Hujan telah berhenti meninggalkan perasaan dingin dan juga kegundahan bagi setiap orang yang sedang bersedih
Apalagi untuk Airin yang memilih tak pulang pada rumahnya sekarang sepertinya gadis itu tak menganggap bangunan itu rumahnya lagi,saking sangat kecewanya.
Bolehkah seorang anak kecewa pada orangtuanya?
Gadis itu hanya ingin hidup normal dengan sang bunda tanpa harus berpura-pura atau pun bersandiwara membuat kebahagiaan belaka
Airin duduk pada kursi besi berkarat yang basah di taman yang pernah ia duduki bersama Fatur kala itu
Menunduk,menangis terisak menyakitkan hingga sampai ke dada.
Ia tak punya apapun lagi
Ia tak punya siapapun lagi
Dirinya sudah di keluarkan dari sekolah,mau jadi apa nanti?
Surat pertanyaan dari sekolah ia remas-remas lalu ia buang,tak perduli ucapan kepala sekolah menyuruhnya memberikan itu pada sang bunda.
Gina mungkin ingin memiliki hidup sepertinya tapi Gina tidak tahu bahwa Airin sangat tidak ingin memiliki hidup seperti ini.
"Pulang ya,bunda nyariin"
Hening.Airin sama sekali tak berniat menoleh, mendengar kalimat 'bunda'di sebutkan saja dada Airin semakin sesak dan sakit kekecewaan itu bertambah besar
"Bicarain dulu sama bunda,aku tahu bunda gak bermaksud kayak gini sama kamu"
"Jangan pernah ikut campur seolah-olah lo ngerasain sendiri kecewanya"Airin menggeser menjauhkan duduknya dari pria yang baru saja duduk di sampingnya, Chakra.
"Aku bakal protes ke sekolah supaya kamu gak di kel--"
Akhirnya Airin menoleh dan Chakra bisa dengan jelas melihat wajah dan mata sembab wanita itu,sangat jauh dari baik-baik saja
"Buat apa?lagian gue udah gak perduli"ia menjeda ucapannya dengan bibir gemetar "semuanya udah terlanjur sakit dengan itu,jangan nambah kesakitan gue lagi."lanjutnya dengan air mata turun
Chakra hanya mampu menundukkan kepalanya, memandang pada genangan air yang memantulkan samar-samar wajah Airin yang matanya penuh luka
"Kenapa.."wanita itu menjeda ucapannya sebentar karna harus mengatur nafasnya yang tersengal dan suaranya yang bergetar,"tuhan gak sayang gue,ya?apa gue pernah berbuat salah dulu? rasanya setiap hari selalu ada yang harus gue hadepin,korbanin bahkan di tangisin"
"Ini namanya pelajaran hidup."Chakra angkat bicara,"semua manusia di kasih pelajaran hidup yang berbeda-beda.. mungkin hari ini kamu sedih karna kecewa sama apa yang terjadi,tapi kamu harus inget juga,hari ini,di sana ada orang yang nangis-nangis karna di tinggal mati orang yang mereka sayang"
Airin membisu sejenak,"lantas gue harus terus berdamai sama luka-luka ini?"
Pria itu tersenyum lalu menoleh "bijak."ucapnya
"Sampai kapan?"
Chakra mendekat, menggeserkan duduknya agar lebih dekat dengan Airin karna sangat sayang jika obrolan nyaman ini ia lewatkan
"Menurut aku bukan sampe kapan yang jadi pertanyaan tapi bisa enggak"
"Apa sih,lo ngaco banget gue gak butuh kicauan elo tau gak!"wanita itu marah karna ia tak paham dengan ucapan Chakra yang berbelit
"Bisa enggak kamu ngehindar dari luka itu?"tanya Chakra serius
Airin mengigit bibirnya,tak tahu.Ternyata
Bahkan ia sangat nyaman dengan jenis luka yang telah di terimanya apalagi Chakra yang ia sebut luka,juga.
Airin membenahi tas ranselnya pada pundak lalu berdiri akan beranjak pergi.
"Gue udah pernah bilang jangan perduli sama gue apapun yang terjadi.Jauhin gue di sekolah,di kelas,di kantin dimana pun itu."
Chakra hanya mampu menatap punggung belakang Airin "enggak bisa,Rin."
Airin menelan ludahnya, jantungnya kembali berdetak kencang dan sakit
"Gue mau ngehindar dari luka kayak kata lo bilang tadi,jadi gue mohon jangan perduli lagi sama gue dan jauhin gue,karna lo luka juga buat gue,Chak."
Airin merasa sangat membenci dirinya,ia menyakiti perasaan Chakra lagi kali ini.Aneh rasanya ia yang berucap menyakitkan namun rasa sakit itu kembali pada dirinya seperti boomerang.
Chakra benar-benar luka baginya.
Sejak dahulu,Airin tak pernah ingin mengakhiri hubungannya dengan Chakra bahkan ia sudah berjanji pada dirinya sendiri tak akan pernah lebih dulu memutuskan hubungannya karna Airin mengerti bagaimana rasanya ditinggalkan
Chakra adalah sosok yang membuatnya berhenti berpikir bahwa pria itu tidak semuanya seperti ayahnya,Airin selalu dapat merasakan peran ayah dalam diri Chakra.
Airin menghembuskan nafasnya sebentar sebelum masuk membuka pintu rumahnya
Pemandangan pertama yang ia dapati adalah sosok sang bunda yang terduduk dengan wajah gelisah sehabis menangis
Airin ingin acuh untuk kali ini,ia berjalan abai
"Maafkan bunda."
Tangis Airin pecah saat suara sang bunda terdengar,demi tuhan ia bahkan tak sanggup untuk berbalik ke arah bundanya berada
"Maaf kamu pasti malu dengan semua kejadian yang terjadi di sekolah tadi,maafkan bunda ya nak,bunda banyak kurangnya tapi kamu harus ingat ini semua bunda perjuangin buat kamu"
"Aku gak minta itu"ujar Airin dengan tangsinya yang tersengal-sengal
"Aku gak minta ini semua bunda.Aku gapapa kita hidup kekurangan yang penting aku sama bunda hidup bahagia, karna kita bisa saling berjuang tapi bunda malah milih berjuang sendirian dengan cara yang salah"
Bunda hanya menangis dan terus menangis mencoba meraih lengan putrinya perlahan
"Sejak dulu juga aku gak pernah minta aneh-aneh kan sama bunda?coba bunda sebutin apa yang membuat bunda lakuin ini semua?apa karna aku minta mobil? rumah?apa karna kita udah bener-bener kekurangan?bahkan dengan keadaan minim sangat kekurangan pun aku masih betah hidup sama bunda.."
"Dari dulu juga aku gak pernah nanya perihal siapa ayah aku,dimana ayah atau bahkan kemana ayah pergi...kenapa bunda?apa bunda keberatan aku hidup sama bunda sampe bunda gak sanggup dan ngelakuin semua ini?"ia melanjutkan dengan tangsinya yang semakin terisak
Bunda memeluk tubuh Airin walaupun tubuh putrinya kini jauh lebih tinggi darinya
"Maafkan semua kekurangan bunda,nak."
"Maafkan bunda, sebagai seorang ibu."
Pintu itu terbuka lebar dengan suara bantingan keras hingga menimbulkan keterkejutan
Gina berjalan maju dengan wajah penuh kemarahan "mama kan yang lakuin semuanya?mama yang nyebarin semuanya ke sekolah kan?ini semua kelakuan mama,kan?"
Sang ibu masih saja acuh menghisap rokoknya dengan tawa yang menyebalkan
"Gimana?heboh?"
Wajah Gina berubah memerah marah "KENAPA?MAMA JAHAT GAK PUNYA HATI!"teriaknya
"Harusnya emang itu yang mereka dapetin"
"Gara-gara mama Airin di keluarin dari sekolah... semuanya gara-gara mama"
Sang ibu menempelkan rokok yang masih terbakar api itu pada pipi Gina hingga anaknya merintih "ini semua gara-gara kamu yang gak mau ngasih saya duit!!"
"Besok minta sama ayah mu duit lagi, harus ada.Kalau ngebantah lagi keluarga mereka gak akan pernah hidup bahagia."
"Semuanya ada di tangan kamu, Putri mama tersayang."
Tadinya mau update semua sampe tamat tapi baru sadar kalau ada beberapa yang harus di revisi😁 gwenchana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Backstreet [Jeongwoo; Treasure]
FanfictionDi sekolah aja anjing-anjingan tapi kalau di rumah "ayang maafin aku ya".