Khawatir katanya

106 16 0
                                    


Pria itu tak henti-hentinya memegang pergelangan tangan Gina.Menciumnya, mengelusnya bahkan tangan itu ia dekap dengan hangat

Setelah ayah bahkan bundanya Gina menitipkan anaknya pada dirinya pria itu bersungguh-sungguh akan menjaga kekasihnya

Sedikit demi sedikit, perlahan jemari Gina bergerak dan matanya yang terpejam terbuka pelan

"honey, are you okay?"tanyanya sedikit ada rasa lega dalam dirinya melihat wanita di depannya sadar

Senyum Gina kembali meskipun dengan bibirnya yang pucat "Chakra..."katanya lirih

"Aku di sini,kamu tenang aja"ucap Chakra menenangkan

"Aku harus bilang berapa kali sama kamu?!jangan makan yang buat kamu jadi sakit gini"jelasnya "aku gak mau hal yang dulu terjadi sama kamu terjadi lagi"lanjutnya, terselip nada ketakutan di suaranya

"Aku cuma hargain Airin dia bahagia banget ngasih aku makanan yang dia suka,aku gak mungkin kan nolak"jelas Gina

"Apapun alasannya aku gak suka"

"Anak kelas udah pada pulang?"tanya Gina wajahnya menoleh kesana-kemari

"Semalem pada pulang,ayah sama bunda kamu barusan kesini tapi dengan waktu yang berbeda"

Raut wajah Gina terlihat kecewa "mereka bener-bener mau cerai,chak"

Chakra berdiri dari duduknya lalu mengelus belakang rambut wanita itu "inget,ini bukan salah kamu,emang udah takdir nya mereka begini"

Gina masih cemberut lalu menatap tangannya yang di infus

"Tadi Eca khawatir banget,bahkan dia tanggung jawab dan bayarin biaya rumah sakit"kata Chakra lalu kembali duduk

"Mau minum?"tawar pria itu "kata dokter kamu gak boleh makan dulu"

Gina menggeleng "kamu kalau ngantuk tidur aja,nanti subuh aku bangunin kamu harus berangkat sekolah"

Dengan usahanya,Gina maju untuk mencium kening Chakra.Mengecupnya penuh cinta dan kasih sayang

"Makasih."








"CHAKRA BERANTEM SAMA FATUR!"

Teriakan lantang Rasya barusan mampu membuat seluruh kelas heboh terutama Airin,dia menghentikan kegiatannya mencatat materi

Pikiran gadis itu kemana-mana,dia merasa gugup dan gemetar

"Fatur marah karna gue nolak dia kah?"gumamnya risau

"Berantem dimana?"tanya yang lain

"Lapang basket"

Dan tentu seluruh kelas tak mau kehilangan kesempatan itu,mereka seperti zombie berhamburan ke luar kelas untuk melihat perkelahian

Airin salah satunya, sepertinya ia yang menyebabkan gara-gara itu.







Saat sampai di lapangan matanya langsung melihat Fatur yang brutal menonjok Chakra

Pelipis Chakra robek, wajahnya babak belur, rambutnya acak-acakan dan bajunya lebih terlihat acak-acakan dari yang biasanya

Fatur masih bisa di bilang tidak apa-apa hanya baju nya yang biasanya rapi kali ini terlihat acak-acakan dan sudut bibirnya berdarah

Ramdan berusaha memisahkan mereka,namun butuh banyak perjuangan karna tangannya masih sakit

"Apa alesan mereka berantem ya?"

"Pasti ada adu domba"

"Akhirnya geng semprul terpecah belah"

"Gila,Fatur bener-bener hilang kewarasan"

Bisikan-bisikan anak-anak yang lain terdengar jelas di telinga Airin,ia ingin melangkah untuk memisahkan mereka namun suasananya sangat tak kondusif,ramai.

"CHAKRA,FATUR,RAMDAN! BERHENTI!"suara lantang pak Anar menghentikan aksi ketiganya ralat keduanya

Pak Anar dengan kacamata dan kayu rotan panjang menunjuk kerumunan orang-orang yang menonton,Airin juga termasuk

"Kalian nontonin apa?sepak bola bukan,drama Korea bukan,FTV bukan."--"apa yang kalian tonton sampe gak mau bantu memisahkan mereka?"tanya pak Anar

"Seru pak!"

"UDAH SEMUANYA KEMBALI KE KELAS MASING-MASING!"

Helaan nafas kesal dan decakan setelahnya,Pak Anhar menggelengkan kepalanya tak habis pikir

Kini wajahnya kembali tertuju pada ketiga orang di lapangan

"Saya gak mau ceramah sambil liat wajah kalian yang jelek.Chakra,Fatur obatin dulu wajah kalian setelah itu baru datang ke ruangan saya."











"Kenapa elo tiba-tiba hajar Chakra?dia ada buat salah sama lo?"sambil mengoceh Ramdan berusaha mengobati  sudut bibir Fatur

Mereka berpisah, Chakra pergi ke UKS sedangkan Ramdan dan Fatur menuju kantin.

"Gak mungkin gue nonjok orang tanpa alesan"

"Apa yang bikin elo marah segitunya?"

"Chakra brengsek."










Di sisi lain Chakra bukannya mengobati lukanya ia malah membisu menyenderkan kepalanya di tiang ranjang kasur matanya menatap kotak P3k di depannya

Suara pintu terbuka, terdengar.Chakra masih enggan menolehkan wajahnya

Airin berjongkok membuka kotak P3k dan perlahan tangannya mengobati wajah Chakra tanpa ada bicara

Chakra jelas merasakan hembusan nafas wanita itu, matanya masih sibuk menatap wajah Airin dari dekat yang cantiknya luar biasa

"Pake alesan apa biar bisa kesini?"tanya Chakra setelah Airin sudah mengobati dirinya

"Alesan yang kamu pake waktu itu"

Chakra terkekeh mendengarnya "lucu banget"

Airin mendorong kursi lalu ia naik untuk menyimpan kotak P3k itu di laci atas, tempatnya.

Chakra hanya memperhatikan dengan seksama,tingkah gadis itu benar-benar di luar nalar padahal kan dia bisa minta tolong pada Chakra untuk sekedar menyimpannya

"Maaf"satu kalimat itu meluncur begitu saja di mulut Chakra

Airin masih enggan menjawab,bahkan dia belum turun dari  kursi

"Kemarin pas aku marahin kamu,aku khilaf."


Backstreet [Jeongwoo; Treasure]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang