ꜱᴀᴅᴀᴡɪʀᴀ

249 209 38
                                    

Aku terus-terusan merutuk, melampiaskan rasa kesal yang sedari tadi membuatku uring-uringan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku terus-terusan merutuk, melampiaskan rasa kesal yang sedari tadi membuatku uring-uringan. Aku benar-benar lupa menyisakan uang saku untuk ongkos pulang. Saldo gopay ku juga telah habis, dan memang tidak ada angkutan umum yang melintas di depan Sekolah ku. Alhasil aku tidak bisa pulang sekarang ini.

Rasa ingin menangis langsung mencuat ketika melihat langit yang mulai menggelap bersamaan dengan munculnya kilasan cahaya tipis. Rintik-rintik hujan mulai terasa saat aku mulai melangkahkan kaki ke luar dari gerbang Sekolah. Lagi pula sekolah sudah sepi sejak tadi, dan aku memang pulang lambat karena ada ekskul sains bersama Taseefa dan Seren.

Aku celingukkan saat menyebrang jalan raya, lalu langsung berlari menuju trotoar. Tidak tahu tujuannya hendak kemana, aku memilih menuruti langkah kaki ku saja. Aku justru berharap saat ini akan bertemu dengan Elle lagi. Ya, walau aku tahu kemungkinannya sangat sedikit.

Sejenak, aku memilih untuk duduk di Halte. Tidak ada siapapun di Halte ini, selain aku. Menunduk, aku mulai mengayun-ayunkan kaki sambil berpikir bagaimana caranya agar aku bisa pulang ke Rumah tanpa uang.

"Permisi..."

Aku langsung mendongak cepat.

"Hai, cewek. Sendirian aja. Butuh tumpangan, gak?"

Aku mengernyit menatap laki-laki yang sedang naik motor besar dengan memakai seragam sekolah yang dibalut jaket tebal. Aku mulai merasa takut dan was-was ketika melihat laki-laki itu telah melepas helm dan mulai berjalan mendekat.

"Siapa, ya?" Aku bertanya dengan langkah yang perlahan mundur, menghindari laki-laki di depanku ini.

"Oh, ya. Kita belum kenalan." Laki-laki itu mengusap surainya ke belakang, lalu tersenyum guyon sambil mengulurkan tangannya ke arah ku. "Nama gue, Randra."

"Mau apa?" Aku bertanya cepat. Memeluk tas erat-erat.

Randra tertawa. "Mau nganterin lo pulang. Butuh tumpangan, kan? Bener, gak?" Randra berpikir sejenak. "Tadi gue ngelihat lo kayak orang bingung di jalanan. Siapa tahu lo emang gak ada duit buat pulang. Hehe..."

Aku mengerjap. "Maaf. Tapi aku bisa pulang sendiri."

Randra menukik alis. "Yakin? Udah mau hujan, loh! Gluduk-gluduk! Nanti bukannya lo sampe ke Rumah, eh malah belok arah ke Rahmatullah gara-gara kesamber gledek."

Mulut cowok ini! Kurang ajar banget!

Aku tersenyum sungkan. "Gakpapa. Aku takut ngerepotin kamu."

Randra tertawa. "Kalau ngerepotin mah dari tadi gue gak bakal nyamperin lo buat nawarin tumpangan. Udah buruan, gue anter! Daripada gue tinggalin di sini, lo mau di culik om-om kulit zebra, hah?" Randra bertanya sewot lalu mulai berjalan kembali ke arah motornya dan memakai helm.

ALTAR RASA | END ✓ |Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang