05.

605 41 0
                                    

Sebuah bangunan berlantai 30 itu berdiri kokoh, bangunan yang merupakan gedung perkantoran milik Edgar Mahendra sudah berdiri selama lebih 21 tahun lamanya, perusahaan yang selalu menjadi pilihan pertama setiap ceo-ceo besar yang ingin berkerja sama dengannya baik dalam negeri maupun dari luar negeri sekalipun.

Maka dari itu, tidak salah kenapa hidupnya bergelimang harta itu semua disebabkan karena kesuksesannya sebagai pemilik perusahaan Mahendra company.

Siang harinya, Chintya datang ke kantor edgar tak perlu tanyakan bagaimana penampilannya, karena tetap sama yaitu sempurna dan terlihat cantik dengan balutan dress selutut berwarna putih yang tidak ketat. Meskipun umurnya menginjak 33 tahun dan Edgar 37 tahun, wajahnya masih terlihat sangat muda.

Ya. Mereka nikah muda saat dulu dan juga terbilang dari tragedi perjodohan juga, namun, masing-masing dari mereka menjalankannya secara tulus sampai lah sekarang dimana rumah tangga mereka masih terjalin harmonis.

"Selamat siang bu chintya." Sapa karyawan wanita.

"Siang chaery, apa bapak ada di kantor?." Tanyanya.

"Ada kok bu, mari saya hantarkan."

"Oh, tidak usah, saya sendiri saja ke ruangannya, ngomong-ngomong hari ini tidak ada jadwal atau meeting kan?."

"Tidak ada bu, bapak baru saja menyelesaikan jadwal meeting nya sama klien dari Singapura, sekarang bapak ada di ruangan pribadinya."

Chintya mengangguk. "Ya sudah kalo gitu, saya ke ruangan bapak dulu, terimakasih banyak chaery."

"Sama-sama bu."

Berjalan menuju lantai 17 dimana ruangan milik suaminya berada di sana, setelah menaiki lift ia pun sampai di ruangan milik suaminya.

Tokk... Tokk... Tokk...

"Masuk."

Chintya membuka pintu dan terpampang di hadapannya suaminya sedang duduk di kursi memakai kemeja putih sedangkan jas hitamnya ia letakkan di belakang kursi.

"Oh, kamu sudah sampai." Ucap edgar langsung berdiri dan menghampiri Chintya, di peluk bahkan di cium kening istrinya itu.

"Kamu lagi sibuk, mas?."

"Gak sayang, aku cuman lagi selesaikan beberapa berkas aja kok."

"Ya sudah kalo gitu, kamu selesaikan saja dulu baru kita makan siang."

"Kalo gitu kamu duduk dulu aja, aku sebentar lagi selesai kok, biar aku telepon ob untuk buatkan kamu minum."

"Gak usah, aku juga gak haus kok."

"Serius?."

"Seriusan mas, udah kamu lanjut aja kerjanya, aku tungguin."

Edgar tersenyum lalu mengelus rambut sang istri.

"Baiklah, aku gak lama kok, sebentar ya." Chintya mengangguk.

Ia berjalan duduk ke sofa lalu mengeluarkan handphone miliknya, ketika Chintya sibuk membuka sosmed tiba-tiba wajah berubah serius dengan dahi mengerut.

"Ini kan.... Tunggu deh, kok ini kayak Alice ya."

Edgar yang sibuk dengan berkas langsung menoleh kearah Chintya.

"Sayang, ada apa?."

"Mas, lihat ini deh. Ini alice bukan si? Pacarnya mashiho." Edgar langsung menghampiri Chintya.

"Lho, Iyah ini alice, tapi kok dia foto sama cowok lain bukan sama cio?."

"Tuh kan apa aku bilang, si alice nih sebenarnya cuman manfaatin cio doang, ini bukan sekali dua kali aku lihat seperti ini Pi."

Kapten Basket Adalah Suamiku • Takata MashihoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang