-Ancaman-

667 115 1
                                        

Pagi harinya, Rose bangun dari tidurnya dengan suasana hati yang cukup menyenangkan. Dia masih mengingat dengan jelas perlakuan Jane kepadanya tadi malam dan itu membuatkan dia semakin mencintai cowok itu.

Setelah mengumpulkan nyawanya, Rose bangkit dan berjalan memasuki kamar mandi. Dibukanya baju yang dipakainya itu karena dia harus segera mandi.

Senyuman palsunya langsung muncul ketika dia melihat pantulan punggungnya di cermin kamar mandi. Bekas luka dipunggungnya itu kelihatan dengan jelas.

Srett

"Hiks sakit Jef"

"Diam sialan!"

Rose hanya mampu menggigit bibir bawahnya ketika Jeffri dengan kejamnya menyayat punggungnya.

Itu semua terjadi gara gara Jeffri yang marah ketika melihat Rose mengobrol sama salah satu karyawan cowok di perusahan. Sejak itu juga Jeffri tidak membiarkan Rose bekerja bahkan dia menghalang Rose untuk keluar dari mansionnya.

"Kamu kejam Jef dan aku bersyukur karena bisa bebas dari kamu" gumam Rose menatap pantulan wajahnya dicermin.

*

"Apa Rose sudah bangun?" Tanya Jane yang sudah berada dimeja makan.

"Sudah Tuan Muda. Nyonya Rose lagi bersiap siap" sahut kepala pelayan.

Jane mengangguk singkat. Dia menatap makanan yang sudah terhidang dimeja makan. Ini pertama kalinya dia akan kembali menikmati makanan bersama Rose. Selama ini Rose hanya dibenarkan untuk memakan makanannya didalam kamar.

"J-Jane" Rose gugup ketika menyadari sosok Jane.

"Ayo duduk" ujar Jane.

Walaupun ragu, Rose tetap duduk dibangku disamping Jane. Kepala pelayan bergegas menyiapkan piring untuk mereka berdua.

"Ahjumma bisa pergi" ujar Jane.

Kepala pelayan itu mengangguk dan berganjak kembali ke dapur.

"Bisa lo mengambilkan makanan untuk gue?" Tanya Jane. Walaupun dia masih ngomong lo-gue, nada bicaranya sudah berubah. Nada bicaranya tidak lagi terdengar datar atau dingin.

"E-Eoh" seperti seorang istri, Rose mengambil nasi dan menghidangkan kedalam piring Jane.

"Lo juga makan" ujar Jane.

Rose ikut meletakkan makanan kedalam piringnya "A-apa tidak apa apa aku ikut makan bersama kamu?" Tanya Rose ragu.

"Gue yang meminta dan lo tidak bisa membantah" sahut Jane membuatkan Rose mengangguk faham.

Mereka mula memakan sarapan mereka dengan suasana yang hening. Tanpa Rose sedari, Jane terus menatap kearah pipinya yang menggemaskan itu. Ingin sekali Jane mengecup pipi gembul itu namun dia sadar posisinya.

"Jane, bisa aku bicara sama kamu setelah kita sarapan nanti?" Tanya Rose pada akhirnya.

"Arreosso. Datang saja keruangan gue" sahut Jane.

*

Setelah selesai menikmati sarapan, Rose akhirnya menyusul Jane keruangan cowok itu.

"Gue sering mabuk didalam ruangan ini" ujar Jane.

"Bersama cewek itu?"

Jane yang mengerti siapa yang dimaksudkan oleh Rose akhirnya mengangguk "Iya. Namanya Naya, pacar gue" sahutnya yang ingin membuatkan Rose cemburu.

"Oh pacar" gumam Rose dengan pelan namun Jane masih bisa mendengarkannya.

"Jadi, apa yang lo ingin katakan?" Tanya Jane.

Rose menghembuskan nafasnya dengan kasar "Kamu bilang Jeffri memberikan aku kepada kamu untuk melunaskan hutang dia bukan?" Jane mengangguk "Jadi, apa yang ingin kamu lakukan kepada aku? Apa kamu akan menjual aku?" Lanjut Rose dengan mata yang sudah berkaca kaca.

"Apa lo fikir gue brengsek?" Tanya Jane. Kali ini nada suaranya sudah berubah menjadi dingin membuatkan Rose menelan ludahnya dengan kasar.

"A-aniyo. Aku hanya penasaran. Kamu benci sama aku bukan? Jadi untuk apa kamu menahan aku disini lagi?"

Jane menghela nafasnya dengan kasar "Lo tidak perlu tahu jawabannya"

"Kamu hanya ingin mempergunakan aku untuk memancing emosi Jeffri bukan?" Tebak Rose.

"Lo sudah tahu jawabannya" sahut Jane santai.

Rose tersenyum miris. Sudah dia tebak kalau dia hanya dijadikan pelampiasan Jane untuk melepaskan emosinya kepada Jeffri.

"Baiklah aku mengerti" Rose bangkit dan berjalan keluar dari ruangan itu.

PRANGG!!

"Akh!!"

Mata Jane membulat. Dia bergegas keluar dari kamar dan berlari kearah sumber suara.

"Rosie!" Dia menghampiri Rose yang terduduk dilantai "Apa yang terjadi!?" Paniknya berjongkok disamping Rose. Dengan jelas dia dapat melihat jidat Rose yang sudah mengeluarkan darah itu.

Jane menatap sekeliling. Nafasnya memburu ketika melihat jendela besar mansion nya itu pecah dan kaca berserakan dilantai.

"Shh tiba tiba saja jendelanya pecah dan ada batu yang dilempar ke jidat aku" jelas Rose menahan ringisannya.

"Bos, apa yang terjadi!?" Jisoo bersama pelayan mansion bergegas menghampiri mereka.

"Gimana jendela ini bisa pecah!? Apa kalian tidak sadar kalau ada penyusup dimansion ini!?!" Teriak Jane marah.

"Penyusup!?" Kaget Jisoo "Aku akan mencari yang lain!" Jisoo bergegas berlari ke luar. Dia harus mencari keberadaan para penjaga yang lain.

Tidak butuh waktu yang lama, dia kembali "Bos, penjaga diluar sana sudah pingsan!"

"Tuan Muda, saya menemukan ini" kepala pelayan menghampiri Jane dengan membawa satu kertas yang diambil di samping pecahan jendela.

Jane mengambil kertas itu dan membaca tulisan yang tertulis disana.

-Ini baru permulaan-

Nafas Jane memburu "Sial!" Dia berseru marah "Cari penyusup itu dengan segera dan bereskan kekacauan ini!" Arahnya.

Jisoo bersama pelayan bergegas menjalankan tugas mereka.

Jane pula menggendong Rose ala bridal style dan membawa wanita itu menuju kemobilnya. Dia harus segera membawa Rose kerumah sakit.















  Tekan
    👇

Dark✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang