ᴋᴇʙᴇʀꜱᴀᴍᴀᴀɴ

197 163 7
                                    

"Aku senang di kelilingi manusia baik seperti mereka. Dengan banyaknya mendengar tawa yang tidak menjatuhkan, dan dengan saling melempar canda yang bukan untuk menoreh luka, aku tahu bahwa itu akan menjadi penenang yang luar biasa..."

°❀⋆.ೃ࿔*:・˚ 🐻‍❄️ྀིྀི⋅࿔*:・˚.ೃ࿔ ࣪ ִֶָ☾.

"RAYNAAA!!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"RAYNAAA!!"

"Berisik, Randra!" Aku menggaplok wajah Randra dengan kesal. "Aku udah di depan kamu, masih aja teriak-teriak!"

"Udah sarapan belum?" tanya Randra.

"Udah."

"Pakai apa?"

"Piring sama sendok."

"Emang anak bego! Maksud gue lauk, anjir, lauk!"

Aku mendelik. "Kepo banget, sih? Lagian mau aku sarapan pake apa juga itu rusan aku!"

Randra mengelus dadanya sendiri sambil beristighfar. "Dosa apa gue kenal sama anak kepala batu kayak lo."

"Sama. Aku juga mikir, dosa apa aku bisa dipertemuin sama manusia yang tolol nya minta ampun kayak kamu."

"Istighfar anjir, Rayna! LO-EHH BEGO KEJUMPLANG!"

Aku yang tanpa aba-aba langsung naik ke atas motor Randra, membuat Randra yang tak sigap itu langsung oleng beserta motornya. Untung saja tidak sampai terjatuh.

"PELAN-PELAN, RAYNA! GUE TUMBALIN JUGA LO LAMA-LAMA!" Randra berseru dongkol.

"Makanya kamu gak usah bawel! Buruan jalan!"

Randra mendengus, namun langsung menuruti perkataan ku untuk segera menjalankan motornya. Sudah seperti jadwal wajib, di setiap harinya Randra akan mengantar ku untuk pergi ke Sekolah. Ini untung besar bagiku, loh! Jadi aku tidak perlu mengeluarkan ongkos lagi.

"Randra!" Aku berseru kencang memanggil nama Randra. Akibat suara kendaraan yang terlalu berisik, aku harus menaikkan intonasi bicaraku.

"Apa??" Randra balas berseru.

"Aku mau kasih tahu kamu!"

"Apaan? Mau kasih apa?"

"Mau kasih tahu sesuatu!"

"Mau kasih motor?"

"BUKAN!" Aku berteriak kesal.

"Ya, terus apaan? Gak kedengeran!"

ALTAR RASA | END ✓ |Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang