ꜱᴀɴɢ ᴘᴇʟɪɴᴅᴜɴɢ

211 161 8
                                    

"Aku pernah membaca satu kisah bintang yang tengah merindukan cinta masa lalunya. Katanya, dia itu teramat indah. Tersimpan abadi di Rumah pulangnya..."

°❀⋆.ೃ࿔*:・˚ 🐻‍❄️ྀིྀི⋅࿔*:・˚.ೃ࿔ ࣪ ִֶָ☾.

Terik matahari yang memancar siang ini, membuat kantukku semakin tidak tertahan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Terik matahari yang memancar siang ini, membuat kantukku semakin tidak tertahan. Aku menatap Elle yang masih sibuk menerangkan rumus fisika tanpa lelah.

"Lo harus pahamin rumusnya dulu. Ini dicatet, biar gak lupa." Elle mengetuk-ngetuk buku tulis, menyuruhku untuk mencatat apa yang tadi dia katakan.

Sesuai kesepakatan kita, atau lebih tepatnya seperti sesuai paksaan ku, akhirnya Elle bersedia untuk mengajari aku fisika hari ini. Tempat yang kami pakai untuk belajar, bukan di Rumah ku ataupun Café. Tapi bukit indah yang kemarin kita kunjungi, menjadi yang terpilih untuk melaksanakan acara belajar ini.

"Nah, kalau udah di tulis rumusnya, sekarang lo perhatiin cara pengerjaannya." Elle berkata serius. Dia kemudian lanjut berbicara sambil mencoret-coret kertas yang berisi soal yang harus ku pelajari.

Aku menguap dengan tangan yang terangkat untuk menutup mulut. Perlahan, aku mulai membaringkan posisi tubuhku menjadi tengkurap di atas rumput yang teramat nyaman. Pipiku bertumpu pada tangan kanan untuk melawan kelopak mataku yang mulai berat. Aku bisa saja langsung terpejam saat ini. Namun aku sungkan dengan Elle yang sudah meluangkan banyak waktu untuk mengajari ku. Tapi ya, bagaimana? Aku juga tidak bisa menghindari rasa kantuk.

"Dengerin. Jangan tidur!"

Aku tertawa pelan, lalu mengangguk-angguk sambil mengacungkan jempol. "Iyaa, aku gak tidur."

"Hm. Sekarang perhatiin nomor sepuluh. Kalau yang ditanya ini, rumusnya pakai yang mana?" Elle bertanya.

Aku memiringkan kepala. Menyimak serius rumus-rumus yang tertulis di kertas. Satu detik. Lima detik. Hingga sepuluh detik, aku masih belum juga menemukan jawaban yang seharusnya. Aku tahu Elle cuman bertanya pakai rumus yang mana? Tapi masalahnya aku juga tidak terlalu perhatikan saat Elle menjelaskan tadi.

"Rayna? Pakai rumus yang mana?"

Aku mendongak, menatap Elle dengan raut bersalah. "Maaf, gak tahu. Jangan marah, yaaa..."

Elle bernapas lelah. "Padahal udah gue jelasin ulang-ulang. Masih aja gak fokus. Perhatiin lagi!"

Aku cemberut, kemudian menumpukan kepala pada tangan kiri. Kaki ku terangkat, kemudian berayun-ayun. Beruntung pelajaran terakhir tadi adalah olahraga, jadi artinya aku saat ini sedang memakai baju olahraga biru, bukan seragam sekolah sehari-hari. Dan itu dapat membuatku bergerak secara leluasa dengan posisi tidur seperti ini.

ALTAR RASA | END ✓ |Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang