07 : Heart Harbour

58 4 26
                                    

Jeano Alvarendra adalah pria kelahiran Amerika yang memiliki darah campuran Amerika-Indonesia. Ayahnya berasal dari Indonesia, sedangkan ibunya berasal dari Amerika. Sehingga lahirlah Jeano Alvarendra dengan paras tampan sampai banyak perempuan yang ingin menjadi kekasihnya. Tapi siapa sangka, di antara banyaknya perempuan itu, Hana Adhitami adalah perempuan tempat dimana hatinya berlabuh.

Tapi, itu dulu. Seperti tidak saling kenal, kini keduanya tidaklah lagi sebahagia dulu setiap bertemu. Justru pukulan di dapatkan Jean ketika mengantarkan Hana pulang ke rumahnya beberapa hari lalu.

"Pulang, Kak."

Jean menggeleng kuat-kuat.

"Kak, pulang. Ini udah mau malem."

Tapi pria itu tetap enggan pergi. Dia semakin menggeleng kuat.

"Aku mohon pulang, ya? Aku gak mau liat Kak Jefan mukulin Kakak lagi."

"Tapi—"

"Oke kita bicara. Tapi nanti, gak sekarang."

Pria itu tersenyum simpul kemudian mendekat, memegang kedua tangan Hana yang terasa hangat. Tangan yang selalu dia genggam di tengah keramaian kota, tangan yang senantiasa di genggamnya ketika gadis itu merasa ketakutan, dan tangan itu yang selalu di rentangkan untuknya ketika dia sedang kacau.

Jeano rindu Hana. Dia merindukan gadis itu.

"Maaf buat semuanya. Kalaupun seribu kata maaf gak bisa buat kamu kembali, tapi apa boleh aku berharap kalau kamu tetap jadi ratu di hatiku?"

"Kak,"

"Because until whenever, you are my queen. Dan kamu akan tetap jadi pelabuhan ternyaman tempat hatiku berlayar."

Sial! Kenapa kata-kata Jean terus-menerus berputar di pikirannya bak film dokumenter? Dan kenapa juga Jean harus datang lagi..

Gadis itu menatap sebuah nomor dengan nama Jeano di ponselnya. Karena kejadian beberapa hari lalu dimana Hana bertemu dengan pria bernama Jeano Alvarendra, pria itu menyimpan nomornya sendiri di ponsel Hana. Katanya sih agar bisa saling menghubungi ketika Hana siap berbicara dengannya nanti. Dan karena kejadian itu pula, kini hatinya semakin tak karuan. Sekelebat memori masa lalu yang manis tiba-tiba saja muncul setelah Hana berusaha sangat keras menguburnya dalam-dalam.

Di depan sana, ada sekretaris kelas yang tengah sibuk menuliskan materi beserta rumus matematika. Dilihat sudah banyak tulisan sang sekretaris kelas, bahkan satu papan tulis hampir penuh. Tapi mirisnya, Hana belum mencatat satu paragraf pun. Jangankan satu paragraf, judul besar materinya juga belum ditulis.

Ya, benar. Sejak tadi, Hana hanya sibuk menatap nomor Jeano tanpa melihat ke arah papan tulis.

"Ngapain diem aja? Gak nulis?" Bahkan terlalu sibuk Hana menatap nomor Jean, dia sampai tidak tahu jika Leo duduk di kursi yang ada tepat depannya. Dimana sebetulnya itu merupakan tempat duduk sekretaris kelas, kebetulan sekretaris kelas sedang berada di dekat papan tulis, jadi di isi oleh Leo.

"Nanti aja. Gue ketinggalan banyak."

Karena tidak menulis sedari tadi, setelah ini Hana harus kembali meminjam catatan milik Keysha. Beruntung Keysha mau meminjamkan, walaupun Hana kadang tidak enak hati selalu meminjam catatan anak perempuan itu disaat dia ketinggalan pelajaran karena tidak masuk kelas.

"Jangan kayak gini terus, udah empat mapel dalam dua hari terakhir ini lo gak masuk karena izin ke UKS." Kata Leo menyudahi kegiatan menulis.

"Gue gak enak badan kemarin, makanya izin ke UKS."

UnconditionallyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang