ꜱᴇᴍᴜ ᴍᴇɴᴅᴇʀᴜ

152 121 53
                                    

"Mentari bergulir, menayub di lengkung kias. Menyimpang strata, di lautan huru memampang. Detik demi detik, kita tatah lakon di sempadan landai, di lembah swastamita. Sebaris alun ombak, menemani tawa. Juga gemintang yang berpesai, menggumai malam kita yang tamam."

°❀⋆.ೃ࿔*:・˚ 🐻‍❄️ྀིྀི⋅࿔*:・˚.ೃ࿔ ࣪ ִֶָ☾.

Setelah melewati minggu-minggu penuh ujian, akhirnya aku bisa sedikit bersantai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah melewati minggu-minggu penuh ujian, akhirnya aku bisa sedikit bersantai. Dan di akhir pekan ini, aku memutuskan untuk tidak melakukan apapun selain bersantai. Niatnya sih, begitu. Namun ide Randra untuk berkemah bersama, mematahkan segalanya. Terlebih lagi ide tersebut disetujui oleh Elle dan Ailee. Kalau sudah begitu, aku hanya bisa menurut pasrah. Sebab mereka sudah merencanakan untuk pergi ke Seraphina's Cove, sebuah pantai kecil yang terkenal dengan keindahannya.

Sejak beberapa hari sebelumnya, kami sudah sibuk menyiapkan segala keperluan untuk piknik. Aku dan Ailee bertugas mengemasi bekal makanan dan minuman, sementara Elle dan Randra bertanggung jawab atas perlengkapan berkemah seperti tenda, sleeping bag, dan peralatan masak.

Hingga hari yang direncanakan pun tiba, dan kami akan berangkat menggunakan mobil Elle. Aku menghela napas, membenarkan ikatan kepanganku.

"Ray! Cepet, Ray! Elle udah nunggu di bawah, tuh!" Randra berseru dari luar kamar.

Aku berdecak. "Iya, sabar!"

"Ray! Cepetan!"

"Iya, ini lagi–"

"Rayna! Aduhh, cepetann!!"

"SABAR NARANDRA SADAWIRA!!" Aku membuka kasar pintu kamar, lalu menatap Randra yang tengah nyengir lebar.

"Eh, aduh! Nona Naray ńa Ascella ini cantik sekali. Jangan ditekuk gitu dong mukanya!" Randra menggaruk-garuk canggung. "Sini deh barangnya, biar Abang bawaiin!" Ia lalu mengambil alih tas besar ditanganku, kemudian berlari pergi menuruni tangga.

Aku mendengus, dan bergegas menyusul Randra. Kemudian tepat diambang pintu, aku berpapasan dengan Mama Alana.

"Aduhh, anak gadis Mama cantik sekali? Pinky-pinky begini! Rayna mau Mama tambahin bekal apa, Nak?"

"Tuh kan, Mamaa!!" Randra berseru dari teras rumah. "Giliran Rayna ditawarin bekal, sedangkan aku enggak! Curang, Mama pilih kasih! Biarin aja nanti duitnya aku colong!"

"Heh, anak rakus! Enak banget bilang begitu! Apa kabar kamu yang udah ngardusin selusin mie punya Mama? Hah?!" Mama Alana berkacak pinggang.

"Lah? Kan, bakal Randra ganti sehabis liburan!"

"Halah, omongan buaya! Slai o'lai lima kotak punya Mama yang seminggu lalu kamu sedekahin ke teman-teman sekelas aja belum kamu ganti!"

"Yaudah sih, Ma! Ikhlasin aja!"

ALTAR RASA | END ✓ |Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang