"Bukannya pulang dulu ganti baju malah kesini"tubuh Chakra bertabrakan dengan tubuh lemah Airin yang sakit "Bunda kemana?"tanya Chakra menghiraukan ujaran gadisnya barusan
"kerja,malem langsung kesini katanya"
"Untung aja aku langsung kesini nemenin kamu"
Airin mendekap eksistensi hangat tubuh pria itu "Untung pala kamu buntung,Gimana kalau Gina kesini?"
"Tadi aku liat dia eskul,pasti sorean baliknya"
"Oh ya?kok gak ada massage aku"
"Sibuk,maybe"
Tangan putih Airin kini memilih untuk mengacak rambut kekasihnya sebelum meraba kening hangat itu "Kamu sakit?"Airin Bertanya panik
"Cuma pusing biasa"jawab chakra masih dengan posisi yang sama, menidurkan kepalanya di paha Airin yang terduduk cemas
"Aku juga kemarin gitu, sekarang buktinya di rawat,chak"
Kini wajah lelah Chakra beralih menatap gadisnya "terus gimana dong?aku takut di suntik"
kemudian tawa Airin pecah begitu saja "Badan aja berotot kena suntik takut"
"Bercanda deh aku mah"sangkal Chakra akhirnya
"paling masuk angin aja,sini aku kerokin"
"ih masa orang sakit ngurus orang sakit?"
Airin mendengus "Lebay,sini buruan"
"Aku beneran takut,gimana kalau aku gak cuma sekedar masuk angin tapi kena kanker?"
Airin memukul keras kening pusing prianya "Apa sih lebay banget!aku juga gini cuma tipes aja"
"Gimana kalau aku mati lebih dulu?"
"CHAKRA ELO NGERTI MASUK ANGIN GAK?!LO TUH CUMA MASUK ANGIN!"
Chakra nyengir "Maaf jangan kasar gitu dong, heheh"
"Terserah!"
"Udahan apa marahnya tuhan aja maha pemaaf masa kamu enggak"
"Iya."
"Marah terus cepet tua"
"nanti juga bakal tua,kenapa gak mau menua sama gue?"
"ya mau lah anjir aja"
Chakra baru selesai di kerokin Airin,tapi Airin masih muak sama Chakra yang ngomongnya ngawur gak di jaga alias biadab,kalau kata Airin tuh.
Takut aja dia,omongan kan doa.
"Bener loh yang,tuhan aja maha pemaaf masa setan enggak"
"oke,kemarahan gue makin menjadi"Airin membaringkan tubuhnya lalu memejamkan matanya
"aduh aku harus mikirin ide apa lagi ya buat kamu maafin aku,apa aku beli toko coklat khusus buat kamu?"
"Gak butuh!"
"Gina?!"
mendengar nama sahabatnya di panggil lantas Airin mendudukkan dirinya dengan wajah panik menghadap Chakra lalu pintu...yang kosong tak ada seorang pun di sana
"Hahaha,lucu banget pacar gue panik"tawa Chakra penuh sembari menepuk tangannya
"Bangsat,kurang ajar enyah lo dari sini!!"
"dih ngatur masih mau lama-lama di sini,ah"
"Sana pergi ke kamar temen elo, tawuran lagi kalau bisa"
"bisa"
"anjing"
"bercanda,sayang"
"geli"
Satu notifikasi di ponsel Airin memecahkan pertengkaran mereka
Airin membola "Chakra mending elo pergi dari sekarang!Gina di parkiran rumah sakit tolol"
"Airin!"panggil Gina dengan suara panik
Gina menyimpan buah yang ia bawa lalu berhambur memeluk sahabatnya.
Airin merasakan banyak keresahan dan kekhawatiran di dalam dekapan Gina saat ini
"Gue baik-baik aja"Ujar Airin lalu melepas pelukan itu
"Gue udah pernah bilang kalau lo ngerasain sakit tuh bilang,jangan diem aja gue tuh sahabat elo"
Marah Gina,bukan tanpa alasan Gina marah seperti ini.Sudah kedua kalinya Airin masuk rumah sakit dengan penyakit yang sama
"Kata dokter gue cuma kecapekan,pusing dikit"Airin menanggapi sesantai mungkin
"Gak kasihan sama bunda?dia kerja pagi sampe sore kadang ngambil sift malem buat lo doang, harusnya elo mikir"
"Terus gue harus gimana Gina?!ngomong sama bunda kalau gue capek?ngeluh sama bunda kalau gue sakit?..gue gak berani."
Gina menatap Airin, tatapannya sedikit melembut "ada gue Airin,gue selalu di sini kapanpun elo butuh,lo gak pantes ngerasain semuanya sendirian,ayo bagi sama gue,elo gak pantes kesepian"
Airin tak mampu membendung lagi air matanya.Gina sangat baik kepadanya bagaimana mungkin dia harus menghianati sahabatnya itu dengan mengatakan bahwa dia berpacaran dengan orang yang sahabatnya sukai?
Airin tak tega dan ia di lema.
KAMU SEDANG MEMBACA
Backstreet [Jeongwoo; Treasure]
FanfictionDi sekolah aja anjing-anjingan tapi kalau di rumah "ayang maafin aku ya".