-Hukuman-

809 116 0
                                        

Jisoo menatap Rose dengan iba. Sekarang, mereka sudah berada didalam mobil untuk kembali pulang kemansion Jane.

"Oppa, bisa bawa aku ke pantai?" Tanya Rose.

Jisoo melirik jam dipergelangan tangannya "Tapi-"

"Tidak apa apa, biar aku sendiri yang memberi alasan untuk Jane nanti" potong Rose.

"Baiklah" putus Jisoo melajukan mobilnya menuju ke sebuah pantai.

Tidak butuh waktu yang lama, mereka tiba di pantai. Rose berganjak duduk diatas pasir dengan memeluk kedua lututnya. Jisoo pula memilih untuk berdiri disamping mobil dan terus memantau wanita itu. Dia benar benar merasa kasian sama kisah hidup Rose namun dia juga merasa aneh. Bukan kah Jeffri sama Rose itu saling mencintai? Tapi kenapa Jeffri sanggup melakukan semua ini kepada Rose? Apa ada sesuatu yang disembunyikan selama ini? Ah, sepertinya dia harus mencari tahu semuanya dengan segera agar dia bisa meminta bantuan Jane untuk melindungi Rose.










"Eomma, aku rindu Eomma. Kenapa Eomma meninggalkan aku sendirian? Aku sudah tidak punya siapa siapa. Appa sudah membuang aku dan sekarang aku hanya tinggal sama sosok yang kejam. Tapi bodohnya aku yang mencintai sosok itu. Eomma, bantu aku. Aku mohon" lirih Rose menatap awan seakan mengajak sang Eomma berbicara.

Sejak Rose berusia 17 tahun, sang Eomma pergi untuk selama lamanya gara gara kanker yang dialami olehnya selama ini. Dulu, mereka merupakan keluarga yang cukup harmonis namun semuanya berubah setelah kematian sang Eomma. Kehadiran Jeffri yang melamar Rose setelah Rose lulus kuliah juga membuatkan Danny langsung menerima lamaran itu karena selama ini Jeffri benar benar bersikap baik didepannya.

Ah, andai saja Danny tahu kelakuan Jeffri yang sebenar, Rose pasti tidak perlu menikahi pria itu.

"Rose, ayo pulang" panggilan dari Jisoo membuyarkan lamunan Rose.

Dengan buru buru Rose menghapus air matanya yang tiba tiba mengalir keluar itu dan berganjak menghampiri Jisoo "Ayo"











Setibanya di mansion, Rose bernafas lega ketika tidak melihat keberadaan Jane. Dia memutuskan untuk langsung kekamar dan membersihkan dirinya.

Ceklekk

Nafasnya seakan tercekat ketika melihat Jane yang sudah duduk disofa didalam kamarnya. Raut wajah cowok itu juga kelihatan datar. Sepertinya Jane sudah benar benar emosi.

"Ini sudah lewat jam makan malam! Darimana saja lo hah!?" Teriakan Jane membuatkan Rose tersentak kaget.

"M-mianhe. A-aku tadi ke pantai" sahut Rose menunduk takut.

Jane bangkit menghampiri Rose "Lo tahu kalau lo bakalan dihukum kalau lo melanggar arahan gue bukan?" Bisiknya.

Rose mengangguk berkali kalian "Terus kenapa lo masih saja melanggar arahan gue!? Lo memang sengaja mau menantang gue hah?!" Teriak Jane.

"Mianhe" hanya ini yang mampu Rose katakan.

Srettt

Jane menarik rambut Rose dengan kasar dan melemparkan wanita itu keatas kasur.

Dia duduk diatas perut Rose dengan kedua tangannya yang sudah mencekik leher wanita itu "Ini hukuman untuk lo!"

"J-Jane j-jangan" Rose sudah kesulitan untuk bernafas. Dia berusaha mendorong Jane namun tenaga Jane yang lagi emosi lebih kuat darinya.

Pandangan Rose sudah buram. Apa sekarang dia akan mati? Ah, mungkin sang Eomma juga sudah menunggu kedatangannya.

"Eomma, aku datang"

Perlahan lahan Rose tidak sadarkan diri. Jane melepaskan cekikannya itu "Bangun sialan!" Teriaknya menampar pipi Rose.

Namun Rose tetap saja belum membuka matanya "Lo merepotkan gue bangsat!" Teriak Jane mengusap wajahnya dengan kasar.

Dia berganjak keluar dari kamar "JISOO HYUNG!!" teriaknya.

Tidak butuh waktu yang lama, Jisoo berlari menghampirinya "Ada apa Bos?"

"Panggil Dokter kesini. Wanita itu pingsan" ujar Jane datar.

"Baiklah Bos" sahut Jisoo bergegas menghubungi Dokter langganan Jane.

Jane melirik Rose yang masih tidak sadarkan dirinya "Ck, merepotkan" gumamnya namun dia tetap saja merasa khawatir sama kondisi Rose.

Dia merasa sedikit bersalah karena hampir membunuh sosok yang pernah masuk kedalam hatinya. Namun gara gara rasa marah setelah mengingat Rose yang menolak cintanya, rasa bersalahnya itu langsung menghilang "Dia pantas untuk mendapatkannya" gumamnya.









"Dia pingsan gara gara sesek nafas. Gue sudah memakaikan masker oksigen agar dia bisa bernafas dengan stabil" ujar Wendy, sahabat Jane.

"Semuanya gara gara lo bukan?" Lanjut Wendy menatap Jane dengan curiga.

"Gue tidak melakukan apa apa" sangkal Jane.

"Gue dapat melihat dengan jelas ada memar di leher dia. Itu tanda cekikan. Tidak mungkin dia mencekik diri dia sendiri"

"Mungkin saja dia mau bunuh diri" sahut Jane santai.

Wendy menghela nafasnya dengan kasar "Jane-ah, jangan terlalu kasar. Dia cewek. Lupakan saja dendam lo itu. Lo tidak bisa menghukum dia. Dia juga sudah menyesal"

Selama ini Wendy juga memang mengetahui kisah hidup Jane melalui Jisoo dan dia benar benar berharap agar Jane segera sadar atas kelakuannya.

"Gue tidak bisa mengawal perasaan gue Wen. Gue langsung tersulut emosi setelah kejadian masa lalu itu muncul difikiran gue. Hati gue sakit gara gara dia menolak lamaran gue dan memilih untuk menikah sama Jeffri" lirih Jane.

Wendy menepuk pundak Jane "Lo butuh bantuan psikitiaris. Gue punya kenalan psikitiaris. Kalau lo sudah siap, kabarin saja gue" setelah itu, dia berganjak pergi meninggalkan Jane yang terus menatap wajah Rose dengan tatapan yang sulit diartikan.
















  Tekan
    👇

Dark✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang