HAPPY READING
•
•
•
•
•
•
☁️☁️☁️Sementara Lesa dan Daffa pergi ke Cafe dipinggir Danau, Arsya dan Awan pergi ke Gramedia untuk membeli buku yang Arsya butuhkan.
Sesampainya di Gramedia Arsya langsung turun dan masuk ke dalam, Awan hanya tersenyum melihat tingkah Arsya.
Arsya langsung mencari Buku yang diinginkannya di puluhan rak yang berjejer di sepanjang ruangan.
"sya mau nyari buku yang kaya gimana?" Tanya Awan melihat Arsya masih sibuk memilih beberapa buku tentang ilmu kedokteran.
"mau nyari buku tentang kedokteran, tapi pengen novel juga sih." Jawab Arsya.
Awan mengambil troli belanja yang ada disudut ruangan dan kembali menghampiri Arsya, "Weh mau ngapain? aku mau beli 2 buku doang." Ucap Arsya kaget melihat Awan mengambil troli belanja.
"Yakin 2 doang? katanya mau novel juga." Balas Awan heran.
Arsya menarik Awan dikursi pojok sebelah jendela yang tersedia diruangan,
"Bentar, Awan mau beli Novel?" Tanya Arsya.
Awan menggeleng menjawabnya.
"Terus Awan mau beliin aku Novel?"
Awan mengangguk senang menjawabnya.
Arsya menghela nafas panjang, "andaikan boleh aku pengen beli Novel, tapi aku takut nanti malah dikira ngga menghargai pemberian Awan." Ucapnya
Awan sedikit heran, lalu dia pun bertanya, "Kenapa?"
"Karna Aku pernah waktu itu kan beli Novel, terus dibakar sama Mamih." Jelas Arsya sambil tersenyum.
"Kenapa bisa?"
"Emmm sebenernya salah aku sih, harusnya aku belajar tapi aku malah baca novel, akhirnya ketawan Mamih dan Mamih ngebakar Novel aku." Ucap Arsya sedih.
Tangan Awan tergerak untuk mengelus pucuk rambut Arsya,
"Arsya dan Mamih Arsya sama-sama salah, Arsya Salah karna ngga belajar dan Mamih Arsya harusnya ngga usah sampe bakar Novel-novel itu yakan?" Ucap Awan menenangkan.
"Iy bener juga." Arsya menoleh melihat pemandangan diluar lewat jendela, namun karna jendelanya mungkin belum dibersihkan jadi ada beberapa debu yang beterbangan membuat Arsya bersin.
"Hacuh,,,,,, Hcuhh."
Arsya merasa hidungnya sangat gatal karena debu-debu itu, Arsya terus menggosok hidungnya hingga hidungnya itu memerah.
Awan yang melihat Arsya terus menggosok hidungnya pun langsung meraih tangan Arsya.
"Jangan digosok terus nanti luka, bentar aku ambilin tisu." Ucap Awan.
Awan pun beranjak mengambil tisu, dan tanpa jijik dia langsung mengelap ingus di hidung Arsya.
Arsya menegang, kaget.
Arsya tak menyangka Awan akan bertindak seperti ini, Arsya hanya diam mematung saat Awan masih sibuk dengan hidungnya.
"Nah udah bersih, nanti kalau gatal atau bersin lagi pakai Masker sama tisu." Ucap Awan.
Arsya hanya mengangguk, "alergi debu?" Tanya Awan.
"Ah iya, dari kecil." jawab Arsya.
"nanti kita sebelum pulang beli masker dulu." Ucap Awan.
"Hacuhh,,,, hiks buat apa?" Tanya Arsya sembari bersin lagi.
"buat kamu, kamu alergi debu nanti dijalanan banyak debu." Ucap Awan.
"ngga usah aku juga sering kok pakai motor ngga pake Masker." balas Arsya.
"sama Nicho?"
Arsya mengangguk, "kalau sama bang Nath selalu pakai mobil." Jelasnya.
Awan mengerti, dia akan menelpon Gema dan menyuruh nya untuk membawa mobil kemari.
"Sekarang aku kasih pilihan." Ucap Awan.
"Mau pulang naik motor tapi kamu pakai Masker atau kita pulang naik mobil?" Tanyanya.
"Naik mobil? kan kita kesini tadi naik motor." Ucap Arsya polos.
"Nanti aku minta Gema bawa mobil kesini."
"Eh ngga usah kita naik motor aja, nanti aku pakai Masker." Ucap Arsya.
Arsya kembali menuju rak buku dan membaca beberapa judul buku yang menurutnya ia butuhkan.
"Cita-cita kamu jadi Dokter?" Tanya Awan.
"Iya"
"Kenapa?"
"Dokter itu bisa menyembuhkan orang sakit, dan dokter itu rela dirinya yang sakit demi pasiennya." Jelas Arsya.
"Konsep dari mana?" Heran Awan.
"Awan tau ngga, kalau Awan periksa ke Dokter selesai diperiksa pasti dokternya bilang gini, 'jaga kesehatan, jangan ini itu dan lainnya' yakan?"
Awan mengangguk paham.
"Nah tapi Awan pernah mikir ngga kalau Dokter itu juga bisa Sakit, Dokter nyuruh kita ngga begadang tapi dia sendiri sering begadang Karena pasiennya."
"Tapikan itu udah tugas Dokter buat ngejaga Pasiennya." Ucap Awan.
"Iya, bener tapi mereka juga sering telat makan karna banyak pasien, sedangkan kita yang menjadi pasiennya sering dengan sengaja melupakan pentingnya Makan. Makanya Awan jangan telat makan, Kasian jangan nambahin kerjaan Dokter." Jelas Arsya.
"Dokter sering Nasehatin kita supaya makan makanan yang bergizi dan ngurangin makan mie biar ngga sakit, tapi Dokter kalau Makan malem setau aku kalau udah larut banget mereka pada makan mie juga kaya kita."
Awan mengangguk paham mendengarnya.
"Ada istilah gini, 'Dokter mampu menyembuhkan Pasien namun tidak bisa menyembuhkan diri sendiri' dan aku mau jadi Dokter yg kaya gtu, aku rela sakit demi Pasien ku." Ucap Arsya sambil tersenyum tulus.
"Belajar yg serius gue yakin cita-cita kamu bakalan tercapai."
"Semoga" Lirih Arsya.
Mereka kembali tenggelam dalam Buku Bacaan mereka masing-masing.
"Awan ini aku pilih 3 buku aja" Panggil Arsya.
"Ngga mau nambah?kamu belum ambil buku novelnya ini buku Pelajaran semua" Ucap Awan heran, Bukankah Arsya tadi mengatakan bahwa dia menginginkan buku Novel.
"Engga ini aja, nanti kalau beli buku novel malah di bakar Mamih" Lirihnya Sedih.
Awan menarik tangan Arsya kebagian buku Novel Fiksi, "Kamu pilih sesuka kamu, nanti gue yang bayar dan nnti gue simpan buku-buku Lo ditas gue" Ucap Awan.
"lah nanti Tas Awan Berat dong" Ucap Arsya.
"Ngga mulai besok gue berangkat pake Mobil."
"Makasih" Arsya reflek memeluk Awan membuat Awan membeku.
setelah beberapa detik Awan baru membalas pelukan Arsya membuat Arsya sadar dan langsung melepaskan pelukannya.
"emm maaf" Ucap Arsya Cangung.
Awan menahan senyum saltinga "Ekhem gapapa, ayok pilih bukunya abis itu kita pulang." Ucapnya.
•TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
𝗔𝗦𝗔(TAHAP REVISI)
Teen Fiction[𝐖𝐀𝐉𝐈𝐁 𝐅𝐎𝐋𝐋𝐎𝐖 𝐒𝐄𝐁𝐄𝐋𝐔𝐌 𝐁𝐀𝐂𝐀] 𝐋𝐢𝐡𝐚𝐭𝐥𝐚𝐡 𝐬𝐞𝐧𝐣𝐚 𝐢𝐭𝐮, 𝐢𝐧𝐝𝐚𝐡𝐧𝐲𝐚 𝐬𝐞𝐩𝐞𝐫𝐭𝐢 𝐩𝐚𝐫𝐚𝐬𝐦𝐮, 𝐩𝐚𝐝𝐚𝐦𝐧𝐲𝐚 𝐩𝐞𝐫𝐬𝐢𝐬 𝐤𝐞𝐩𝐞𝐫𝐠𝐢𝐚𝐧𝐦𝐮. 𝐆𝐞𝐥𝐚𝐩 𝐬𝐞𝐭𝐞𝐥𝐚𝐡𝐧𝐲𝐚 𝐢𝐭𝐮𝐥𝐚𝐡 𝐡𝐚𝐫�...