ᴘᴇʀᴘᴜꜱᴛᴀᴋᴀᴀɴ

283 254 12
                                    

"Bagai kertas yang telah usang, ku tuliskan namamu dengan kiasan indah yang abadi. Teruntuk bintang yang paling terang. Dan teruntuk cinta yang tidak pernah habis..."

°❀⋆.ೃ࿔*:・˚ 🐻‍❄️ྀིྀི⋅࿔*:・˚.ೃ࿔ ࣪ ִֶָ☾.

Sejak kecil, aku sangat suka sekali membaca

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sejak kecil, aku sangat suka sekali membaca. Terlebih membaca novel. Membaca novel, membuat otakku menjadi lebih refresh. Disamping itu, aku juga suka membaca buku yang memuat tentang antologi dan prosa. Aku juga suka mempelajari Bahasa Sanskerta.

Aku pernah membayangkan, bagaimana jika aku menjadi Sang pemeran utama dalam suatu kisah. Kisah yang bercerita tentang Langit malam yang sedang merindukan satu Bintang. Tanpa terlewat di malam-malam berikutnya, si Langit selalu menanti. Hingga Bintang yang didambakan itu kembali hadir, lalu menyempurnakan kisah yang telah terkubur lama di ujung penantian. Sinarnya kembali menerangkan lampu jalan rasa di relung jiwa.

Aku menatap tempat dimana kakiku berpijak. Sebuah gedung tinggi bernuansa putih di hadapanku, membuatku berseri. Kakiku melangkah masuk ke dalam Perpustakaan besar di tengah kota. Ah, rasanya aku hidup melihat buku sebanyak ini.

Masih cukup pagi sehingga tak banyak pengunjung yang datang. Aku melihat-lihat deretan novel sastra yang cukup menarik perhatianku. Aku memilih satu buku yang akan ku baca, kemudian membawanya ke salah satu meja yang dekat dengan jendela.

Baru saja memulai membaca, arah mataku tiba-tiba saja tertarik pada sosok laki-laki yang baru saja berjalan dari deretan rak depan, dengan membawa satu buku di genggamannya. Sosok itu melangkah menuju salah satu meja, kemudian menempati bangku yang tidak jauh dari tempatku.

Akibat cahaya matahari yang terpancar dari luar jendela, aku jadi dapat melihat jelas wajah sosok itu. Mematung sesaat, aku seakan merasa seperti mimpi. Astaga, Rayńa lihat! Aku tidak mungkin lupa dengan sosok yang begitu mirip dengan dia. Sosok itu juga pernah ku temukan di caminggu lalu.

Tuhan, mungkin ini keajaiban dipagi hari untuk diriku. Entah apa yang telah aku lakukan, hingga aku merasa seberuntung ini. Secerah terik matahari, senyumku terpancar sempurna. Aku merogoh tas, mengeluarkan suatu benda yang memang sengaja ku bawa.

"Mari kita lakukan, Rayna..."

Aku tahu ini gila, ketika kaki ku mulai melangkah menuju tempat laki-laki itu. Aku menarik kursi pelan, kemudian duduk tepat dihadapannya. Seolah tidak menyadari kehadiranku, sosok itu masih terus menunduk, fokus membaca.

"Halo..."

Aku menahan napas ketika satu kata itu berhasil ku lontarkan. Aku buru-buru tersenyum ketika dia pelan-pelan mengangkat kepalanya, menatapku dengan alis tertaut.

"Ya?"

"Ini punya kamu?" Dengan ragu, aku menyerahkan kartu pelajar miliknya.

Cowok itu mengernyit. "Kenapa bisa ada di lo?"

ALTAR RASA | END ✓ |Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang