka satu video yang menarik perhatian. Melihat bagaimana antusiasnya Nyonya yang tanpa sadar, membuat Ludwig tersenyum. Elazein menyadari keanehan asistennya, dia pun memanggil asisten Ludwig, merampas ponselnya dan turut melihat apa yang asisten lihat.
Ketika wajah sang Tuan berubah mengerikan, asisten Ludwig pun turut mengubah raut wajahnya menjadi pias. "Ludwig, jika kau berani memandangi istriku kembali, jangan harap matamu masih utuh di tempatnya!"
Asisten Ludwig menelan susah payah air liurnya, "Maaf. Maaf atas kelancangan saya, Tuan."
Elazein berdecih, melempar kasar ponsel asisten Ludwig hingga kacanya remuk tak terbentuk. Asisten Ludwig hanya bisa tersenyum miris, mengelus dada dengan rasa tak rela saat ponselnya kembali hancur di tangan sang Tuan. "Apa yang dia lakukan di sana?"
"Belanja hewan laut, Tuan." Asisten Ludwig menjawab pertanyaan Tuannya dengan sigap.
Tetapi balasannya, "Tcih! Tidak berguna,"
Asisten Ludwig menatap miris Tuannya, Tuan memang sangat menyebalkan tapi dia tak pernah berani membantah lebih jauh. Kalau sampai nekat, Tuan tak akan pernah segan memutuskan lehernya, membiarkan kepalanya terpisah dari tubuh. Jelas, asisten Ludwig masih ingin hidup, jadi dia, hanya bisa memendam kekesalan, sudah terbiasa sebenarnya.
Sementara itu, Iris sudah puas menjelajahi semua bagian pasar yang menjual hewan-hewan laut, dia juga sudah mendapatkan apa yang dia mau yaitu gurita. Kini, Iris kelelahan, wanita itu memutuskan untuk pulang sekarang juga. Beruntung, bayinya begitu pengertian jadi tak rewel sedikit pun.
"Nyonya, saya sudah buatkan cokelat dingin."
Iris tersenyum, "Oke. Terima kasih, Lise."
"S-sama-sama, Nyonya," Rasanya masih begitu asing saat Nyonya terus tersenyum ke arahnya.
Sambil menikmati segelas cokelat dingin buatan Lise, Iris memandangi langit malam. Dia meminta Laila agar memasak gurita keinginannya untuk makan malam saja. Jadi sambil menunggu makan malam tiba, Iris duduk di balkon. Merasakan sejuknya embusan angin malam yang menusuk pori-pori kulit secara perlahan.
Berkat ingatannya yang tak hilang sepeser pun, Iris jadi bisa mengetahui hal apa yang akan terjadi esok. Dia telah mendapatkan gambaran dari kehidupan pertamanya, ada beberapa peristiwa yang memang harus Iris singkirkan atau ubah dengan hati-hati. Selain menjadi Ibu yang baik, Iris juga akan mengubah masa depan orang sekitarnya, dia tak akan membuat orang-orangnya kesusahan kalau dirinya bisa memperbaiki.
Kalau Tuhan tidak mengizinkan, mungkin Iris hanya akan mencegah peristiwa merugikan. Dia sadar, dia tak punya kuasa untuk mengubah masa depan seseorang. "Mama harap, kamu lahir dengan sehat nantinya, sayang. Dan semoga, tepat pada waktunya ya."
Iris tidak mau anaknya menderita penyakit jantung bawaan di kehidupan kedua ini, anaknya harus sehat dan lahir tepat pada waktunya nanti. Maka sebisa mungkin, Iris akan mengatur jadwal makannya dengan baik. Dia juga sudah berencana, ingin menemui Dokter Vinsa Rigmor. Beliau adalah Dokter hebat di masa depan, Iris mengetahuinya dari kehidupan pertama.
Di kehidupan pertama, Dokter Vinsa Rigmor akan menjadi Dokter spesialis kandungan terbaik sedunia setelah berhasil menyelamatkan banyak nyawa Ibu dan anak yang melahirkan dalam keadaan sulit. Iris harus menjalin hubungan baik dengan Dokter Vinsa Rigmor, tentu agar anaknya bisa tetap sehat atas penanganan Dokter Vinsa Rigmor.
Beberapa tahun lagi, masa jaya Dokter Vinsa Rigmor akan tiba. Wanita yang akan berusia 34 tahun saat masa jayanya tiba itu, akan berubah sangat ketat dalam seleksi pasien. Dia benar-benar hanya memilih pasien yang sangat membutuhkannya. Beruntung, Iris belum terlambat untuk menjilat Dokter Vinsa Rigmor.
"Lise, bisa ambilkan ponselku?" Sejak kembali ke kehidupan kedua, Iris ingat jika dia belum pernah menyentuh benda pipih satu itu lagi.
Lise pun tak bertanya lebih, dia langsung mengangguk dan pamit mengambil ponsel Nyonya. Sambil menunggu kedatangan Lise, Iris menyentuh perutnya, mengusapnya begitu lembut. "Mama akan memastikan yang terbaik untukmu, sayang."
Tanpa di sadari olehnya, di belakang, ada Elazein yang kini menatap punggung Iris dalam diam. Tatapannya melembut dengan sinaran hangat di hatinya tatkala Iris berbicara begitu tulus pada bayi mereka. Aku ingin kamu yang seperti ini, bisakah terus begini? Jangan kembali berubah, pria itu membatin resah.
Dia ingin sekali menghampiri Iris, mendekap erat tubuh ringkihnya dan membisikkan kalimat pujian juga banyak-banyak terima kasih. Terima kasih telah menjadi wanita terhebat sedunia, wanita yang rela mengandung darah dagingku. Sayangnya, Elazein hanya berani bicara di dalam hatinya.
Dia terlalu takut untuk mengungkapkan, takut jika Iris yang merasa risih akan sikapnya, kembali terobsesi ingin melenyapkan bayi mereka. "Tuan?"
Bukan hanya Elazein yang memejamkan matanya terkejut, tapi juga Iris yang kini berdiri, menatap Elazein tak kalah terkejut. "El? Kamu melakukan apa di sana?"
Elazein mendadak salah tingkah saat Iris menatapnya... Lembut? Elazein lekas menggeleng, pria itu berbalik dan melangkah pergi meninggalkan Iris yang menatap nanar punggung tegapnya. "Nyonya? Anda baik-baik saja?"
Mencoba tetap tersenyum meski terpaksa, Iris menganggukkan kepalanya. "Lise, aku mengantuk. Temani aku ke kamar,"
"Baik, mari Nyonya."
Tiba di kamar, Iris meminta Lise untuk istirahat juga. Dia pun masuk ke dalam kamarnya dan berbaring dengan tatapan kosong, dia dan Elazein telah pisah kamar atas permintaan Iris sendiri. Iris merasa, jika dulu, Elazein adalah pria bajingan. Pria itu memiliki tambatan hati lain sementara istrinya sedang susah payah mengandung anak pria itu.
Sebenarnya, pemikiran Iris di masa lalu juga tak sepenuhnya salah. Dia berpikir demikian karena Elazein yang tak pernah menyempatkan waktunya sedikit pun untuk menemani atau sekedar bertanya, bagaimana kehamilan Iris, apakah baik-baik saja atau apakah bayi mereka rewel. Mirisnya, di masa lalu, Iris tak mendapatkan itu dari Elazein.
Apalagi, saat ini, Iris baru berusia 20 tahun. Dia dinikahi Elazein ketika berusia muda, masa yang harusnya masih sibuk dengan jalan-jalan bersama teman, Iris malah sudah di sibukkan dengan pernikahannya bersama Elazein yang sungguh hambar.
"El, aku merindukanmu. Aku ingin memelukmu!" Kedua matanya berkaca-kaca dan mulai meluruhkan tangis yang seakan sangat tersakiti
Melalui tayangan layar laptop, dia menatap sendu Iris. Maafkan aku, Iris.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Perjuangan Dia Yang Terlahir Kembali
FantasyIris Clooper di kehidupan pertama, sangat membenci suaminya yang otoriter, impulsif, dan pasif. Bukankah sangat lengkap untuk menjadi kandidat dirinya benci? Apalagi, dia di buat hamil anak pria itu. Iris tidak menyukai kehamilan yang hanya akan me...