43 - Menciptakan Musuh

63.1K 4.4K 303
                                    

Bayi tampan yang selalu menjadi pusat perhatian, sekarang sudah berusia 5 tahun. Iris dan Elazein mengurus anak mereka dengan sangat baik, anak laki-laki itu tumbuh semestinya dengan kejeniusan di atas rata-rata. Bahkan guru-guru di sekolah pun, mengatakan bahwa Koa sudah tidak cocok berada di taman kanak-kanak.

Ucapannya sangat lancar jaya apalagi jika menistakan Ayahnya sendiri, itu hobi Koa. "Daddy, kau jelek dengan wajah seperti kera itu." Koa tanpa takut, mencela Ayahnya sendiri yang berwajah masam, Iris sampai tertawa di buatnya.

"Untung kau anakku,"

"Kalau bukan memangnya kenapa? Aku tampan, kau tidak akan rela melukai wajah tampanku atau menodai kepolosanku,"

"Halah! Kau sudah tidak sepolos itu,"

Koa mengerjap, "Apa maksudmu, Dad? Kau mengatai aku apa? Mom lihat Daddy, aku di bilang sudah tidak polos."

Tentu saja Iris akan berpihak pada putra tampannya, "Elazein! Bersikap baik di depan anak kita, jangan bicara macam-macam apalagi sampai melampaui norma!"

"Dengarkan, Dad? Kau sudah melampaui norma, aku ini masih unyu-unyu, masih polos, masih murni seperti air yang mengalir langsung dari pegunungan." Koa tersenyum penuh kemenangan, melihat Daddynya yang selalu kalah jika dia ajak berdebat, apalagi kalau ada Mommynya.

"Kau pikir kau rucika? Dimana air mengalir sampai jauh?" Tatapan Elazein beralih pada Iris, "Sayang. Ayo buat anak baru, Koa sepertinya butuh di pecat jadi anak."

"DADDY!! Aku tidak suka Adik!!" Koa berkacak pinggang, membuat Iris melipat bibir ke dalam menahan tawanya.

"Siapa yang mau memberimu Adik? Aku ingin membuat anak baru! Kau akan ku depak! Jadi anak baruku, bukan Adikmu!"

Begini terus setiap hari pemandangan Iris di kediaman, tidak jauh-jauh dari perdebatan Elazein dan Koa. Apa Elazein lupa? Dulu, pria itu yang sangat rajin menggantikan popok Koa tengah malam, memandikan Koa di pagi hari kalau malamnya Iris dia buat begadang. Sekarang? Elazein malah seperti menciptakan musuh untuk dirinya sendiri.

"Daddy! Anak barumu juga anak Mommy berarti Adikku! Aku tidak suka Adik! AAAAA AKU TIDAK SUKA ADIK!!"

"Sayang, ayo ke kamar, kita buat anak baru." Elazein semakin menjadi menjahili anaknya, pria itu merangkul pinggang Iris dengan mesra, membuat Koa geram dan menggigit tangannya. "Argh! Kau seperti vampir! Dasar anakku!"

Koa mencebik, "Kau mengakui jika aku yang tampan ini anakmu?"

"Tidak! Aku typo, maksudnya anak yang terbuang! Ayo, sayang, kita buat anak baru."

"DADDY!!!"

Tawa Elazein pecah, pria itu mengangkat Koa ke dalam gendongannya lalu mengajaknya berputar-putar, hingga tawa dari kedua laki-laki berbeda usia, memenuhi kediaman. Iris tersenyum, sampai mengusap air matanya yang tanpa sengaja turun. Ini adalah pemandangan manis yang tidak pernah dia lihat di kehidupan pertama.

Tuhan, terima kasih untuk kesempatan kedua darimu ini. Aku sangat bahagia.

***

Acara ulang tahun Koa yang ke 5 di rayakan dengan sangat megah dan mewah seperti tahun-tahun sebelumnya. Bocah laki-laki itu sebenarnya tidak pernah mau ulang tahunnya di rayakan setelah dia lancar bicara di usia 1,5 tahun. Koa bilang, merayakan ulang tahun adalah hal memalukan padahal itu yang di inginkan semua anak-anak seusianya.

Di tengah acara, Koa kembali membuat ulah. Di tahun lalu, Koa ketahuan menceburkan diri ke kolam sampai seisi kediaman panik bukan main. Kali ini, Koa mengendap-endap pergi menuju rooftop, sebab acara kali ini, bukan di kediaman Vestergaard, melainkan di kediaman tua Lund. Atas paksaan Eduardo Lund yang ingin sekali saja ulang tahun cucu kesayangannya di rayakan di kediaman tua.

Iris membantu membujuk Elazein sampai suaminya itu terpaksa menyetujui, sekarang, Koa yang kelewat jenius di usia 5 tahun sudah berhasil menjauh dari pusat acara. Bocah itu celingak-celinguk mencari di mana kah keberadaan lift sampai tubuhnya tiba-tiba melayang. "Hayo, kamu ketahuan kabur lagi!"

"NO! AAA DADDY! KOA TIDAK MAU ULANG TAHUN!"

Elazein membekap mulut anaknya agar tidak berteriak, "Jangan teriak anakku yang tampan! Semua orang akan berpikir jika aku penculik! Kamu harus kembali ke acara! Jangan berbuat aneh-aneh atau aku akan mengajak Mommymu membuat anak baru!"

Ancaman berhasil, Koa tidak lagi meronta di gendongan Ayahnya. Elazein mengikuti serangkaian acara dengan Koa yang tetap dia gendong, takut lengah sedikit, Koa akan kembali membuat ulah. Selesai acara yang menurut Koa sangat merepotkan, kini semua keluarga Lund tengah berkumpul di ruang keluarga yang kelewat luas dan lega.

Anak-anak seusia Koa berlarian ke sana ke mari, berbeda dengan Koa yang anteng di pangkuan Ayahnya. Bukan tidak ingin ikut main, Koa hanya di tahan Ayahnya agar tidak membuat masalah. Sekian lama tidak pernah ke kediaman tua, Elazein dan Iris hanya diam sampai kedatangan seorang wanita yang tentu mereka kenal, membuat Iris sangat terkejut.

"Puti Josephine?"

Sang empunya nama tersenyum ramah ke arah Iris, "Hai menantu."

Wajah Iris mendadak bingung, "Ha?"

Eduardo lekas berdehem, "Zein, Iris, dan cucuku sayang, aku ingin memperkenalkan beberapa orang kepada kalian." Tidak lama, Rose dan Georgia turut datang, membuat Iris menatap penuh tanya pada orang kepercayaan Ibunya itu. "Lihat mereka bertiga, mereka adalah istriku, Ibu tirimu, Zein."

"Apa?" Elazein kira, telinganya bermasalah, ternyata Ayahnya yang bermasalah. "Kakek menikah dengan wanita muda? Selera Kakek bagus, sayangnya Kakek mirip pedofil." Ucapan sarkas Koa di setujui dengan tegas oleh Ayahnya sendiri. Kali ini, Elazein akan berpihak pada musuhnya, maksudnya, anaknya.

Jika yang bicara orang lain, Eduardo pasti marah, sayangnya yang bicara itu cucu kesayangannya sendiri. Dia pun tersenyum paksa, "Kakek bukan pedofil, boy. Seperti yang kamu bilang, selera Kakek lah yang bagus." Ucapnya membela diri, sembari tersenyum manis ke arah Koa, membuat anak lain seusia Koa, mengerucutkan bibirnya.

"Ayah, aku patah hati. Kau bisa bersikap manis padanya sedangkan padaku tidak,"

Semua pasang mata mengarah pada gadis kecil yang baru berusia 4 tahun, wajahnya cemberut. Membuat Koa mengerucutkan kening, "Pendek. Kau iri padaku? Pantas sih, semua orang akan iri padaku yang sempurna ini."

"Kamu menyebalkan! Ayah selalu bersikap cuek padaku tau!"

"Itu urusanmu! Eh tapi, siapa Ayahmu?"

"Ayah Eduardo!"

Mata Elazein terbelalak, apakah gadis kecil itu Adiknya? Astaga! Masa iya Elazein memiliki Adik tiri yang lebih muda dari anaknya sendiri? Ini memalukan! Elazein mengutuk Ayahnya dalam hati. "Ppfftt! Kau anak dari Kakek? Berarti kau Bibiku? HAHAHA! KAU SUDAH PENDEK TERUS TUA LAGI! DASAR BIBI PENDEK!!"

"Ibu!" Gadis kecil itu menangis dan berlari ke pangkuan Ibunya, membuat Iris menghela napasnya kasar saat bocah itu berlari ke arah Puti Josephine.

"Dia anakmu?" Tanya Iris yang langsung di angguki oleh Puti Josephine.

Astaga, kehidupan keduaku benar-benar di luar nalar dan prediksi BMKG.

***

Follow + Vote + Spam Koment!!

Perjuangan Dia Yang Terlahir KembaliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang