35

936 37 4
                                    

Typonya sudah mendarah babi

--------------------

Gadis itu berlari menuju apartemen Kakaknya, Sena. Mira bahkan tak memperdulikan orang-orang yang menatapnya heran. 

"Sen? buka pintunya!"

Tok Tok Tok 

"Sen!" Mira terus memanggil nama Sena seraya tak berhenti mengetuk pintu apartemen laki-laki itu. Tak butuh waktu lama, seseorang membuka pintunya dari dalam. 

"Mira?" gadis itu langsung mendorong sang empunya masuk. Sena tersudut sedangkan Mira mengunci pintu apartemennya. 

"Lo kenapa? Lo dikejar preman? mana dia__"

"Sena, Sena, Sena .. putusin Nara sekarang juga!" potong Mira membuat suasana hening seketika. 


"Hah? Maksud lo?" tanya Sena yang berusaha mencerna kalimat gadis itu. 

"Dia gak baik Sen, tadi gue lihat dia jalan sama cowok lain. Bahkan dia manggil sayang ke cowok itu," jelas Mira.

Alih-alih percaya, Sena malah terkekeh dan menempelkan telapak tangannya pada kening gadis itu.

"Lo gak lagi demam kan, Mir?" tanya Sena yang sebenarnya tak ingin mendengar hal itu lebih jauh. 

"Sen, gue serius!" 

"Lo harus percaya sama gue Sen!"

"Cukup Mir! Cukup buat gue ngedenger semua omong kosong lo," sahut Sena.

"Kalau lo gak suka, Nara sama gue. Yaudah .. jangan fitnah Nara yang gak-enggak!" lanjutnya. Mira tak habis pikir dengan Sena.  

"Lo bilang gue fitnah dia?" 

"Ya terus apa?! Emang lo punya bukti, enggak kan?!" sentak Sena. 

"Lo kalau jatuh cinta jangan tolol! Lo bakal nyesel Sen." Gadis itu mengusap kasar air matanya dan berlalu pergi.

-----------------

Cahaya mentari menyeruak masuk melewati celah gordennya. Mengusik mata yang setia terpejam. Lelaki itu beranjak dari tidurnya sembari memegangi kepalanya yang terasa pening. Yang ia cari pertama kali adalah ponselnya. Faro mencari kesana-kemari, ternyata nihil. Faro memutuskan untuk turun karena cacing dalam perutnya sudah meronta-ronta sejak tadi. 

"Astaga!" cicit seorang maid yang spontan menundukkan wajahnya saat berpapasan dengan Faro. Faro hanya menatap maid itu keheranan dan memilih melewatinya. 

"Jantungku," monolog maid itu sembari memegangi dadanya. 

Siapa yang tidak terkejut dengan penampilan Faro yang telanjang dada seperti itu. Ketampanan Faro laku disegala usia.

"Papaa!" mendengar panggilan itu, Faro menoleh ke belakang dan tersenyum melihat Galan berlari ke arahnya. Tentu saja bersama Sinta. 

"Galan, putraku." ucap Faro mengusap punggung putranya pelan. 


"Ayo kita menyarap!" ajak Sinta. Sinta mendekati Faro, dan berkata. "Kamu habis minum?" tanya Sinta penuh selidik. 


a NEW SHEET for the COLD CEO (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang