Hal yang perlu di omongin

131 17 0
                                    


Dengan sweater hitam,celana abu-abu dan kopi juga rokok yang menemani mampu membuat Chakra betah.

Di warung belakang sekolah tempat biasa dia dan geng Agara nongkrong,dia nunggu kedatangan seseorang

Sambil nyebat mengeluarkan asap rokok Chakra menatap jam di tangannya

Ia berdecak sebal karna Fatur yang di tunggu tak kunjung datang

Mereka sudah janjian sepulang sekolah untuk mampir dulu ke warung namun yang ada hanya Chakra

Suara motor Fatur terdengar,dia berhenti tepat di warung berjalan mendekat ke arah Chakra semabari membawa-bawa helm nya

"Tumben pake motor"celetuk Chakra

"Gue hari ini gak ada eskul yang ada nanti orang-orang curiga gue masih diem di sekolah"Fatur duduk lalu menyesap seteguk kopi milik Chakra

"Besok Ramdan udah boleh balik katanya"

"Bagus lah tinggal kita bantu bawa barangnya"

Diam-diam Fatur mengangguk mendengar itu

"Mau bicarin apa?sorry gue gak bisa lama-lama mau jemput nyokap"

Chakra mengangguk "elo tau sesuatu?"

Mata Fatur menyipit "apa?"

"Tentang gue sama--"

"Kayaknya bukan waktu yang pas kita ngobrolin ini sekarang"

Chakra mendongkak menatap Fatur yang tiba-tiba berdiri "tur?"

"Sumpah kepala gue pusing banget chak,gue cabut duluan ya"akhirnya Fatur pergi tanpa Chakra cegah

Chakra kembali duduk menyesap kopinya dengan pikiran yang berkacamuk "dia tahu soal apa?"gumamnya











"Di makan ya,bunda hari ini ada sift malam kunci aja pintunya bunda bawa kunci cadangan kok"

Airin masih diam dengan bibir cemberut sembari memperhatikan gerak-gerik bunda yang menyiapkan makanan di meja makan

"Gina udah suruh bunda kesini"

Airin cengo "jangan kebiasaan gitu bun,siapa tau gina sibuk"

Bunda nya hanya tersenyum mendengar celetukan sang anak "masih inget bunda dulu mandiin kalian berdua bahkan dia udah bunda anggap anak sendiri,kayak kamu"

"Bunda.."panggil Airin lirih

"Kenapa?"

"Kalau semisalnya orang lain kecewa sama kita mereka bakal maafin kita gak?"

"Tergantung"bunda menatap iris mata Airin dalam "kalau kamu bener-bener buat mereka kecewa mungkin mereka bakal maafin kamu tapi gak tentu percaya lagi sama kamu"

"Tapi ini hak aku di ambil sama dia bun,apa aku harus diem aja?"

"Gina suka Chakra?"tanya bunda to the point

Airin merengek"bunda kok bisa menyimpulkan gitu?"

Bunda terkekeh kecil "mau sampe kapan kalian sembunyi-sembunyi gini?kalau aja misalnya dari awal kalian ngasih tau semua orang tentang hubungan kalian gak bakal terjadi sahabat kamu suka sama pacar kamu sendiri"jelas bunda membuat hati Airin sesak

"Terus aku harus gimana?"

"Chakra nya tahu gak?"

Airin menggeleng pelan

"Sebelum terlambat kasih tahu dia,jangan buat diri kamu sakit dengan masalah yang bakal besar nantinya,ngerti?"

"Ngerti bunda"

"Pinter"Bunda beranjak dari duduknya, mengambil tas selempang nya lalu merapikan rambutnya "berangkat dulu,jangan lupa kunci pintu tunggu Gina datang"

"Iya!"




Beberapa saat setelah kepergian bundanya Airin masih termenung di meja makan memikirkan cara supaya dia bisa memberi tahu sahabatnya baik-baik tentang hubungan rahasia dia dan Chakra

Ketukan pintu berbunyi tanpa beranjak pintu itu sudah terbuka dengan sendirinya, Airin sudah menduga bahwa itu Gina

"Bunda udah pergi?"tanya Gina menaruh tas ranselnya lalu terduduk di tempat bunda tadi

Airin dengan raut wajahnya yang masih lesu mengangguk

"Gin--"

"Rin--"

Mereka berdua saling menatap satu sama lain lalu terkekeh "elo dulu deh"ujar Airin mengalah

"Bokap sama nyokap gue berantem lagi, kayaknya mereka mau cerai"

Airin menatap Gina iba, statement nya yang tadi ia rangkai untuk membicarakan hubungan dirinya dan Chakra tiba-tiba pupus begitu saja.Airin tak tega jika harus memberi tahu hal itu di saat keadaan Gina sedang kacau dan butuh afeksi seperti ini

Mata Gina sudah memerah dan berkaca-kaca, tangannya terkepal kuat menahan emosi "kalau gue ikut sama ayah yang ada gue bakal gila gak sih?tiap hari di suruh belajar mulu tanpa ada ibu yang ngebela gue?"

"Ibu gue..gak mau bawa gue"dan saat mengatakan itu tangis Gina pecah ia meremas rambutnya kuat-kuat

Airin bangkit dan berjalan ke arah kursi yang Gina duduki,tangan Airin menahan tangan Gina yang berusaha terus meremas rambutnya

"Elo keliatan pucet banget,makan dulu yu"ajak Airin yang tak tahu harus melakukan apa

Gina memeluk Airin dengan tangisnya "gue gak punya siapa-siapa lagi selain elo,gue mohon jangan tinggalin gue".

















"Apa lagi yang harus di bawa?"

"Tiang infus"

"Yeuh gue sabet lo"timpal Chakra kesal

Ramdan nyegir lalu wajahnya kembali surut bersedih "selamat tinggal kamar rumah sakit yang menyenangkan,kini waktunya gue kembali belajar di rumah yang menyesakan"katanya dramatis

"Bukan temen gue"celetuk Fatur sembari menyusun koper-koper Ramdan

Fatur sebenernya heran,Ramdan sakit kayak yang mau traveling ke luar negri aja sampe bawa tiga koper yang isinya berat-berat

"Pantes Kalana gak ambil keputusan dua kali pas bilang mau putus dari elo"

Ramdan melirik Fatur tajam,nama orang terkasih nya di bawa-bawa.

"Kenapa emang?gue ganteng,kaya bukan waktunya aja Kalana siap membangun kisah lagi sama gue."

"Elo tuh narsis,sakit aja lo masih banyak gaya"

"Ya karna gue jarang sakit jadi sekalinya sakit gue bangga,dan hal itu harus di apresiasi bukan?"

"Stress."

Backstreet [Jeongwoo; Treasure]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang