55

747 34 8
                                    

Typonya sangat tydack terkontrol ya teman-teman ⚠️

______________________

Masih sama, Mira duduk di atas brangkar nya dengan sebuah kalung ditangannya. Gadis itu mengamati lamat-lamat kalung yang kapan hari diberikan Raka untuknya.

Ceklek!

Pintu ruang rawat inap itu terbuka, menampakkan sosok Faro disana. Buru-buru gadis itu menyimpan kalungnya dan langsung mengalihkan pandangannya kesegala arah.

"Hai!" sapa Faro. Mira sama sekali tak ingin menampakkan wajahnya pada sang empu. Malu, pastinya.

Faro hanya menghela nafas gusar, kemudian menarik bangku, dan duduk ditepi brangkar gadis itu.

Faro hendak menyibakkan anak rambut yang menutupi wajah Mira. Namun, diwaktu yang sama, sang empu langsung menghindari kontak fisik itu.

"Kamu pasti sudah tau rumor yang beredar, saya belum sempat menjawab pernyataan kamu waktu itu--"

"Pak Faro. saat ini, hal itu sudah tidak berguna lagi pak, saya hanya mengutarakannya tanpa mengharap jawaban dari Bapak." jelas Mira sambil tersenyum.

Faro menatap gadis itu dengan tatapan yang tak dapat diartikan. Sang empu menunduk sembari mengangguk pelan.

"Tetap saja saya harus menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi kemarin.." Mira, gadis itu terkekeh hambar kemudian menatap pria didepannya.

"Kenapa saya harus mengizinkan bapak melakukan hal itu? Saya harus mendengarkan penjelasan seperti apa lagi?"

"Pak .. apa kebiasaan Bapak seperti ini?" tanya gadis itu.

"Maksud kamu?"

"Jh! seperti bapak yang membuat saya berharap kemudian bapak juga yang membuat saya terpaksa mengubur harapan itu."

"Jika tidak ingin terikat dengan siapapun, berhenti membangun harapan untuk orang lain! Pak Faro tidak perlu khawatir, saya sudah lebih dulu mengetahuinya."

"Saya berharap hal ini berakhir sampai disini, berhenti meminta saya ikut kedalam dunia Bapak .. sungguh! Saya sangat tersiksa karena ini." cecar Mira dengan mata yang berkaca-kaca.

Gadis itu turun dari brangkarnya dan berniat untuk pergi. Ia susah payah berjalan menuju pintu ruangan ini. Saat dibuka, ternyata Raka sudah ada dibalik pintu itu.

Mira menatap Raka yang juga menatapnya dan Faro yang ada dibelakang bergantian.

_________________________

Keduanya duduk di bangku taman rumah sakit itu. Faro dan Mira? Bukan, tapi Raka dan Mira.

Sudah dari sepuluh menit yang lalu, Raka terus mendengar helaan nafas panjang dari perempuan di sampingnya. Raka menatap gadis itu yang tengah mengedarkan netranya ke segala arah.

"Mir .. kamu tau kenapa kalau senja langitnya bewarna merah?" tanya Raka memulai percakapan. Gadis itu menoleh dan menggeleng tanda tak tau.


"Kamu pernah berdarah?" tanya Raka.

"Pernah." singkat gadis itu.

a NEW SHEET for the COLD CEO (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang