ꜱɪʀɪᴜꜱ

214 165 35
                                    

There are so many stars shining in the sky...

So many beautiful things wink at your eyes...

But when Sirius appeared, the others disappeared...

...they were pushed back...

°❀⋆.ೃ࿔*:・˚ 🐻‍❄️ྀིྀི⋅࿔*:・˚.ೃ࿔ ࣪ ִֶָ☾.

Hari berganti malam, ketika aku dan Elle akhirnya beranjak pergi dari bukit hijau, lalu berjalan menuju arah pulang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari berganti malam, ketika aku dan Elle akhirnya beranjak pergi dari bukit hijau, lalu berjalan menuju arah pulang. Kesunyian malam mengisi ruang antara aku dan Elle selama perjalanan. Tidak ada yang bicara.

Menghela napas gusar, aku menekan perut ku yang entah mengapa mulai terasa sakit. Rasanya seperti ditusuk-tusuk ribuan jarum, dan sepertinya aku tahu bahwa dalam waktu dekat aku akan datang bulan. Namun rasa sakitnya datang di waktu yang sangat tidak tepat. Bagaimana dalam keadaan di atas motor, aku mulai gelisah sebab sakit yang tak kunjung reda.

"Lo kenapa?"

Atensi ku teralih pada Elle yang baru saja bertanya.

"Gakpapa, kok."

Elle membuka setengah kaca helm-Nya, lalu melirikku sekilas dari kaca spion. "Gue gak bodoh untuk bedaiin raut muka biasa aja sama muka yang lagi nahan sakit."

Tertegun, aku mulai melepas cengkeraman tangan ku pada perut. "Perut aku sakit, Elle..." Aku melirih.

"Sebentar, sebelum pulang mending makan dulu."

Aku refleks menggeleng. "Bukan. Bukan karena laper."

"Terus karena apa?"

Sekarang aku bingung ingin menjawab bagaimana. Aku memang sudah hafal rasa sakit untuk tamu bulanan yang akan segera datang. Namun, bagaimana aku membicarakan ini dengan Elle? Aish!

"Bukan karena apa-apa, kok! Palingan cuman mules biasa aja," kataku dengan senyum yang ku paksakan terbit.

"Sakit perut mau dateng bulan, ya?"

Mataku melotot lebar-lebar. Astaga, astaga! Bagaimana Elle bisa tahu?! Cowok ini kadang-kadang di luar perkiraan!

"Sorry, kalau perkataan gue barusan bikin lo malu. Sekarang mau ikut gue makan jagung bakar, gak?"

Aku menyorot Elle dengan sedikit ragu, namun tak urung akhirnya mengangguk juga.

Mataku kembali memperhatikan jalanan yang cukup ramai dengan lalu lalang kendaraan serta pedagang kaki lima. Elle lalu menghentikan motornya di depan gerobak jagung bakar. Aku turun terlebih dulu, baru kemudian disusul Elle.

ALTAR RASA | END ✓ |Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang