"Kamu adalah alasan mengapa aku dapat jatuh cinta tanpa henti. Sebab kamu indah, dan aku tidak pernah menyesali temu yang luar biasa ini..."
°❀⋆.ೃ࿔*:・˚ 🐻❄️ྀིྀི⋅࿔*:・˚.ೃ࿔ ࣪ ִֶָ☾.
Kaki ku kembali masuk ke dalam Café yang beberapa minggu lalu sempat ku datangi. Ada beberapa tugas sekolah yang belum sempat ku selesaikan, jadi aku memilih untuk mengerjakannya di sini. Suasananya yang tentram dan segar, membuatku tertarik.
Hari ini cukup sepi, tidak ramai pelanggan seperti hari-hari biasa. Dan aku merasa senang. Aku berjalan mendekati meja yang paling ujung. Namun aku menghentikan langkah ketika melihat meja yang biasa ku tempati, sudah terlebih dulu di tempati oleh seseorang.
Aku mengernyit saat tidak merasa asing. Hingga seperti habis diberi durian selusin, mataku langsung berbinar ketika mengenali sosok itu. Itu...
"Elle!"
Aku berseru memanggil namanya. Dia menoleh dan mendapati aku yang tengah berlari ke arahnya. Saat aku sudah benar-benar tepat berada dihadapannya, aku baru merasakan gugup yang tak terkira. Wajahku panas dan kaki ku gemetar ketika aku mulai menarik kursi tepat di depannya.
"Haii!"
Elle menatap aku tanpa bicara beberapa detik, hingga dia membalas kalimat ku. Bukan balasan sapaan yang ku dapat, melainkan kalimat, "Kenapa?"
Aku mengangkat alis bertanya. "Kenapa maksudnya?"
Elle diam kembali sambil terus meluruskan pandangannya ke arah ku. Mengerjap beberapa kali sebab aku merasa bingung, namun aku memilih mengukir senyum untuk membalas tatapannya.
"Kamu sering ke sini, ya?"
"Hm."
Singkat sekali. Sekarang jadi aku yang bingung dan merasa tidak enak.
"Aku boleh duduk di sini, kan?"
Elle kembali mengalihkan pandangannya ke arah buku yang memang sedang dia baca tadi. "Silakan. Tapi jangan berisik."
Aku mengukir cengiran. "Kenapa gak boleh berisik? Padahal aku mau tanya-tanya soal yang gak aku bisa. Aku mau kerjaiin tugas, tapi ngerasa kesulitan. Kamu bisa bantu, Elle?"
"Soal apa?"
Elle menutup buku, memusatkan perhatiannya padaku. Dan sekarang malah aku yang ingin cepat kabur, karena merasa tidak kuat untuk menahan rasa gemetar di kaki.
"Matematika," jawabku cepat.
"Coba gue lihat dulu. Kalau bisa, gue bantu."
Singkat dan padat. Namun ciri khas inilah yang menggambarkan seorang Elle yang ku kenal. Dia selalu suka membantu siapapun yang merasa kesulitan. Sejak dulu, dia benar-benar tidak berubah.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALTAR RASA | END ✓ |
Teen FictionKisah ini menceritakan pertemuan Naray ńa Ascella dengan sosok laki-laki penolong. Kata Rayna, dia seperti malaikat. Selalu menjadi rumah, disaat dunia Rayna redup dan tidak memiliki seorang pun untuk pulang. Tanpa lelah, sosok itu terus menuntun Ra...