"Hai, bintang malam. Terima kasih, sebab kamu sedari dulu, hingga sekarang, terus dan tanpa henti menemani rasaku. Lembar demi lembar, dari masa lampau, hingga masa kini."
°❀⋆.ೃ࿔*:・˚ 🐻❄️ྀིྀི⋅࿔*:・˚.ೃ࿔ ࣪ ִֶָ☾.
Aku celingukan mengamati keadaan sekitar. Setelah Elle menjemputku di taman komplek, ia langsung mengajakku ke sebuah apartemen di sentral kota. Sebenarnya aku setengah gugup, sebab Elle tidak membuka suara sekalipun. Lelaki itu hanya berjalan lempang sembari mengaitkan tangan bersama. Sampai saat pintu lift terbuka, Elle tetap menuntunku menyusuri lorong-lorong yang senyap. Hingga aku merasa bingung saat Elle berhenti tepat di salah satu kamar, dan mengeluarkan sebuah kartu akses dari kantung celananya.
"El, ini kamar siapa?"
"Malam ini lo tinggal di apartemen gue. Untuk besok, kalau kondisi keluarga lo masih kacau, silakan menetap di sini sampai keadaan damai."
Demi Tuhan, bibirku sukses terbelangah. Bahkan aku sampai mematung beberapa detik, menatap Elle yang sudah membuka pintu kamar dan menantiku untuk masuk lebih dulu.
"Bengongnya lanjut di dalam aja. Sekarang masuk dulu."
Aku mengerdip berkali-kali, kemudian ikut merangsek masuk. Lalu aku mengamati tiap sudut ruangan kamar Elle yang bernuansa suam. Palet warnanya dominan cokelat dan putih. Juga interior design nya begitu mewah. Sejujurnya aku penasaran, mengapa Elle sampai menyewa apartemen seperti ini? Aku kira selama ini ia tinggal bersama keluarganya.
"Nara udah makan belum?"
Aku menatap Elle yang sudah beranjak duduk di sofa dan sibuk mengeluarkan bungkus makanan dari kantung plastik. Sesaat aku memegang perut, kemudian menggeleng pelan.
"Nara mau nasi goreng gak? Ini enak, loh! Langganan gue banget. Kalau mau, ayo kita makan bareng-bareng."
"Eh, tapi-"
"Kalau Nara mau makan yang lain, bilang aja. Biar nanti gue masakkin."
"Eh, bukan itu maksud aku." Aku meringis sungkan. "Itu kan nasi gorengnya cuma satu porsi, El. Memangnya cukup kalau dimakan berdua? Gimana kalau kamu aja yang makan? Aku soalnya juga gak terbiasa makan malam, hehe."
"Oh gak bisa gitu, dongg!!" Elle bersedekap. "Perut Nara harus diisi, biar gak kena maag. Tadi sore kan lo juga belum makan apa-apa." Elle kemudian berdiri untuk mengambil dua piring dan sendok di kitchen set. Lalu ia duduk kembali sembari menepuk-nepuk bagian kosong sofa di sampingnya. "Nasi goreng ini cukup untuk berdua, kok. Sini duduk, makan bareng gue."
KAMU SEDANG MEMBACA
ALTAR RASA | END ✓ |
Fiksi RemajaKisah ini menceritakan pertemuan Naray ńa Ascella dengan sosok laki-laki penolong. Kata Rayna, dia seperti malaikat. Selalu menjadi rumah, disaat dunia Rayna redup dan tidak memiliki seorang pun untuk pulang. Tanpa lelah, sosok itu terus menuntun Ra...