08 : Who Do You Love?

49 3 16
                                    

"BUNDAAA INI SUSU PISANG PUNYAKU ABIS SAMA SIAPA???"

"Bunda disini Jef, jangan teriak-teriak, udah malem."

Jefan memperlihatkan deretan giginya ketika mengetahui sang bunda datang kemudian menuju wastafel hendak mencuci piring. 

"Bun, susu pisang siapa yang ngabisin?" Tanya Jefan lagi. Dia sangat penasaran siapa pelaku yang menghabiskan susu pisang  kemasan 1 liter yang menjadi minuman kesukaannya.

"Gak usah nanya ya Jef, di keluarga ini kamu yang paling banyak minum susu pisang."

"Ih Bunda, tapi kan gak sesering itu." Jefan tetap pada pendiriannya kalau bukan dia pelaku yang sudah menghabiskan 1 liter susu pisang miliknya. "Lagian baru kemarin dibuka juga, masa udah abis lagi aja."

"Ya gak tau, kok tanya Bunda."

Lalu Jefan hanya memasang wajah begini : (—.—||)

Si bungsu yang tadi mendengar teriakkan kakaknya tiba-tiba saja datang ke dapur, melihat sang kakak sedang memegang susu pisang kemasan 1 liter yang nyaris kosong. Dia terlihat menatap sang kakak kebingungan.

"Apaan sih, Kak? Berisik banget. Kedengeran tau sampe kamar gue." Protes Hana.

Mata Jefan memicing. Sepertinya dia mencium bau-bau sudah menemukan pelaku utama dalam insiden susu pisangnya yang habis. "Gue tau nih, pasti lo ya yang udah abisin susu pisang punya gue?"

Walaupun Jefan mengakui kalau memang di keluarga Adhitama ialah yang paling banyak mengkonsumsi susu pisang, rasanya Jefan sangat curiga pada sang adik kalau dia—

"Dih, emang kenapa? Lagian Bunda belinya bukan cuma buat lo."

—yang menghabiskan susu pisangnya.

Kan, sudah Jefan duga.

"Ya tapi kira-kira kalau mau minum, ini baru dibuka kemarin anjir!" Kata Jefan sewot. Kemudian mulai mendramatisir suasana. "Gue juga baru minum sedikit.."

"Yaudah sih tinggal beli lagi apa susahnya."

Jefan tidak terima. Dia pun kembali membalas. "Enteng banget lo ngomong, coba beli sana pake duit lo!"

Bunda Karin sebenarnya sudah sangat ingin membungkam mulut anaknya satu persatu, tapi beliau terlalu malas untuk turun tangan. Bunda masih menunggu Ayah Reyhan yang sedang dalam perjalanan pulang untuk membungkam langsung mulut dua anaknya itu.

"Pake duit lo lah. Uang saku gue gak sebanding sama uang saku punya lo."

"Hubungannya sama uang saku apaan anjir??"

"Ya ada! Lo kira susu ukuran 1 liter ini murah harganya??"

Si sulung mendelik. "Gue gak mau tau pokoknya sekarang lo ke minimarket beliin gue susu pisang ukuran 1 liter. Harus tanggung jawab lo!" Ketika Hana hendak kembali protes, Jefan dengan cepat menyerobot. "Pake duit lo!"

"Bunda Kak Jefan-nya tuh!" Adu Hana pada sang bunda.

Karena merasa pusing, Karina akhirnya mengambil dua buah centong sayur kemudian memberikan centong tersebut masing-masing kepada anaknya.

Hana yang kebingungan pun bertanya. "Ini buat apa, Bun?"

"Ke ruang tengah sana kalau mau berantem, Bunda rela centong sayurnya harus potong juga."

Jefan tidak habis pikir pada sang bunda. Menggunakan centong sayur itu dia menggaruk kepalanya. "Ini Bunda kok jadi begini ya.."

Lalu tak lama kemudian datanglah Ayah Reyhan dengan pakaian formal serta menenteng tas kerjanya, menghampiri semua anggota keluarganya yang sekarang sedang berada di dapur.

UnconditionallyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang