ꜱᴀᴛᴜ ʜᴀʀɪ ᴘᴇɴᴜʜ ꜱᴇɴʏᴜᴍ

129 112 6
                                    

"Sekuntum rindu kusemai dalam tiap kata. Dalam tiap bait, kuukir namanya. Harapannya, seiring tinta yang meringkai, semoga tuturku menjadi jembatan yang menunuti pradua hati. Kuharap sajak ini akan menyambangi, di mana pun ia berjejak."

°❀⋆.ೃ࿔*:・˚ 🐻‍❄️ྀིྀི⋅࿔*:・˚.ೃ࿔ ࣪ ִֶָ☾.

"Happy Birthday, Naray ńa Ascella

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Happy Birthday, Naray ńa Ascella.."

Elle membuka penutup mata Rayna, menelisik senyum lebih jauh.

"El?"

Rayna terperangah. Matanya menangkap lautan bunga berwarna-warni yang menghampar lapang di hadapannya. Kelopak mawar merah bersinar, tulip pancawarna, dan lili putih murni yang mengelumuni sudut ruangan. Kilap lilin yang berderap lembut mewujudkan siluet menari di dinding, membentuk pola-pola abstrak yang memikat.

"El, sumpah indah banget! Aku suka!" Rayna antusias. "Kamu siapin ini semua berapa lama? Kok gak ketahuan sama aku?"

Elle terkekeh, ia mengetuk dahi Rayna pelan. "Kalau ketahuan, namanya bukan kejutan."

"Iya, sih.."

Elle lalu menarik tangan Rayna, menggandengnya menuju ke balkon. Tempat tersebut dihias tanaman rambat yang menjuntai. Bunganya mekar semerbak. Kemudian sebuah meja kecil dengan dua kursi rotan diletakkan di sudut, mengundang untuk berbincang.

"Gue mau kasih dua benda yang padat makna. Siap sedia terima, Nara?"

Rayna membuat tanda hormat di kepala. "Siap akan di terima, Tuan!"

Elle tersenyum tipis, lalu ia mengeluarkan sebuah kotak kecil dari sakunya. Elle membukanya dan memperlihatkan sebuah kalung penuh minat. Kalung itu berbentuk hati, bertatahkan batu permata berwarna biru safir yang berkilauan.

"AH, MAMA! BAGUS BANGET MAMA!" Rayna menutup mulutnya yang kelepasan berteriak, lalu ia mengibas-ibaskan wajahnya yang merona. "El, ini mah kamu gak mau sekalian ngelamar aku aja? Aku gak akan nolak kok, El! Janji aku bakal terima, gak sampai hitungan detik! Ayo lamar aku please!"

Elle memutar tubuh Rayna untuk memasangkan kalung pada leher jenjang gadis itu. "Nanti, ya. Belajar dulu yang rajin, lulus dengan hasil yang maksimal, kuliah dengan baik dan kerja sampai sukses. Nanti baru gue nikahin."

Rayna cemberut, kembali menghadap Elle. "Nanti kalau kamu diambil orang gimana? Atau kamu jadinya nikah sama perempuan lain? Awas aja, ya! Aku gak terima! Bakal aku rusak pestanya, aku bom dan aku bakar habis-habisan!"

Elle menggeleng. "Sadis banget sih, Tuan Putri."

Rayna maju selangkah, lalu memeluk Elle. Mencari kenyamanan dalam peluk tubuh lelaki yang begitu ia sayang.

"El, sebenernya akhir-akhir ini aku lagi meriang gitu. Penginnya dipeluk kamu terus. Kalau gak ketemu kamu bawaannya gegana, gelisah, galau, merana. Aduh ini kenapa, ya? Tanda harus satu rumah, kah?" Rayna mencerocos.

ALTAR RASA | END ✓ |Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang