56.

527 34 1
                                    

Di tengah derasnya hujan, mashiho berjalan kaki tanpa tujuan yang jelas. Sudah hampir setengah jam ia mengitari setiap jalanan di tengah hujan yang deras, Langit malam dengan udara yang dingin tidak membuat ia berhenti untuk mencari keberadaan gina sang istri yang telah ia sia-siakan selama ini.

Kebodohan yang mashiho lakukan justru membuat dirinya terjerumus kedalam lubang penyesalan yang mendalam, terlalu mempercayai ucapan alice dan dino ia harus kehilangan sahabat baiknya, dan sekarang. Ia juga harus kehilangan sosok wanita yang selama ini selalu menemaninya bahkan di saat dirinya memperlakukan gina selayaknya wanita tanpa harga diri.

Tidak ada yang bisa ia lakukan untuk saat ini selain menangisi kebodohan dirinya sendiri. Berulang kali gadis itu berusaha untuk menyakini dirinya sendiri agar tidak mempercayai Alice, namun, ia justru malah membentaknya dan mengeluarkan kata-kata yang menyakitkan.

Karena perbuatannya malam itu, sikap gina berubah sepenuhnya, dari yang paling cerewet kini menjadi pendiam, yang selalu memperhatikan hal kecil terhadap dirinya kini lebih memilih tidak memperdulikannya.

Karma? Mungkin bisa dikatakan itu sebagai tanda balasan dari tuhan atas apa yang sudah ia lakukan selama ini.

"Kamu dimana gin, hiks, aku harus cari kamu dimana lagi"

Derasnya hujan bahkan mampu menutupi isakan tangis mashiho, ia benar-benar menyesali perbuatannya sendiri dan kini haruskah ia mengatakannya yang jujur kalo sebenarnya ia mulai mencintai gina sejak lama, namun, ego nya saat itu masih tinggi hingga lebih memilih alice gadis penipu.

Sudah seminggu semenjak gina memutuskan pergi dari rumah pemberian papa mertuanya, saat itulah rasa kesepian melanda mashiho. Pria itu merasakan bagaimana sepi hidupnya tanpa gina di sisi nya.

Ia bahkan sudah berusaha mendatangi rumah kediaman mama mertuanya, tapi selalu mendapat jawaban bahwa gina tidak ada di rumah. Teman-teman lamanya juga tidak ingin membantu dirinya dan terkesan tidak memperdulikannya lagi.

Kedua orangtuanya juga sudah tau semuanya tapi mereka lebih memilih tidak ikut campur agar mashiho sendirilah yang mencari cara untuk menyelesaikan masalahnya. Karena masalah ini muncul berawal dari dirinya.

"Maafin aku gina, hiks, aku minta maaf sama kamu, tolong pulang gin hiks, aku mohon pulang"

"Aku jahat sama kamu gin, aku udah menyia-nyiakan wanita sebaik kamu, aku minta maaf, aku nyesel gina, hiks!"

"Aku harus mencari kamu kemana lagi gin, aku benar-benar merindukan kamu, hiks!"

Hujan yang deras kini mulai sedikit mereda meskipun gerimis masih mengalir turun dengan deras, Baju pasien yang dipakai olehnya sudah basah kuyup dan langkah kaki yang mulai melemah, mashiho yang sedari tadi menangis merasakan dada yang sesak kini terjatuh duduk di aspal.

Seolah tidak memiliki tenaga lagi untuk berjalan, mashiho menundukkan kepalanya sambil menangis sejadi-jadinya. Ia tidak akan menyalahkan gina atas apa yang terjadi padanya, justru ia sangat membenci dirinya sendiri yang lebih gampang terhasut oleh alice dan dino.

"Hiks, pulang gin hiks, aku mohon sama kamu hiks, aku minta maaf sama kamu, aku tau ini telat untuk mengatakannya hiks... Aku mencintai kamu jauh sebelum kamu menyatakan perasaan kamu ke aku, hiks!"

"Aku bodoh gina, hiks, aku bodoh! Kamu boleh benci aku gin, tapi aku mohon kembalilah, hiks, jangan tinggalin aku sendirian hiks!"

Saat ia memilih menangis menunduk dengan membiarkan air hujan membasahi dirinya, langkah kaki seseorang berdiri di depan nya kemudian berjongkok di depan mashiho.

"Shio" suara yang lembut dan halus itu menusuk pendengaran mashiho yang sedang menangis.

"Hiks, bahkan aku bisa mendengar suara kamu lagi, maafin aku gin, hiks, aku minta maaf hiks!"

Kapten Basket Adalah Suamiku • Takata MashihoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang