08

1.7K 86 14
                                    

Typonya ya ⚠️

________________

"Bagaimana kondisinya?" tanya Mira pada sosok lelaki jangkung di depannya.

"Pagi tadi, dia mengalami serangan kejang sementara. Lo gak perlu khawatir, ada gue yang selalu menjaga Ayah." ujar lelaki itu.

"Gue tadi sempat menelepon, tapi ponsel lo gak aktif," ujarnya.

"Sorry, gue bener-bener kelelahan sampai gak nyadar ponsel gue bunyi." Jelas gadis itu.

"Sena, makasih banyak. Kalau gak ada lo, gue gak tau bakal__"

"Shtt! Mir, gak perlu kayak gitu .. gue akan selalu kasih kabar terkait kondisinya." Jelas lelaki itu yang ternyata namanya adalah Sena.

Sena merupakan sahabat Mira sedari SMA. Pria ini berprofesi sebagai seorang dokter disalah satu rumah sakit bergengsi di Jakarta. Mira yang mendengar itupun mengangguk sembari tersenyum.

Setelah memastikan kondisi ayahnya yang tengah sakit, Mira berjalan keluar dari rumah sakit itu sendirian. Dirinya menatap arloji yang melingkar indah di tangannya menunjukkan pukul sebelas. Seketika Mira membelalakkan matanya dan segera mungkin untuk kembali ke apartemennya.

Mira sedikit berlari untuk sampai di halte bus, dirinya menoleh ke kanan dan kekiri namun nihil. Akhirnya ia mengurungkan niatnya dan beralih mencari taxi.

Kepanikan Mira bertambah kala ia melihat ada sepuluh notifikasi panggilan tak terjawab dari nomor yang tak ia simpan. Ia yakin itu adalah nomor milik Faro, sang CEO angkuh itu.

"Pak cepetan ya, saya buru-buru." ujar Mira pada supir taxi itu.

Setelah kurang lebih tiga puluh menit perjalanan, akhirnya Mira sampai di suatu gang, dimana letak apartemennya. Mira sesegera mungkin membayar dan berlari agar cepat sampai.

Sialnya Mira lupa bahwa dirinya tengah mengenakan heels, beruntungnya Mira sudah terlatih berlari mengenakan heels. Kalau tidak, dia pasti akan terjatuh, terjungkal dan terbalik-balik.

Dengan nafas yang memburu akibat menaiki beberapa anak tangga, akhirnya Mira sampai di depan pintu apartemennya. Disana sudah ada Faro dan Galan yang tertidur di gendongannya.

"M-maaf .. Pak Faro sudah menunggu lama?" tanya Mira sembari terengah. Alih-alih menjawab, Faro malah menghadiahi sang empu dengan tatapan tajam.

"Cepat ambil barang-barang mu," titah Faro dengan nada dingin.

"B-baik." Mira masuk untuk mengambil koper yang sudah ia siapkan. Mira mengunci pintu apartemennya dan mengikuti langkah Faro menuju mobilnya.

"Kamu bisa letakkan koper itu di bagasi."

Faro memberikan Galan pada Mira, gadis itu dengan telaten mendekap Galan agar tetap tertidur nyaman dipelukannya. Faro sedikit melirik perlakuan lembut Mira pada putranya.

"Saya sangat menghargai waktu saya, " ujar Faro dengan nada datar sembari menyetir.

"Maaf, tapi saya benar-benar tidak berniat untuk mengulur waktu." Jelas Mira.

Mobil itu melaju kencang menuju Mansion Faro, tidak menunggu waktu lama mereka sampai disana. Faro turun terlebih dahulu, Mira yang saat itu hendak meraih handle pintu mobil merasa kesulitan karena masih ada Galan dalam dekapannya.

Saat hampir menyentuh handle pintu mobil itu lebih dulu terbuka, siapa lagi yang membukanya kalau bukan Faro.

"Terimakasih Pak." ucapnya. Faro menutup kembali pintu mobilnya dan berjalan masuk ke dalam. Dari pintu utama, Seperti biasa Faro akan disambut para maid dan juga bodyguardnya nya. Faro meminta pada maid-nya untuk membantu mengambil koper Mira yang ada dalam bagasi mobil.

Faro membawa Mira menuju kamar Galan. Sesampainya disana, Mira membaringkan tubuh bocah itu dengan hati-hati. Sentuhan terakhir Mira adalah mengecup puncak kepala bocah yang tengah tertidur lelap. Dari ambang pintu, Faro yang menyaksikan itu memincingkan sebelah alisnya.

Setelah selesai, Faro menunjukkan kamar yang akan Mira tempati, kebetulan ruangannya tak jauh dari kamar Galan.

"Di sini kamar kamu, saya memilih kamar ini agar memudahkan mu saat menjaga anak saya."

" Peraturan yang perlu kamu ingat saat mengasuh Galan adalah, jangan memberi putraku sembarang makanan."

"Peraturan kedua, Galan harus tidur sebelum jam sepuluh malam. Lama bermain gadget hanya tiga puluh menit sehari__" Faro banyak berbicara tentang peraturan dalam mengasuh putranya.

Mira masuk kedalam kamarnya setelah mendengar pidato panjang dari Faro, dirinya berjalan lunglai sembari mengeluarkan isi kopernya dan ia letakkan ke dalam lemari yang sudah tersedia.

"Kasian jadi Galan, pasti dia gak pernah ngerasain manjat pohon mangga milik orang." monolog Mira.

•••••

Jam menunjukkan pukul satu dini hari, Mira terbangun kala mendengar suara Galan dari baby monitor itu. Nampak bocah itu tidur seraya mengigau. Mira cepat-cepat beranjak dari ranjangnya dan menghampiri Galan.

Benar saja, sang empu seperti mengalami ketindihan. Bocah itu terus saja memanggil ibunya sembari menangis dalam tidur. Mira begitu terkejut melihat nya, ia kira Galan memang belum bisa berbicara, tapi ia menyadari bahwa bocah ini bisa dengan fasih mengucapkan kalimat seperti orang dewasa.

"Galan, bangun." ucap Mira mencoba membangunkan bocah ini. Galan tersentak dan melihat siapa yang di depannya. Melihat itu, Mira tersenyum teduh seolah senyuman itu mengisyaratkan semuanya akan baik-baik saja. Galan memeluk gadis itu erat, begitupun Mira yang kini iku duduk di sisi tempat tidur bocah ini.


"Galan tenang ya, ada Muffin disini .. Galan gak perlu takut ya?" ujar Mira mencoba menenangkan. Dalam benaknya, apakah bocah ini selalu mengalami kelumpuhan tidur? Dari gelagat yang Mira lihat, Galan seperti sudah mengalami hal ini sebelumnya.

Tanpa keduanya sadari, Faro juga terbangun. Pria ini mengurungkan niat untuk masuk ke dalam kamar putranya itu karena mendengar suara Mira yang sudah ada di dalam. Faro tersenyum dan mengangguk pelan. Entah apa yang dipikirkannya.

•••••

Halo
Sabar-sabar ya kalian semua, pasti up kok xixixi🙈

See you next part 🤸

See you next part 🤸

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
a NEW SHEET for the COLD CEO (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang