26 - Tragedi Mengerikan

81.6K 5.4K 62
                                    

Roda berputar cepat mengelilingi jalanan tajam berliku, mobil bermerek Rolls-Royce melaju membelah jalanan desa yang sepi. Sesuai keinginan istri cantiknya, mereka akan melakukan perjalanan menuju resort milik Eduardo pribadi. Ya, pribadi. Elazein lebih memilih yang pribadi karena di sana, tidak pernah ada yang mendatangi tempat itu kecuali dirinya dan sang Ayah.

Dulu Ayahnya berkata, resort itu akan menjadi milik Elazein setelah Ayahnya mati. Elazein kecil malah terus berdoa pada Tuhan, agar Ayahnya bisa cepat mati. Elazein suka sekali pada bangunan yang dikelilingi lautan. Berada di ujung desa asri yang membuat siklus udara sangat menenangkan. Elazein betah dan ingin memiliki seorang diri tempat itu.

Tapi berbeda sekarang, jika Iris menyukainya dan meminta kepemilikan atas tempat. Elazein akan dengan senang hati membunuh Ayahnya lalu mengalihkan nama surat-surat penting lainnya, bukankah sesuai? Resort akan menjadi milik Elazein setelah Ayahnya mati, supaya cepat mati, Elazein akan membunuhnya. Eduardo mati, maka resort menjadi milik Elazein kan?

Dengan begitu, Elazein hanya tinggal mengubah nama. Dari namanya menjadi nama sang istri, “Sayang. Kau akan suka di sana,” semakin tidak sabar saja Iris tiba di bangunan yang katanya sangat indah, pemandangannya cantik, dan pertukaran udaranya yang sejuk. Uh, kenapa baru sekarang Iris mengajak Elazein pergi ke resort? Harusnya dari lama saja!

Senyum merekah manis di wajah Iris tak kunjung pudar, Elazein menyukainya sampai dia tak kuasa berpaling. “El, fokuslah pada jalanan di depan. Aku masih ingin menikmati hari tua bersamamu di dunia bukan di akhirat,” Iris memberikan sedikit candaan yang dibalas kekehan pelan dari Elazein. Pria itu mengulurkan tangannya, mengacak gemas rambut Iris yang tertata rapi langsung saja berantakan.

Jalanan menuju lokasi memang banyak tikungan tajam, satu karena lokasi di daerah pegunungan dan ada banyak pepohonan yang sedikit menutup cahaya matahari, jadi perjalanan kali ini, terasa menegangkan tapi juga seru. Iris suka, tapi kenapa, perasaan tiba-tiba memburuk?

Dia memandang Elazein yang tenang menyetir mobil, seakan tidak merasakan apa yang Iris khawatirkan. “El, aku merasa tidak nyaman sekarang. Apa kamu juga merasakan hal yang sama?” Tanya Iris yang di balas gelengan oleh prianya itu. “Benar? Kok aku, merasa khawatir terus gelisah ya? Ini enggak enak banget, El.”

Barulah, Elazein merasakan kekhawatiran dan kegelisahan istrinya itu. Dia pun menoleh, “Mau menepi sebentar? Kamu sepertinya butuh udara sejuk di luar,”

Iris menimang sejenak sebelum akhirnya mengangguk, Elazein langsung saja menepikan mobil. Dia turun lebih dulu, di susul pintu tempat Iris duduk yang dibuka perlahan. “Terima kasih, El.” Elazein tersenyum sembari mengusap pipi kanan istrinya dengan sangat lembut.

Tetapi anehnya, rasa gelisah itu tidak kunjung hilang. Iris yang duduk di atas berbatuan dengan Elazein yang berdiri di sampingnya, tidak lupa kepala Iris yang menyandar di kaki panjang nan kokoh suaminya. “El, aku ingin pulang saja. Ayo kita pulang, El.”

“Kamu yakin?”

Karena istrinya telah yakin ingin mengurungkan rencana liburan mereka, Elazein tak bisa menyangkal apa pun. Pria itu mengangguk dan membantu Iris masuk kembali ke dalam mobil.

***

Di sudut kota, seorang wanita paruh baya mengepalkan tangannya dengan sorot mata menajam ke arah sebuah foto anak kecil laki-laki. “Dia terlalu angkuh dan sombong, dia harus mendapatkan hadiah dariku yang tidak akan pernah bisa dia lupakan sampai kapan pun!”

Bibirnya menyungging senyum mengerikan, “Kaki? Kakimu sepertinya wajib aku lumpuhkan,”

Dia mengangkat satu tangannya ke atas dengan tinggi, “Buat kecelakaan mobil! Pastikan terjadi seakan-akan murni kecelakaan beruntun dan akibatkan luka parah pada kakinya! Sekarang!”

***

Dalam mobil yang melaju dengan kecepatan sedang, Iris meraih tangan besar Elazein lalu menggenggamnya. Tangan besar ini, tangan yang dulu tidak pernah dirinya sentuh. Jangankan sentuh, untuk sekedar melirik saja, Iris tampak muak, tapi itu dulu, sebelum tiap peristiwa mengerikan terjadi yang berakhir dengan kelahiran kembali.

Dia menatap depan, “El. Bisa kita pulang naik taksi saja?”

“Kamu ini kenapa sih?”

Iris menggeleng pelan, wanita itu membuang pandangan ke arah luar kaca jendela hingga matanya memelotot tatkala melihat, sebuah sedan melaju kencang dari sisi kanan di mana dirinya duduk. “EL!”

Berbeda dengan Iris yang panik luar biasa, Elazein malah tenang dengan langsung menginjak rem lalu memutar kemudi hingga mobil melakukan perputaran posisi. Elazein memejamkan matanya dengan rahang mengeras sebelum menancap gas ke tuju yang tidak pasti. “EL! AWAS!”

Iris tidak boleh terluka parah.

Dengan sejuta rasa khawatir, Elazein membiarkan sisi tempat dirinya duduk, menabrak pembatas jalan. Elazein tidak peduli sekalipun dia akan mati, tapi dirinya mohon, selamatkan istri dan bayinya di dalam kandungan Iris. Elazein menatap Iris yang telah kehilangan kesadarannya.

“Maafkan aku yang menyakitimu seperti ini,”

Disusul, dengan mata Elazein yang terpejam rapat.

***

“EDUARDO! ANAKKU ....”

Pria tua itu memeluk istri sahnya, menenangkan Emerald yang sangat ketakutan atas kecelakaan yang menimpa sang putra juga menantunya. Eduardo memejamkan matanya beberapa detik, “Jangan menangisi Elazein. Temani Iris saja ya? Menantu kita sekarang, sedang kesakitan karena berjuang untuk cucu kita.”

Emerald mengangguk, wanita itu pergi menuju ruang di mana Iris akan melakukan operasi sesar.

Sementara itu, di sudut kota. Seorang wanita paruh baya, tertawa terbahak-bahak melihat bagaimana Elazein di evakuasi dari dalam mobilnya dengan bercucuran darah. Juga Iris yang mendapatkan luka tak kalah mengerikan. Ah, ini sangat menyenangkan! Kenapa tidak dari dulu saja dia merencanakan kecelakaan untuk Elazein dan istri kaparatnya itu?

“Selamat menikmati kesengsaraanmu pria angkuh yang bodoh dan sialan,”

***

Dokter dan perawat, berusaha keras membantu proses kelahiran bayi malang yang harus melihat dunia belum pada usia tepat. Mereka sangat berharap, semoga bayi bisa selamat dan hidup dengan baik. Apalagi, melihat bagaimana mengenaskannya Iris saat datang ke rumah sakit ini, mereka tak bisa menerka apa pun yang menyedihkan kembali.

“Anakku,” Emerald menggenggam jemari Iris yang tak sadarkan diri dengan sangat erat. Dia terlalu takut menantunya tidak bangun lagi.

Apalagi, setelah hampir 10 jam berlalu usai bayi Iris dan Elazein berhasil di lahirkan, Iris belum juga membuka mata dan bayi keduanya yang kritis di ruang PICU. Entah bagaimana hancurnya Iris nanti kalau tahu, jika .... Anaknya kritis dan suaminya .... Koma.

“Sayang, putraku, anakku, bangun ya, Nak? Kamu tidak kasihan melihat istri dan anakmu? Mereka membutuhkan kamu, sayang.”

Emerald mengecup puncak kepala Elazein dengan sayang. “Cepat bangun ya, Nak? Ibu janji, akan meminta Ayahmu mencari pelaku atas kecelakaan yang menimpa kalian. Karena Ibu tahu, kecelakaan yang kamu alami bukan semata-mata kecelakaan biasa. Atau, kalau Ayahmu menolak, Ibu yang akan mencari tahu semuanya sendiri.”

“Percayalah pada Ibu, sayang.”

***

Perjuangan Dia Yang Terlahir KembaliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang