31

943 52 11
                                    

Antusias pembaca adalah semangat author⚠️
Sorry yaa ceritanya picisan😭🫂


_______________

Mata itu setia memandang pria di depannya dengan tajam. Walau dalam kegelapan, Sena dapat melihat gadis itu menahan sesuatu dalam kelopak matanya.

"Murah banget jadi cewek."

Plak!

Satu tamparan berhasil mendarat pada rahang kokoh milik Sena itu.

"Tutup mulut lo!" desis Mira penuh penekanan.

"Lo gak berhak merendahkan gue dengan kata-kata sampah lo itu! Tau apa sih lo tentang harga diri?! Bahkan untuk jujur sama keadaan aja lo gak mampu! Lo membiarkan gue jadi manusia paling bego di dunia ini."

"Gue Kakak lo, lo itu tanggung jawab gue Shen!"

"Gue gak mau lo tersesat di dunia mereka .. sadar Mir! Lo harus tau konteks dari apa yang lo lakuin."

Mira berbalik badan dan menatap pria di depannya itu.

"Yaudah, gue harus apa?" tanya Mira yang terkesan menantang Sena. Entah karena Mira sudah tak memiliki solusi lain dalam hatinya atau hanya karena jengkel Sena terlalu mencampuri urusannya.

Sena menatap adiknya itu teduh, dari sorot matanya sudah tersirat bahwa dia sangat menyayangi adiknya itu. Dirinya hanyan ingin hidup Mira nyaman tanpa terlibat dengan para konglomerat itu.

Tanpa aba-aba, Sena langsung menarik Mira ke dalam dekapannya.

"Lo punya gue Mir, gue Kakak lo, kenapa sih segitunya lo mendem semuanya sendiri?" ucap Sena dengan nada serendah mungkin. Bukannya tenang, Mira malah menangis dalam pelukan kakaknya.

"Hidup gue rumit Sen .. semua datang secara tiba-tiba ke dalam hidup gue. Gue kira, gue bisa mengatasinya sendirian .. tapi gue salah." ujarnya, Sena makin mengeratkan dekapan itu.

Mira mengusap kasar ingus dan bekas air matanya. Keduanya tersenyum, Sena mengacak pelan puncak kepala sang empu karena gemas.

_____________________

Setelah mengantarkan Raka pulang ke rumahnya, Dion berjalan hendak mencari taxi di gang depan. Wajahnya penuh luka akibat perkelahian tadi. Ia hendak pulang, Raka sudah menyuruhnya untuk membawa mobilnya.

Namun, Dion menolak dengan alasan tidak ada tempat untuk mobil Raka dirumahnya. Memang benar, tempat parkir rumah Dion hanya cukup untuk dua mobil miliknya. Tidak mungkin jika ia membawa mobil Raka dan di parkir di pinggir jalan depan rumahnya, bisa-bisa Dion akan dimarahi pengguna jalan lainnya.

Sedangkan, Raka sendiri tidak bisa mengantarkan Dion pulang karena lukanya lebih parah akibat serangan Faro.

Sesekali ia mengusap pelan ujung bibirnya yang terus berdarah akibat bogeman mentah dari sahabatnya tadi.

"Pukulan sahabat emang sesakit ini ya?" monolog Dion. Dirinya kemudian duduk di trotoar karena badannya yang lemas.

Dion menghela nafas panjangnya, menatap kesana kemari namun bekum ada tanda-tanda kemunculan taxi.

Dari arah kanan, gadis itu melihat seseorang yang tak asing baginya tengah terduduk lunglai di trotoar dengan luka yang menghiasi wajahnya.

Gadis itu mengendarai vespa maticnya kemudian menepikan motornya itu. Dia melepas helmnya dan berjalan ke arah Dion.

"Lo ngapain disini?" tanya gadis itu. Dion mendongak dan menyadari keberadaan Alena di sana. Dion menaikkan sebelah alisnya heran.

a NEW SHEET for the COLD CEO (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang