Semenjak peristiwa di ruang kerja Elazein tadi, Iris jadi banyak melamun. Wanita itu yakin jika asisten Ludwig pasti tetap mendatangi rapat di kota Yale. Iris tidak bisa mencegahnya, atau semua takdir seseorang di masa lalunya memang tidak bisa di ubah? Termasuk, masa depan Elazein nanti.
Jika iya, Iris mendadak di landa kegalauan. Wanita itu terus merenung sambil mengusap perutnya, dia tahu bagaimana rasanya tidak memiliki orang tua ataupun terlahir di antara orang tua yang tak akur. Iris tahu rasanya. Dia tak mau bayinya merasakan hal yang sama, Iris ingin yang terbaik untuk bayinya.
Dia pun menunduk, “Sayang. Kamu mau Papa hanya tetap untukmu atau biarkan Papa dengan yang lain?”
Dug!
Seakan tak setuju, bayinya menendang cukup keras. “Sayangnya Mama tak mau Papa dengan yang lain?” Seperti menjawab, bayinya kembali menendang yang berhasil menerbitkan senyum manis di wajah Iris.
“Kalau begitu, kita berjuang bersama ya? Kita buat Papa menyayangimu juga Mama, dan hanya menjadikan kita satu-satunya sumber kebahagiaan Papa. Kita boleh egois untuk sekali ini saja,” Iris tersenyum dengan begitu cerah.
Iris berharap, semoga untuk yang kali ini saja, Tuhan mengabulkan keinginan sederhana bayinya juga dirinya. Elazein, hanya boleh memandangnya juga anaknya, jangan memandang yang lain. Jika nanti wanita masa lalu suaminya datang, Iris siap sedia untuk melawan.
Bukan dalam artian bersaing, Iris hanya ingin mencegah adanya kata jatuh cinta di antara dua orang itu. Tapi jika Elazein telah memutuskan pilihan dan hanya ingin dengan wanita masa lalunya, Iris akan mundur. Dia tak lagi memaksa kehendak, biarkan alur berjalan sekehendaknya tetapi bayinya, hanyalah miliknya.
Sekarang, masalah asisten Ludwig yang mengganggu pikiran Iris. Dia berusaha keras mencari solusi, apa yang harus dia lakukan untuk mencegah adanya keputusan dangkal asisten Ludwig? Dia tak boleh mati! Asisten Ludwig harus menikah, setidaknya, menikah dengan Lise. Hehe.
“Iris,” Elazein, apakah pria itu menghampirinya? Iris sempat mengabaikan, dia pikir, suara berat Elazein hanyalah halusinasi semata tapi .... Mengapa langkah kaki terdengar nyata?
Dia pun menoleh, memasang wajah cemberut seakan tengah merajuk pada suaminya. “Mengapa kau ke sini? Sana pergi! Belum cukup menjadi Ayah yang buruk untuk bayiku?” Iris menatap sinis lalu melempar pandangan ke sembarang arah.
Lagi, tangan besar itu mengusap kasar wajahnya. “Kau mau sate ayam kalkun kan? Aku akan meminta Laila untuk membuatkannya, kau tak perlu merepotkan Ludwig. Dia sibuk dengan tugas dariku,”
Iris menggeleng miris, “Aku memang selalu merepotkan dan kau tak usah menyuruh Laila melakukan keinginan bayiku. Aku sudah biasa menahan hasrat keinginan bayiku yang malang,” dia berdiri, mencoba pergi sebelum Elazein menahan pinggangnya.
“Ini demi bayi kita, setidaknya mengalah lah!”
Wajahnya menatap tak percaya pada Elazein, “Mengalah apa maksudmu?! Aku hanya ingin sate ayam kalkun yang asisten Ludwig buat, apa susahnya?!”
Rahang pria itu mengetat, “Jelas susah! Perusahaan jauh lebih penting!”
Iris tergelak, “Ah, terima kasih telah menyadarkan aku bahwa perusahaan dan uang jauh lebih penting dari bayiku. Kau benar, keinginanku sangat susah di turuti sampai-sampai, bisa membuatmu rugi besar, iyakan?”
Tadi, bukankah Iris ingin memperbaiki hubungannya dengan Elazein? Tapi kenapa sekarang, mereka malah bertengkar? Iris tidak tahu, tapi entah mengapa, setiap kali bicara dengan Elazein, nada suaranya tak bisa santai. Dia ingin selalu bernada tinggi dan mengajak beradu argumen, Iris benar-benar tak mengerti dengan dirinya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perjuangan Dia Yang Terlahir Kembali
FantasyIris Clooper di kehidupan pertama, sangat membenci suaminya yang otoriter, impulsif, dan pasif. Bukankah sangat lengkap untuk menjadi kandidat dirinya benci? Apalagi, dia di buat hamil anak pria itu. Iris tidak menyukai kehamilan yang hanya akan me...