Malam yang larut ini gadis perempuan itu merenung dengan mata sembab sembari memeluk lututnya.Dia belum keluar dari kamarnya sama sekali,bahkan anak itu tidak mengingat makan.Suara mobil terdengar dari bawah,Gina sudah tahu bahwa itu ayahnya jadi dia hanya acuh, seperti biasanya.
Dan bahkan sekarang rumah besar ini tidak berpenghuni, ibunya sudah pergi meninggalkan rumah pagi tadi
Gina bangkit dari kasurnya, menuruni tangga dengan cepat tanpa takut jatuh langkahnya perlahan memelan saat melihat sang ayah yang bersandar di sofa sembari memejamkan mata dan dasi sudah longgar di lehernya
Merasa bukan waktu yang cocok Gina lebih memilih membalikkan badan untuk kembali ke kamarnya namun belum sempat naik lagi ke tangga suara sang ayah sudah membuat Gina harus kembali membalikkan tubuhnya
"Baru selesai belajar?"tanya sang ayah membenarkan posisi duduknya
Gina tak berani melangkah untuk mendekat,ia enggan menjawab pertanyaan yang di lontarkan ayahnya
Sang ayah pun peka bahwa Gina selesai menangis karna mata sembab anaknya itu terlalu kentara
"Mungkin ayah pikir aku ini lelucon buat ayah,ya?"tanya Gina, mulutnya sudah tak tahan untuk mengeluarkan sesak yang ia pendam sedari tadi
Ayahnya terkekeh,tak menjawab namun wajahnya ia alihkan pada sang anak yang masih berdiri dengan deraian air mata
"BUAT APA AYAH NGELAKUIN ITU?! GAK BERGUNA SAMA SEKALI YANG ADA CUMA BUAT AKU MALU!"teriak Gina telah habis kesabarannya
"Dia udah ngomong semuanya ke kamu,ya?"tanya sang ayah
"Kamu itu gak berubah ya Reegina.Dari dulu tetep aja cengeng harusnya kamu bisa mengkontrol emosi kamu dan bisa berdiri di atas kaki sendiri,jangan manja."
"Aku muak."
"Lagian apa yang mau kamu harepin dari pria seperti Chakra?anak berandalan seperti itu gak cocok sama kamu"
"Ayah,aku juga punya perasaan aku bisa ngerasain sakit"seru Gina baju piyama di bagian lengan kanannya basah karna di gunakan untuk mengelap air matanya
"Ayah bayar Chakra cuma buat aku semangat belajar?"Gina sedikit terkekeh"ayah manfaatin kegigihan aku dari itu?jijik banget tau gak?!"
"Reegina!"sentak sang ayah mulai emosi
"Aku benci sama ayah,karna ayah aku harus benci sama sahabat aku sendiri!"
Hari ini Airin kesiangan dia sebenernya biasa aja karna dia pernah kesiangan bukan hal di luar nalar bagi Airin tapi wanita itu merasa aneh saat mengetahui Gina juga kesiangan, biasanya anak itu sangat anti dan selalu disiplin
Di hukum lah mereka berdua untuk membersihkan aula yang luasnya seperti samudra
Airin berlari dengan pel nya yang sudah ia basahi selagi Gina masih menyapu di ujung
Gina memperhatikan tingkah laku Airin yang cekikikan, pecicilan,baju acak-acakan bahkan sepertinya gadis itu sebulan sekali untuk di keramas namun mengapa gadis itu bisa memikat hati Chakra dengan tampilannya yang berbanding jauh dengan dirinya
Gina menghampiri Airin masih dengan suasana hatinya yang buruk
"Elo beneran baik-baik aja?"tanya Airin sangat tak nyaman melihat sahabatnya yang murung
"Elo inget gak sih?waktu kecil dulu kita pernah buat janji persahabatan?"tanya Gina matanya tertuju pada wajah Airin yang alami cantik
"Inget.Punyaku,miliku dan punyamu,milikmu."--"kita gak boleh ngambil sesuatu yang berharga dari masing-masing kecuali kalau ada izin pinjem"jelas Airin menjawab pertanyaan Gina
KAMU SEDANG MEMBACA
Backstreet [Jeongwoo; Treasure]
FanfictionDi sekolah aja anjing-anjingan tapi kalau di rumah "ayang maafin aku ya".