Iris baru saja selesai memakai serangkaian perawatan wajah paginya, wanita itu berjalan menuju dapur sembari menunggu suaminya bangun tidur. "Lise, kapan kau akan menikah?"
Lise Pernille terlalu setia, sampai tidak memikirkan pernikahan yang sangat menyenangkan. "Tidak tahu, saya belum minat, Nyonya." Lise selalu saja begini kalau di tanya tentang pernikahan, Iris sampai bosan dan ingin sekali mencarikan jodoh untuk orang kepercayaannya itu.
"Lise!! Emilio saja sudah menikah dengan Puti, Lemar sudah menikah dengan Likke. Kamu kapan?! Masa kalah sama mereka semua? Lihat Lemar dan Likke, mereka sudah memiliki tujuh anak! Bahkan Likke sekarang sedang mengandung anak kedelapan!"
Lemar yang dibicarakan tanpa sengaja melewati dapur, wajah pria itu bersemu merah. Terlalu malu jika ada yang menyinggung tentang anaknya yang banyak dan semua orang akan berkata, jika Lemar begitu rajin membuat anak bersama Likke sang istri. Lemar berusaha biasa saja dan melewati dapur menuju taman belakang.
"Nanti, Nyonya. Saya belum mau menikah,"
"Terserah kamu lah!"
Iris kembali ke kamarnya, wanita itu menaiki ranjang dan duduk di samping sang suami. "Terima kasih untuk semua kesabaranmu dalam mempertahankan pernikahan kita bahkan rela mengalah demi kelangsungan pernikahan kita, aku sangat bahagia, El. Memilihmu sebagai suami adalah suatu keberuntungan hakiki untukku, aku sangat mencintaimu."
Ternyata, Elazein sudah bangun. Pria itu mengangkat pinggang Iris hingga duduk di bawah perutnya. "Aku jauh lebih mencintaimu, sayang. Juga terima kasih karena sudah menerimaku sebagai suamimu yang tidak pernah bisa sempurna ini, maaf jika dulu aku selalu membuatmu marah dan kesal. Maafkan aku, sayang."
Menikah karena keinginan diri sendiri, ya, Elazein mencintai Iris sejak lama bahkan tanpa wanita itu ketahui. Sampai pada akhirnya, Elazein berjuang diam-diam dan berhasil menikahi Iris. Iris juga semula menerima, tapi hasutan demi hasutan, membuatnya memiliki sudut pandang sendiri pada Elazein yang terbilang buruk.
Dia mulai menata, jika dengan menikah muda, masa bebas Iris terenggut, belum lagi tentang sewaktu-waktu jika dirinya hamil. Tubuhnya akan gemuk! Iris membenci bentuk tubuh yang tidak sesuai idealnya dan semua itu terjadi, Iris mengandung. Jerawat yang paling di bencinya muncul satu persatu.
Pada dasarnya, Iris memang belum siap memiliki anak dan sekarang harus mengandung.
Iris merebahkan tubuhnya di atas tubuh Elazein, pria terjaga yang sangat menjaga wanitanya. "Aku tidak bisa jika harus kehilangan dirimu, El." Elazein merengkuh pinggang Iris, memeluknya erat. "Aku jauh lebih tidak bisa jika harus kehilangan kamu, sayang."
Keduanya saling tatap, berakhir dengan ciuman panjang dan saling bertukar peluh.
***
Sementara itu, di kediaman tua Lund. Eduardo menekan dadanya yang terasa sempit, sudah sejak 5 tahun terakhir dirinya mendapat serangan jantung sempat juga di rawat intensif dan akhirnya memilih untuk rawat jalan saja. Tanpa pendamping, Eduardo sudah biasa saja. Dia yang semasa muda begitu pemain handal, di masa tua harus melawan penyakit mematikan.
"Tuan? Ada yang bisa saya bantu?" Kepala pelayan menghampiri Tuannya yang beberapa tahun ini kalah oleh penyakit. "Tidak, aku tidak apa-apa. Oh ya, tolong ambilkan berkas milikku di brankas yang map-nya warna biru."
"Baik, tunggu sebentar, Tuan." Buru-buru kepala pelayan pergi mengambil berkas yang Tuannya maksud dan memberikannya kepada sang pemilik. "Terima kasih, kau bisa kembali."
Untuk cucuku, Everett.
Secara khusus, Tuan besar Lund itu memberikan semua hak alih warisnya kepada sang cucu kesayangan. Everett menerima semua harta Kakeknya yang tidak terhubung pada perusahaan J. Lund Company. Semua itu, sudah Eduardo siapkan dari jauh-jauh hari tentu tanpa mengubah warisan untuk Elazein dan Koa. Koa sendiri mendapatkan pusat perusahaan Lund Company di luar negeri dengan 5 pulau pribadi, 7 pesawat pribadi, 10 mansion di berbagai negara, dan kepemilikan pada bank terbesar dunia.
Elazein, mendapatkan perusahaan yang sebenarnya akan turun pula menjadi milik Koa kelak. Sekarang, Everett juga akan mendapatkan warisannya dari sang Kakek. Eduardo telah menyiapkan tabungan dengan nominal yang lebih dari kata besar di bank untuk Everett, 10 pulau pribadi, 15 resort, 12 mansion, 7 pesawat pribadi, 8 jet pribadi, gudang pembuatan bahan bakar yang mendapatkan pemasukan bersih lebih dari 1 triliun tiap bulan akan masuk ke rekening Everett. Bedanya, Everett tidak mendapatkan perusahaan tapi uang terus mengalir deras di rekeningnya.
"Cucu-cucuku harus mendapatkan kehidupan yang layak sampai hidup mereka berakhir kelak. Aku bekerja keras selama ini, hasilnya tentu saja untuk anak-anak dan cucu-cucuku."
Eduardo sebenarnya Ayah yang baik tapi tidak dengan suami yang baik, dia sejak kecil selalu mendapat kebebasan, membuatnya merasa tidak memiliki aturan sampai seenak hati menunjuk dan menikahi banyak wanita. Di tengah rasa sakit yang kembali menyerang, Eduardo membubuhkan tanda tangan lalu terjatuh ke atas dinginnya lantai dengan denyut nadi yang turut berhenti.
Kematian Eduardo Lund membawa duka yang merayap di jajaran pebisnis dunia, tabiatnya yang suka bermain perempuan memang mengerikan tapi kehebatannya dalam berbisnis sangat di dambakan. Elazein datang dengan Iris dan Koa, ketiganya menemui tubuh kaku Eduardo di dalam peti yang sebentar lagi akan melalui proses kremasi.
"Selamat jalan, Ayah mertua. Semua kebaikanmu akan kami kenang," Iris tersenyum, Elazein dan Koa hanya diam dengan wajah datar. Mereka juga turut kehilangan, tapi sulit mengekspresikan dengan raut wajah.
Everett mungkin baru tiba di Indonesia, Iris tidak ingin membuat putrinya khawatir. Jadi dia sekeluarga, memutuskan untuk tutup mulut perihal kematian Eduardo Lund. Malamnya, Emerald Lund menyusul kepergian Eduardo Lund. Elazein tidak menangis, Ibunya memang sudah tua dan sudah semestinya istirahat dengan tenang.
"Ibu, terima kasih telah melahirkanku dan mendidik aku dengan baik, beristirahatlah dengan tenang, kami mencintaimu." Elazein melabuhkan kecupan lama di kening Ibunya, hari ini juga, Kakak dan Adik kandung Elazein datang. Mereka memang tidak datang pagi karena keterbatasan jarak dan waktu.
Kakak Elazein menepuk bahu Adiknya pelan, "Ibu sudah bahagia di sana. Sebagai Kakak, aku juga ingin Adik-Adikku hidup bahagia." Kakak Elazein tersenyum ramah ke arah Iris, membuat Iris ikut tersenyum. Kakak dan Adik Elazein menerima Iris dengan baik, keduanya tidak menunjukkan gelagat yang aneh atau semacamnya.
Di keesokan harinya, semua proses kremasi sudah selesai. Kediaman tua di isi oleh Kakak tertua Elazein dengan keluarga kecilnya, Eduardo juga tidak lupa membagikan warisannya secara merasa untuk kedua anaknya yang lain juga cucu-cucunya dari kedua anaknya itu. Mereka tidak pernah mempermasalahkan tentang harta warisan, mereka sudah sangat kaya dengan bisnis masing-masing.
"Adik ipar, jika kamu merasa tersakiti karena ulah Zein, katakan padaku, akan ku potong masa depannya!"
"Benar, Kakak ipar. Jangan sungkan curhat pada kami jika Kak Zein menyakitimu, dia akan kami lunakkan seperti ceker tak bertulang!"
Kedua saudara Elazein begitu menerima Iris dengan baik, Iris merasa sangat bersyukur akan hal demikian. Terima kasih atas segalanya, Tuhan. Tempatkan lah kedua mertuaku di sisi terbaikmu.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Perjuangan Dia Yang Terlahir Kembali
FantasyIris Clooper di kehidupan pertama, sangat membenci suaminya yang otoriter, impulsif, dan pasif. Bukankah sangat lengkap untuk menjadi kandidat dirinya benci? Apalagi, dia di buat hamil anak pria itu. Iris tidak menyukai kehamilan yang hanya akan me...