Hana Adhitami hanya bisa menghela napas kasar dari lantai 3 saat melihat jelas ada tiga orang yang sedang menyeret alat kebersihan menuju toilet siswa.
Sudah jam istirahat, jadi Hana bisa melihat tiga orang itu dari luar kelasnya di lantai 3. Suasana di sekitar lantai 1 juga mulai ramai karena siswa-siswi berpergian ke kantin dan sebagainya. Banyak pasang mata melihat ke arah 3 orang itu sejak mereka dihukum mengelilingi lapangan sebanyak 3 putaran dan sekarang harus pergi membersihkan toilet laki-laki. Tidak sedikit juga pada berbisik mengenai si anak olimpiade yang ketahuan merokok oleh OSIS. Yah.. bagaimana mungkin Leo tidak menjadi bahan perbincangan satu sekolah.
Gadis itu turun dari lantai 3 menuju kantin untuk membeli tiga botol air mineral dan tiga porsi roti bakar coklat. Meninggalkan Lea dan Keysha di kantin, Hana beranjak ke toilet siswa untuk memberikan makanan dan minuman yang sudah dia beli. Masa bodo jika ditegur karena masuk ke toilet siswa, lagi pula niat dia baik bukan mau melakukan hal tidak-tidak.
"Eh ada siapa nih? Kok masuk ke toilet cowok?"
Baru saja menginjakkan kaki di toilet siswa dan baru membuka pintu utama toilet, suara seorang siswa bertubuh bongsor sedang bersandar di tembok dekat wastafel terdengar menyapa indera pendengarannya.
"Misi Kak, ada apa ya ini masuk toilet cowok?"
Orang bertubuh bongsor itu masih dengan posisinya, kebetulan memang tidak ada siswa lain di sana selain dia. Tapi beberapa pintu di bilik toilet terbuka dan menampilkan tiga orang tadi yang menyeret alat kebersihan.
"Yang sopan lu, pacar abang lu itu." Tegur Sean.
Orang ini sedikit terkejut, mengangguk. "Pacarnya toh.."
Jay menerima sodoran kantong plastik hitam dari tangan Hana. "Kenapa Na?"
Atensi Hana terarah ke orang yang tadi bertanya padanya sejak pertama masuk ke toilet. "Siapa?" Tanyanya pada Jay.
Bukan Jay yang menjawab, melainkan orang itu. "Kenalin Kak, gue Riki Althareza adeknya Bang Jay."
Sekarang giliran Hana yang terkejut. Beralih menatap Jay. "Adek?"
"Adek sepupu." Jawab Jay. "Ini Riki, dia pindahan dari Jepang."
"Tapi kok Bahasa Indonesia-nya lancar banget?"
Yang menjawab Jay lagi. "Dia emang orang Indonesia cuma pernah tinggal di Jepang karena kerjaan papinya, sekarang dia pengen tinggal di sini lagi."
"Jadi tinggal sama lo sekarang?"
Jay mengangguk. "Btw, makasih ya makanan sama minumannya." Lalu dia memberikan air mineral dan roti bakar itu kepada Leo dan Sean.
"Thanks ya." —Leo.
Selagi tiga orang itu makan, Riki kembali bersuara. "Kak Hana ya?"
"Lo tau nama gue?"
Riki mengangguk. "Dikasih tau Bang Jay." Katanya. "Kok lo mau sama Bang Jay sih Kak? Padahal gantengan gue dari pada dia."
Yang namanya diabsen terlihat tidak perduli, memilih makan dan menahan diri untuk tidak memberikan bogeman pada adik sepupunya itu.
Hana tertawa kecil. "Iki kelas berapa?"
"Iki? Siapa Iki?" Riki bingung.
"Ya lo lah. Emang biasanya dipanggil apa?"
"Biasanya dipanggil Ki atau nggak Rik."
"Gue panggil Iki gak apa-apa kan?"
"Gak apa-apa lah!" Seru Riki. "Panggilan sayang kan berarti?"
Dan karena ucapan Riki barusan, dia mendapat lemparan tutup botol dari sang kakak sepupu. Riki membalas dengan menjulurkan lidah tanda meledek.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unconditionally
Teen Fiction[On-Going] "Jay, lo tau lagu 'Unconditionally' karya Katy Perry, gak?" "Tau." "Menurut lo apa makna dari lagu itu?" "Lirik lagunya sendiri tentang cinta tanpa syarat, dan 'Unconditionally' itu sendiri artinya adalah 'Tanpa Syarat'. Gue gak yakin...