Tiga hari sudah berlalu. Sekarang waktunya Kaiyca dan Rosa untuk kembali ke Indonesia tepatnya di Bandung. Sebenarnya setelah mendapatkan kabar jika sang putra dirawat dirumah sakit perasaan Rosa sangat tidak bisa dikontrol namun demi kesembuhan Kaiyca ia rela menahan rindu, khawatir terhadap anaknya. Mau bagaimanpun Leon telah menyakiti gadis malang ini.
Bandara Bandung. Disinilah Kaiyca dan Rosa berada, mereka sudah tiba di Bandung sejak beberapa saat yang lalu. Mereka berdua dijemput oleh Rajash yang kebetulan baru saja pulang dari inggris, dia mendapatkan kerja sama kontrak di salah satu perusahaan yang terkenal di inggris.
Rajash juga sudah mengetahui kondisi putranya dari Rosa. Saat mengetahui Leon berada di rumah sakit memang Rosa langsung memberitahu suaminya melalui pesan dan baru dibaca oleh pria itu ketika dia sudah berada di Indonesia.
"Sayang," panggil Rajash dengan tersenyum hangat kepada Kaiyca. Ia juga merasa sangat senang saat mengetahui dari Rosa jika operasi berjalan dengan lancar dan membuahkan hasil, gadis di depannya ini sudah bisa berbicara dan ia ingin mendengar namanya keluar dari mulut Kaiyca.
"Iya, papi?" sahut Kaiyca dengan suaranya yang lembur serta terdengar merdu di telinga.
Rajash tersihir karena gadis itu, "Masyallah, sungguh ciptaan yang maha kuasa satu ini adalah anugerah dari-Nya. Tidak tahu apa yang telah saya dan istri saya perbuat di masa lampau sampai takdir mempertemukan kita dalam hubungan menantu dan mertua."
"Alhamdulillah, apapun yang terjadi untuk kedepannya saya harap kamu akan tabah dan jangan pernah mengambil keputusan secara tergesa-gesa karena di lain waktu kamu akan menyesali itu dan jangan pernah sengaja melepas tanggung jawab yang ada," ujar Rajash, ucapan itu seperti mengandung banyak arti di dalamnya.
Kaiyca hanya mendengar dengan baik kemudian mengangguk pelan," Aamiin, makasih papi udah ingatin. Kaiyca bakalan terus ingat pesan papi, eum ... Kita mau kemana pi? Keknya kita ga langsung pulang, dan kak Eo mana? Apa dia ga ikut jemput mami sama Kaiyca?"
Rajash menggeleng.
Kaiyca menghela nafas sejenak, "Ga masalah kalau kak Eo ga ikut, mungkin dia lagi sibuk kali ya, Pi?"
Rajash hanya tersenyum menanggapi kemudian ia mengambil alih koper yang dibawa kedua perempuan itu.
"Biar saya yang bawa, ayok."
Rosa hanya mengangguk diikuti oleh Kaiyca. Mereka bertiga lalu pergi meninggalkan bandara Bandung.
***
Rumah sakit, disinilah mereka bertiga berada sekarang dengan Kaiyca yang menukikkan alisnya bingung. Gadis itu sudah di landa kebingungan saat memasuki gerbang rumah sakit.
Rajash berhenti di salah satu ruang inap nomor dua puluh, VVIP.
"Papi kita ngapain disini? Apa ada teman papi atau mami yang lagi dirawat?" tanya Kaiyca dengan raut kebingungan.
Tanpa menjawab Rajash membuka pintu dengan sebuah kartu, seperti password untuk masuk ruang inap itu. Pintu terbuka, terlihatlah sosok cowok yang sedang terbaring dengan mata terpejam di atas bed dan itu adalah, Leon.
Mata Kaiyca terbelalak saat melihat siapa yang terbaring di atas bed itu. Gadis itu berlari mendekat ke Leon, air mata juga mulai tergenang di pelupuk matanya.
Saat berada di samping Leon. Kaiyca menduduki dirinya di samping tubuh cowok itu, ia meraih tangan Leon dan kemudian menggenggam tangan cowok itu sembari mengelus punggung tangannya dengan penuh kelembutan.
"Kak Eo, kenapa kok bisa masuk rumah sakit dan di rawat?"
Rajash berdiri di depan Kaiyca, posisinya berada di samping Leon namun bagian sebelah kanan.
KAMU SEDANG MEMBACA
LEONIDAS (End)
Teen FictionLeonidas Lion Strength, yang biasa disapa dengan Leon. Ia mempunyai sifat temperamental, biasa disebut dengan 'raja jalanan' dikarenakan geng motor bernama BRUISER yang diketuai olehnya memiliki akses ke seluruh kawasan Bandung. Bukan hanya itu saja...