Typo? Ya pasti ada lah ya⚠️
_____________________
"Gimana? Jadi sama dia?" tanya Dion, Faro hanya mengangguk sebagai jawaban.
"Tuh kan! Apa gue bilang," ucap dion sembari sedikit menggebrak meja membuat Faro dan Raka tersentak kaget.
"Biasa aja Samsul!" Raka memberikan jitakan pelan pada kepala Dion.
"Tumben, lo sepercaya itu sama orang asing buat jaga anak lo?" tanya Raka.
"Gue gak begitu yakin, tapi melihat perlakuan Mira terhadap Galan, membuat gue mencoba percaya padanya." Jelas Faro.
"Tapi, kalau dipikir-pikir lagi .. aneh gak sih? Galan bisa seluluh itu sama Mira. Apa dia make guna-guna?" ucap Dion asal.
Plak!
"Mulut lo gak pernah dicium onta ya? Sembarangan kalau ngomong." Kesal Raka.
Faro terkekeh dan berkata, "Gue juga gak tau, yang terpenting adalah Mira bisa menyembuhkan trauma Galan." Mendengar itu, Raka dan Dion hanya manggut-manggut meng-iyakan.
"Oh iye, ngiming-ngiming nih ye, kalau dipikir-pikir, dikipir-kipir__"
"Apaan sin Yon! Niat gak sih lu ngomong tuh!? gedeg kali gue astaga__" sang empu hanya menyengir sembari menggaruk belakang kepala nya yang tak gatal.
"Lo marah-marah mulu perasaan, pms lo? Atau .. lo depresi, karena diumur lo yang sekarang lo masih belum punya bini?" tanya Dion tanpa beban.
"Lo ngomong gak ngaca dulu apa? Gue stress banget Yon,"
"Sok-sokan stress, kayak pernah mikir aja lo." timpal Dion. Raka melempar biji kacang itu tepat mengenai dahi sang empu.
"Kakek selalu maksa gue buat menuhin jadwal kencan buta yang dibuatnya." Jelas Raka membuat Dion merubah ekspresinya.
"Bayangin aja, sehari bisa sampai sepuluh kali gue kencan dengan wanita yang berbeda-beda. " ujarnya dengan nada frustasi.
"Dari semuanya, ada yang lo suka?" tanya Faro.
"Boro-boro. Mereka semua membosankan, capek gue disuruh-suruh mulu sama Kakek." Keluhnya.
Ketiganya menghabiskan malam itu hanya untuk mengobrol keluh kesah satu sama lain, hingga waktu menunjukkan pukul sepuluh malam. Mereka memutuskan untuk pulang ke rumah masing-masing.
_____________________
Malam itu Mira hendak memasak untuk dirinya sendiri, karena sebelum ini ia banyak menemani Galan bermain membuatnya sedikit lapar. Setelah menidurkan Galan, Mira turun ke pantry untuk memasak mie instan yang sengaja ia bawa dari luar. Mengingat Mansion ini hanya menyediakan makanan-makanan sehat, membuat asupan micin dalam tubuh gadis itu berkurang.
Mira memanaskan air dan mulai membuka kemasan mie instan itu. Ia menggunting plastik bumbu mie intan itu, kemudian saat airnya sudah mendidih, Mira baru memasukkan mie nya ke dalam panci.
Saat hendak mencuci tangannya di wastafel yang tak jauh dari kompor listrik tempat ia memasak, Mira tak sengaja menyenggol gagang panci itu membut panci berisi air mendidih dan mie itu tumpah mengenai punggung tangan kirinya.
"Ah anjir sialan!" desis Mira membuat maid yang juga berada di pantry itu mendekat.
"Kamu gak pa-pa?" tanya maid itu.
"Lo gak liat apa tangan gue kebakar anjir lah gila, pake nanya lagi." batin Mira dongkol.
"Gak kok, gak pa-pa." jawab Mira.
KAMU SEDANG MEMBACA
a NEW SHEET for the COLD CEO (END)
Roman d'amour(sequel Cold Ceo is My Husband) Ada yang bilang harta dan tahta saling bertautan. Dengan kedua hal itu, dunia akan tunduk segan padamu. Tapi apa jadinya jika kedua hal itu justru menjadi jebakan? Membutakan mata manusia yang gencar untuk menggapain...