ᴛᴇᴍᴀɴ ᴄᴇʀɪᴛᴀ

130 98 5
                                    

"Sejatinya manusia membutuhkan teman cerita yang teguh. Yang tak hilang sewaktu-waktu dan senantiasa memaruh kisah di banyak hari..."

°❀⋆.ೃ࿔*:・˚ 🐻‍❄️ྀིྀི⋅࿔*:・˚.ೃ࿔ ࣪ ִֶָ☾.

Satu jam berlalu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Satu jam berlalu. Elle membuka lembar buku kimia milik Rayna, menyimak materi baru tentang Benzena. Tadi Rayna mengadu, katanya guru kimia nya memberi sepuluh soal untuk dikerjakan di rumah. Namun Rayna belum paham betul terhadap soal dan cara pengerjaannya. Jadi dengan otak cerdas dan pemahaman baiknya, Elle menjadi pertolongan pertama untuk gadis itu.

"Benzena memiliki sifat yang unik, yaitu mudah mengalami substitusi daripada adisi. Hal ini disebabkan oleh adanya?" Rayna membaca ulang soal dibuku tulisnya, lalu melirik Elle sekilas.

"Karena adanya Resonansi Elektron," jawab Elle.

Rayna manggut-manggut. "Kenapa jawabannya bisa itu?"

Elle bersedekap. "Karena benzena itu merupakan senyawa yang gak jenuh. Dia punya ikatan rangkap yang lebih mudah buat ngalamin reaksi substitusi daripada reaksi adisi. Dan ikatan rangkap itu juga diisi sama kumpulan elektron."

Rayna memiringkan kepala, mengerjap dua kali. "Aku gak paham, El."

Elle tertawa pelan. "Jadi begini, Naraaa.." Ia mengambil satu pulpen, lalu menulis beberapa kata di buku tulis Rayna. "Suatu pereaksi kayak bromin atau asam halida itu direaksikan sama benzena. Terus kumpulan elektron di ikatan rangkap benzena itu bakal terdelokalisasi ke ikatan tunggal. Dan ikatan tunggal itu bakal berubah jadi ikatan rangkap. Nahh, ini tuh berlangsung secara terus-menerus, sampai akhirnya menyulitkan terjadinya reaksi adisi."

"Oooohhhh.."

"Sudah paham?"

Rayna mengangguk. "Aku paham, tapi gak paham-paham banget. Hehe.."

"Yaudah gakpapa. Sekarang lanjut ke nomor delapan, ya."

Elle menyimak kembali soal di buku tulis. "Perubahan warna yang terjadi pada bromin pada reaksi adisi alkena dengan halogen adalah?" Elle melirik Rayna sekilas. Namun ketika melihat Rayna yang diam sembari menunduk, membuat atensi Elle tersulih.

"Hei, kenapa?"

Rayna mengangkat kepala cepat, kemudian menggeleng penuh senyum. "Gakpapa. Aku gak kenapa-kenapa."

Elle menghela napas. "Ada apa, Nara? Lo gak bisa bohong apapun sama gue. Meski sekarang lo lagi senyum, gue gak buta buat sadar kalau beberapa detik lalu wajah lo murung. Is everything okay?"

Rayna kembali menunduk. "Elle, hari ini aku banyak sedihnya.."

"I am here. Ayo cerita.."

Rayna menengadahkan kepala. "Tadi di sekolah aku dijahatin sama teman-teman. Rambut aku dijambak, pipi aku di tampar, tubuh aku di benturin ke tembok, dan aku dicaci maki. Tapi kamu tahu itu karena apa, El?" Senyum Rayna tersemat samar. "Itu semua karena Mama aku. Ternyata selama ini dia sering ke club dan selingkuh sama laki-laki yang udah punya keluarga. Terus ketika istri laki-laki itu tahu tentang perselingkuhannya dengan Mama, beliau langsung jatuh sakit. Anaknya gak terima, dan akhirnya ngehajar aku habis-habisan. Dia nyimpen banyak foto-foto perselingkuhan Mama. Dia juga ngasih kesempatan aku untuk berhentiin hubungan Mama sama laki-laki itu. Dan kalau aku gagal, dia mungkin bakal bertindak lebih jauh lagi. Aku takut, El. Gimana kalau dia nekat nyebarin foto-foto itu ke anak lain? Aku takut nama Mama jadi buruk. Aku gak mau Mama dihina banyak orang."

ALTAR RASA | END ✓ |Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang