ᴘʟᴇꜱᴛᴇʀ ᴅᴀɴ ʟᴜᴋᴀ

245 217 93
                                    

"Aku suka menulis tentang sajak asmaraloka yang sulit ku lupa. Berharap ketika kamu membaca, kamu dapat menyelami tinta yang ku toreh di setiap rasa..."

°❀⋆.ೃ࿔*:・˚ 🐻‍❄️ྀིྀི⋅࿔*:・˚.ೃ࿔ ࣪ ִֶָ☾.

Aku menurunkan tangan perlahan, menatap sendu ke arah pintu kamar Mama yang masih tertutup

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku menurunkan tangan perlahan, menatap sendu ke arah pintu kamar Mama yang masih tertutup.

Sudah dua hari Mama jatuh sakit, dan tidak ada yang dapat ku lakukan untuk membantu. Mama selalu menghindar, menatapku saja enggan. Papa juga tidak ada di rumah, pergi dan aku tidak tahu kemana. Dan ini pertama kalinya Mama berdiam diri di Rumah, tanpa bekerja atau pergi kemana pun seperti biasanya.

"Ngapain lo berdiri di depan kamar Mama?"

Kepala ku reflek tertoleh ketika mendapati Rachel yang baru saja berbicara. Dia berdiri di samping ku sambil membawa nampan berisi bubur dan segelas teh. Aku menunduk dengan senyum kecut.

"Aku tadi mau ke Kamar Mama, cuman enggak berani. Takut dimarahin, " kataku pelan.

"Kenapa takut?" Beberapa detik kemudian Rachel tertawa. "Oh, iya, gue lupa. Lo 'kan dibenci Mama, ya?"

Aku menelan ludah. Sakit.

"Yaudah, mending lo cepet pergi dari sini. Dibanding Mama ngelihat lo dan marah-marah lagi? Mama lagi sakit, jadi gak usah bikin ulah!" Setelah mengatakan itu, Rachel langsung membuka pintu Kamar Mama, dan masuk ke dalam.

Mengatur napas, aku memilih mundur dan kembali ke Kamar. Duduk di tepi kasur, aku mulai merenung.

Aku selalu tidak suka pulang ke Rumah. Jika bisa memilih, maka bersekolah lebih menyenangkan dibanding mendapat gores luka dari keluarga.

Sesakit apapun mendapat perlakuan bullyng yang ku rasakan di sekolah dasar, namun jelas aku lebih sakit ketika mengetahui bahwa Mama dan Papa tidak pernah suka denganku. Rachel, Rachel, dan selalu Rachel. Bukan aku tidak suka Rachel, tapi aku sadar bahwa hubungan ku dengan Rachel tidak sedekat kakak-beradik pada umumnya.

Aku menerawang, dan merasakan ingatanku terlempar pada kejadian beberapa silam.

Pulang Sekolah yang begitu melelahkan.

Kaki kecilku melangkah masuk ke dalam Rumah. Aku hendak ke Kamar, namun ketika melihat Mama, Papa, dan Rachel yang sedang bersendau gurau di Ruang tengah, aku langsung mengurungkan niat.

Senyumku terbit, karena tahu ada kedua orangtua ku di sini. Langkah ku yang semula lesu, menjadi semangat kala mendengar suara mereka. Aku langsung berlari riang dan tanpa aba-aba memeluk keduanya, membuat mereka yang sedang tertawa langsung diam sebab terkejut dengan kedatanganku yang tiba-tiba.

"Mama, Papa, Rayna kangennn..."

Bagai anak kecil seperti umumnya, aku juga berharap bahwa perlakuan ku akan dibalas dengan semestinya. Namun aku tertegun ketika pelukan ku tidak di sambut. Kedua orangtua ku hanya diam sampai akhirnya aku melepas pelukan dan menatap mereka tidak mengerti.

ALTAR RASA | END ✓ |Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang