03 : The Problem

66 5 16
                                    

Sean

| Woi Jayden
| Balik lagi lo ke rumah Leo cepetan
| Gue pengen gampar muka lo

Ngajak ribut kok di rumah Leo? |
Gak punya nyali lo? |

| Sumpah Jay
| Gue malu depan ayang gara-gara lo :(

Bisa malu juga ya lo? |
Padahal biasanya malu-maluin |

| Lo minta banget gue anjingin ya Jay
| Ayo gelut sekarang
| Virtual aja tapi

Lo cupu |
Males gue |

| Bangsat

Jay tertawa kecil sembari mengetikkan balasan pesan di atas keyboard ponsel, matanya fokus kepada room chat bersama Sean. Tadi di rumah Leo ada insiden dimana Jay menjahili Sean dengan cara membajak ponsel Sean. Dia mengetikkan kata-kata gombalan untuk seorang perempuan yang sekarang ini sedang di dekati Sean.

Yang membuat Sean kesal adalah karena Jayden melebih-lebihkan sehingga membuat kesan jijik untuk Sean sendiri. Dan beginilah, Sean sepertinya harus menyiapkan mental jika nanti perempuan itu akan mengatainya dengan sebutan 'alay'.

"Ngapain, Jay? Kok gak masuk?"

Jari-jari yang menari di atas keyboard itu tiba-tiba berhenti ketika telinganya menangkap bias suara yang sangat dia kenali.

Jayden membalikkan tubuh, melihat ke belakang. "Lagi chat Sean, Bang."

Di belakang ternyata ada seorang pria berpakaian kaos putih, celana jeans hitam ditambah jaket denim terlihat berdiri menjulang. Pria berambut blonde yang lebih tinggi darinya itu tersenyum sembari menenteng tas hitam.

Itu kakaknya. Juna Nathalino. Kakaknya yang pernah Jay ceritakan katanya banyak dibilang mirip orang Cina. Usia mereka hanya terpaut lima tahun saja.

"Udah makan belum?" Tanya Jun kepada sang adik.

Jay mengangguk. "Udah di rumah Leo."

"Ngapain ke rumah Leo?"

"Main,"

Sekarang giliran Jun mengangguk. "Pantesan pulangnya malem."

"Emang kenapa?" Jay pun bertanya-tanya. Biasanya Jun tidak akan mempermasalahkan jikalau Jay pulang malam sekalipun. Karena dia tahu kemana biasanya bocah itu pergi. Pastilah tidak akan jauh dari rumah Leo dan rumah Sean.

"Giselle tadi nelepon gue, nanyain lo, terus bilang kalau katanya lo gak mau nemenin dia belanja." 

Jawaban Jun berhasil merubah mood Jay anjlok lagi. Dengan malas Jay menjawab. "Lain kali gak usah di angkat teleponnya, itu orang nyusahin doang."

"Sstt... gak boleh gitu." Jun memperingati. Kemudian merangkul pundak sang adik, "ayo masuk, Mama di dalem nungguin lo pulang."

Bahu Jay seketika merosot mendengarnya. Mendadak dia jadi malas masuk ke rumah. "Cepu banget sih si Giselle."

"Udah tau Giselle cepu, masih aja lo berulah sama dia."

UnconditionallyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang