04 : Stupid Mouth

58 4 19
                                    

Sebelum membaca, aku mau kasih tau kalian sesuatu kalau di part ini pict tulisan 'to be continued' yang biasa aku taruh di akhir itu dihilangkan. Karena jujur aku capek banget revisi ini berulang-ulang kali demi masukin pict beberapa cast tambahan :)

.
.
.

"Eh, ke kantin yuk. Gue laper." Celetuk Lea tiba-tiba.

"Boleh deh, kayaknya udah lumayan senggang kantin juga." Kata Keysha setuju.

Mendengar Keysha juga setuju akan ajakan Lea, Hana ikut-ikutan. Sejak 15 menit lalu sudah masuk jam istirahat, tapi entah kenapa tiga gadis itu sedang malas desak-desakan di kantin. Jadi mereka menunggu kantin senggang sembari mengobrol di kelas Hana. Ngomong-ngomong, kelas yang tadinya hanya ada mereka bertiga, kini sudah mulai terisi oleh beberapa murid. Entah itu yang sedang mengerjakan tugas, mengobrol, bahkan yang tidur di pojokan kelas pun ada. Oh tentu saja yang tidur di pojokan kelas hanya memanfaatkan fasilitas AC.

Tak jarang juga ketika matahari sedang terik dan cuaca berubah panas, murid-murid di kelas menaikkan suhu AC-nya lalu berebut siapa yang ingin duduk di bawah AC. Kata Keysha AC-nya kurang kalau cuma hanya 2, seharusnya 5.

Ada-ada saja memang.

Ketiga gadis cantik hendak pergi menuju kantin, tiba-tiba berteriak di depan pintu kelas, mereka terkejut tatkala secara bersamaan datang tiga orang anak laki-laki yang hendak masuk kelas.

Jay, Leo, dan Sean.

"Jangan teriak-teriak mulu, nanti dimarahin Dion." Ucap Sean yang kemudian membuat lima orang lainnya melihat ke arah anak laki-laki dengan nametag Dion Wijaya. Sang ketua kelas.

Kenapa mereka sontak melihat ke arah Dion? Karena Dion memang seringkali memarahi anak-anak kelasnya yang hobi berteriak tak jelas. Menurut Dion itu sangat menggangu. Terlebih Dion merupakan salah satu anak kutu buku. Jelas Dion merasa terganggu dengan, konsentrasi belajarnya menjadi hilang karena teriakan-teriakan menyebalkan itu.

Tiga gadis itu ingin marah, ingin menjambak rambut Jay, Leo dan Sean, tapi takut dimarahi Dion juga. Akhirnya mereka hanya bisa mengucap sabar.

"Kalian mau kemana?" Leo bertanya.

"Ke kantin," Hana menjawab.

Leo mengangguk saja, diikuti oleh Sean. Mereka bertiga mulai memberikan akses jalan untuk tiga gadis itu. Lalu Leo dan Sean bergegas masuk untuk ikut tidur di pojokan kelas sembari bermain game.

Tapi tidak dengan Jayden.

"Tunggu," bukannya ikut masuk, Jayden justru menahan pergelangan tangan Hana. Membuat gadis berambut coklat itu menatap penuh tanda tanya.

"Gue minta waktunya sebentar, boleh?" Melihat raut wajah Hana, tentu saja Jayden peka.

Keysha dan Lea seketika syok, ada rasa terkejut dan penasaran yang menjadi satu. Terlebih mendengar nada bicara Jayden yang jauh dari kata 'ketus'.

Hana melirik ke arah temannya seolah ingin meminta izin, dan dengan cepat mereka mengangguk.

"Boleh." Jawab Hana pelan.

Detik selanjutnya adalah Jayden yang menarik pergelangan tangan gadis itu entah kemana. Membuat Keysha dan Lea semakin penasaran. Mereka sangat penasaran namun tidak ingin ambil pusing. Bahkan mereka pergi ke kantin sesuai rencana awal. Meninggalkan Hana yang dibawa pergi oleh Jayden.

UnconditionallyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang