ᴛᴇᴍᴀʀᴀᴍ ꜱᴇɴᴊᴀ

235 194 8
                                    

"Senja itu indah. Dan yang paling ku ingat, aku juga terpikat bersama satu sosok kala itu. Dan betapa bersahaja nya sebuah senja. Sebab telah menghadirkan rindu yang tidak pernah berujung... "

°❀⋆.ೃ࿔*:・˚ 🐻‍❄️ྀིྀི⋅࿔*:・˚.ೃ࿔ ࣪ ִֶָ☾.

Aku menatap lelah Taseefa dan Seren yang masih saja sibuk membereskan alat tulis, padahal bel sekolah sudah berdering sejak tujuh menit yang lalu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku menatap lelah Taseefa dan Seren yang masih saja sibuk membereskan alat tulis, padahal bel sekolah sudah berdering sejak tujuh menit yang lalu. Kalau tidak ingat akan dijemput Elle hari ini, aku tidak mungkin segelisah sekarang. Aku takut kalau ternyata Elle sudah sampai sejak tadi dan dia menunggu lama. Kalau tidak ada Elle yang jemput, mau Taseefa dan Seren bereskan alat tulis sampai subuh juga tidak masalah aku menunggu.

"Kalian pulang naik ojek online ?" Aku bertanya.

"Aku sih, iya." Taseefa menjawab sambil terus memasukkan seluruh bukunya ke dalam tas.

"Gue sama Yoga," jawab Seren.

Aku dan Taseefa kompak menatap Seren penuh selidik. Yang ditatap justru menghembuskan napas gusar.

"Kalian udah anu?" Taseefa menatap curiga.

"Anu apa anjir? Yang jelas kalau ngomong! Jangan bikin ambigu!" Seren bersungut-sungut.

"Pacaran, pacaran. Itu loh, maksudnya!" Aku menjelaskan.

"Belum. Gak tau dia belum nembak juga. Males."

"Nyatain cinta elit, nembak sulit." Aku terkekeh. "Mana udah saling panggil sayang lagi."

"Dih, gue gak pernah manggil Yoga kayak gitu, ya! Dia yang sering manggil gue sayang!" Seren menyampirkan tas ke pundaknya. "Kalian tahu gak, sih? Kemarin itu gue 'kan gak ada kuota, terus akhirnya bokap gue yang keluar untuk isiin gue kuota, dan gue gak ikut. Udah malem juga. Terus pas bokap gue balik, dia sempet periksa isi handphone gue. Dan lo berdua tahu kesialan apa yang nimpa gue?"

Aku dan Taseefa kompak menggeleng.

"Yoga disitu ngechat gue pake manggil sayang, anjir! Dan detik itu juga nomor dia langsung di blok sama bokap."

"HAH??"

Aku dan Taseefa langsung terbahak keras mendengarnya. Sedangkan Seren menghela napas kasar. Yang benar saja? Kalau aku jadi Seren, pasti aku bakalan malu seumur hidup!

"Gak usah ketawa lo berdua! Gue bete banget, jadi pengin maki guru!" Seren yang kesal bertolak pinggang.

"Kualat kamu!"

"Lagian alasan gue terima dianterin pulang sama Yoga itu biar ongkos gue hemat. Lima belas ribu, lumayan ditabung, kan?" Seren terkekeh jahat.

"Nanti kalau udah suka beneran, aku bakal bilang mampus tiap hari, sih!" Taseefa lalu tertawa.

ALTAR RASA | END ✓ |Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang