10 : Sweet Hug

59 4 7
                                    

Kata orang-orang kalau kita sudah jatuh hati kepada seseorang, susah sekali sekedar untuk memalingkan wajah darinya atau sehari tak menatap wajahnya. Dan kalau sudah bertemu walaupun tanpa saling menyapa, sudah berhasil membuat beribu kupu-kupu mengelilingi perut kita dan siap membawa kita terbang entah kemana.

Orang-orang bilang itu namanya bucin.

Kedua mata seorang gadis yang selalu membentuk bulan sabit tatkala sedang tersenyum itu sejak 30 menit yang lalu tak henti-hentinya menatap ke depan dan belakang. Di depan ada guru matematika yang sedang mengajar, sedangkan di belakang ada satu kursi kosong yang ditinggal pemiliknya sejak 30 menit lalu.

Bahkan sampai jam pelajaran matematika habis dan bel istirahat berbunyi, kursi tersebut kian tak kunjung terisi oleh pemiliknya.

Gadis itu jadi khawatir. Kemudian menghampiri meja seseorang untuk bertanya.

"Leo,"

Yang dipanggil namanya segera melihat ke arah sang pemanggil.

"Jayden kemana? Izin ke toilet sampe sekarang kok belum balik-balik?"

Leo Kanendra lalu melihat ke arah kursi Jayden yang memang kosong. Dia juga melihat bagaimana temannya tadi sempat meminta izin ke toilet kepada guru matematika yang sedang mengajar.

Tiba-tiba perasaan Leo jadi tidak enak menyangkut Jay.

"Gimana kalau kita cari Jay?" Saran Leo.

Hana pun dengan cepat mengangguk mengiyakan saran Leo. Mereka segera keluar kelas untuk mencari Jayden, bahkan Hana sempat tidak menggubris panggilan Lea yang datang ke kelasnya untuk mengajak ke kantin. Tapi tenang, Hana sudah bilang pada Keysha kalau dia ingin mencari Jayden bersama Leo.

Karena Leo pasti butuh bantuan Sean untuk mencari Jayden, mereka mulai berpencar ke penjuru sekolah mencari keberadaan Jayden. Sebelumnya Leo sudah pergi ke kelas Sean yang kala itu ternyata sedang lesehan di bawah AC. Dia menarik paksa anak laki-laki itu untuk membantu mencari Jayden.

Saat Hana sedang bingung harus mencari Jay kemana lagi, ponselnya tiba-tiba saja berdering, menampilkan sebaris nama penelpon yang berhasil membuat Hana tersenyum tipis di tengah situasinya sekarang.

"Halo Kak,"

"Hai princess. Lagi jam istirahat ya?"

"Iya nih, hehe."

"Udah makan belum?"

"Em.. udah, kok. Kakak sendiri? Eh iya, di sana siapa yang nemenin?"

"Aku udah makan, tadi di suapin Mama, kebetulan Mama yang nemenin. Beliau ini pagi-pagi dateng ke rumah sakit, udah gitu dateng-dateng langsung nanya-nanya anaknya lagi, udah tau anaknya lagi sakit."

Mendengar itu tawa Hana pecah seketika. Tidak keras tapi cukup membuat Jean di seberang sana ikut terkekeh tatkala mendengar tawa indah gadis yang pernah menjadi miliknya itu.

"Tante di sana sampe kapan? Aku pengen ketemu nih.."

"Katanya sih sampe sore, baru abistu Papa yang mau ganti jagain."

"Okay, I will visit you."

"When?"

"After school,"

"Hey, are you sure? Gak takut di marahin Kak Jefan?"

"Don't worry, he wouldn't know."

"How could?"

"Aku gak bakalan izin sama Kak Jefan, cukup Ayah sama Bunda aja yang tau kalau aku jenguk Kakak."

UnconditionallyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang