06 : The Biggest Afraid

57 6 26
                                    

"Hi, sweetie. Pulang sekolah nanti jadi temenin aku beli baju kan?"

"Iya,"

"Lemes banget kamu, udah makan belum?"

"Udah."

"Oh iya, udah masuk jam istirahat, kan? Lagi dimana kamu sekarang?"

"Kantin."

"Bareng Leo sama Sean?"

"Iya,"

"Oke kalau begitu selamat makan, sayang. Aku tutup ya teleponnya. Jangan genit sama cewek lain loh, ya."

"Hm."

"Bye, sweetie. Love you."


Pip!


Setelah mematikan sambungan telepon secara sepihak, ponsel tersebut di letakkan kasar begitu saja di meja makan sebuah warung di samping sekolah. Tubuhnya yang sedang duduk itu pun merosot.

By the way, kalian jangan percaya akan ucapan Jay di atas ketika dirinya berkata pada Giselle bahwa dia berada di kantin. Nyatanya mereka sedang menghabiskan waktu istirahat di warung, memakan bekal milik Jay sembari mendengar cerita selama Jay berada di kediaman keluarga Hana semalam.

"Si matre kenapa lagi?" Sean hendak mengambil sebatang rokok menyempatkan diri bertanya.

"Semalem—"

"Bentar-bentar.."

Jay memutar bola matanya malas ketika mendengar nada dering ponsel milik Sean yang berbunyi dan bergetar di atas meja. Lagu Tayo.

"Nada dering lo ganti napa, geli gue dengernya." Komentar Jay.

"Sasa yang nyuruh anjir. Lagian gue bukan pecinta kartun kayak lo ya!" Sungut Sean sedikit judes. Memang adiknya lah yang menyuruh dia memakai nada dering Tayo. Yang tidak tahu kebenarannya pasti mengira Sean adalah pecinta kartun Tayo, padahal adik perempuannya yang masih berusia 5 tahun yang menyukai kartun Tayo.

Bibir Jay mengikuti cara berbicara Sean. Dia mencibir. Sementara si pemilik ponsel bernada dering Tayo terlihat sedikit kebingungan ketika melihat nama sang penelepon.

"Violeta siapa ya njir?" Mata Sean melihat ke arah dua temannya seolah meminta jawaban.

"Ya mana gue tau, kan lo yang punya nomornya." Sean hampir melempar sebotol soda yang tadi dia beli saat mendengar jawaban dari Jay.

"Violeta.. siapa ya...?" Gumamnya bingung.

Namun dalam beberapa detik, Sean membuka mulutnya lebar-lebar, terkejut setengah mati.

"Pacar gue anjir!"

Oh, sepertinya si buaya satu ini lupa jika perempuan yang menelepon adalah pacar barunya sejak dua hari lalu.

Saat Sean hendak menekan ikon hijau, panggilan itu tiba-tiba saja berakhir. Membuat Sean panik.

"Aduh.. pake lupa lagi gue sama Vio."

"Yang kemarin sleep call sama lo itu siapa? Emang bukan cewek itu?" Tanya Leo.

"Bukan. Itu Naura. Gebetan baru gue."

"Terus yang kemarin-kemarin lo kasih fotonya ke kita itu siapa anjir?" Jay bertanya tak santai.

"Itu Vania, gebetan gue juga."

Jayden dan Leo saling mengusap kasar wajah mereka. Bahaya kalau sudah begini. Bisa-bisa nanti mereka akan menyaksikan perang dunia antara Sean, para gebetannya dan juga pacarnya. Walaupun memang bukan hal yang baru lagi sih...

UnconditionallyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang