-Dark-

567 107 10
                                    

Sudah sebulan berlalu namun tidak ada tanda tanda kalau Rose akan membuka matanya. Namun begitu, Jane tetap setia menunggunya sadar bahkan dia bolak balik dari rumah sakit ke perusahan. Dia kembali ke mansion juga hanya untuk mandi karena dia tidak ingin meninggalkan Rose dengan waktu yang lama.

"Appa" panggil Jane memasuki ruang inap Rose. Selama Jane berada di perusahan, Danny lah yang menjaga Rose.

"Ini masih jam 1. Tumben kamu sudah pulang?" Bingung Danny.

"Aku menyelesaikan pekerjaan aku dengan segera karena aku tidak ingin meninggalkan Rose dalam waktu yang lama" sahut Jane "Ini aku ada bawakan makan siang untuk Appa. Appa makan duluan ya sebelum pulang"

"Terima kasih" Danny mengambil makanan pemberian dari Jane dan memakannya disofa.

Jane pula berganjak duduk dibangku disamping kasur Rose. Digenggamnya tangan Rose dengan lembut "Selamat sore Sayang. Kamu masih belum bangun hurm? Aku sudah kangen sama kamu loh. Aku juga ada bawakan bunga untuk kamu"

"Jane" panggil Danny "Tadi Dokter sudah memeriksa kondisi Rose"

"Terus gimana Appa?"

Danny menunduk. Dia kelihatan ragu untuk ngomong karena dia tahu Jane mungkin sulit menerima kata katanya "Dokter sudah mengangkat tangan mereka. Kondisi Rose sekarat. Dia hanya bertahan hidup sama alat penunjang hidupnya. Sekarang hanya ada 2 pilihan. Melepaskan alat penunjang hidupnya itu atau menunggu dia pergi"

"Tidak! Rosie tidak akan kemana mana! Aku yakin dia akan sadar!" Sahut Jane dengan tegas.

"Lepaskan dia pergi Nak. Kasian sama Rose. Dia tersiksa" bujuk Danny. Sebagai seorang ayah, sudah pasti dia juga terluka namun dia tidak ingin anaknya itu merasakan kesakitan lagi makanya dia memutuskan untuk melepaskan Rose pergi.

"Hiks andwae! Appa, aku mohon, jangan biarkan Rosie pergi. Hiks aku tidak ingin kehilangan dia lagi" isak Jane mengecup punggung tangan Rose berkali kali "Rosie, bangun Sayang. Don't go. Don't leave me"

Setetes air mata mengalir keluar dari sudut mata Rose dan ianya disadari oleh Jane "Rosie. Apa sakit hurm? Tolong bertahan Sayang. Aku tidak ingin kehilangan kamu. Ayo bangun Rosie" dia menghapus air mata Rose itu dan beralih mengecup dahi Rose.







Tangisan dan teriakan kedengaran dengan jelas.

Rose menatap sekeliling namun dia tidak menemukan apa apa pun kecuali kegelapan. Semuanya kelihatan gelap.

Dimana dia sekarang?

Apa dia sudah mati?

Tapi, kenapa hanya kegelapan yang menyelimutinya?

Apa yang seharusnya dia lakukan saat ini?

"Rosie, bangun Sayang" suara Jane kembali kedengaran.

"Jane, kamu dimana!?!" Teriak Rose menatap sekeliling "Tolong aku!"

Brukk

Dia terduduk lemes ditanah. Air matanya juga tidak mampu ditahan lagi. Dia ketakutan. Gimana caranya untuk dia keluar dari kegelapan itu?

"Rose Sayang"

"Eomma? Eomma dimana!?!" Teriak Rose ketika suara sang Eomma kedengaran.

"Hiks Eomma. Tolong aku" isaknya.

"Pulanglah Sayang. Masih ramai yang menyayangi kamu"

"Hiks Eomma. Gimana caranya untuk aku pulang?"

Secara tiba tiba, satu cahaya muncul didepan Rose. Dengan ragunya Rose berjalan menghampiri cahaya itu dan badannya langsung ditarik.







Tit tit tit

Badan Rose tersentak kaget bersamaan dengan mesin detak jantungnya yang sudah mengeluarkan bunyi dengan nyaring.

"Rosie! Hey!" Panggil Jane berusaha membangunkan Rose.

Berkali kali dia menekan tombol merah yang ada diatas headboard kasur Rose. Danny juga sudah menghampiri Rose "Rose princess Papa" lirih Danny mengelus kepala Rose.

"Permisi" sang Dokter datang dan langsung memeriksa kondisi Rose. Jane dan Danny pula diminta untuk menunggu diluar.

"Rosie, jangan seperti ini Sayang" lirih Jane ketakutan.

"Sabar Jane. Kita berdoa saja yang terbaik untuk dia" ujar Danny mengelus pundak Jane.

Beberapa menit kemudian, suster bersama Dokter berganjak keluar dari ruang inap Rose.

"Gimana kondisi anak saya Dok?" Tanya Danny.

Dokter John tersenyum "Kalian seharusnya bersyukur. Tuhan masih memberikannya kesempatan untuk hidup"

"M-maksud Dokter?" Tanya Jane.

Dokter John menepuk pundak Jane "Kondisinya sudah stabil bahkan dia sudah sadar"

"Terima kasih Dok" ujar Jane bergegas memasuki ruang inap Rose.

"Terima kasih Dok" ujar Danny ikutan menyusul Jane.

"Rosie Sayang" panggil Jane.

Dengan lemesnya Rose menatap Jane dan sang Appa secara bergantian "A-Appa"

"Iya princess, Appa disini" sahut Danny.

"M-maafkan aku" lirih Rose.

Danny mengelus kepala Rose "Kamu tidak ada salah. Appa yang salah karena tidak percaya sana kamu. Sekarang kamu tenang ya, Jeffri sudah ditahan bahkan dia sudah diberi hukuman. Dia tidak akan mengganggu kamu lagu"

Rose tersenyum tipis. Dihatinya, dia terus melontarkan kata kata syukur karena kebenaran akhirnya terbongkar.

"Rosie" panggil Jane.

"Appa, bawa aku pergi. Aku mau tinggal bersama Appa" lirih Rose mengabaikan Jane.

Jane menunduk sedih. Dia tahu kalau Rose masih kecewa atas ulahnya namun dia tidak akan menyerah untuk mendapatkan maaf dari wanita yang dia cintai itu.









Tekan
   👇

Dark✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang