- Sheet : 39. Real happiness

4.9K 262 209
                                    

(Ilustrasi)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Ilustrasi)

Empat bulan sudah berlalu, perut Kaiyca pun sudah terlihat buncit sepertinya perkembangan bayi di perut gadis itu bisa dibilang cukup baik dan cepat.

Bukan hanya itu saja, setelah hari dimana kabar baik itu datang. Perlakuan Leon ke pada kaiyca pun mulai membaik, cowok itu sangat sering memberi Kaiyca kejutan atau bahkan membawa makanan sepulang ia sekolah.

Leon memang belum lulus, ia akan lulus tiga bulan lagi. Akhir-akhir ini Leon disibukan oleh tugas-tugas yang diberikan gurunya, namun ia tetap memprioritaskan apapun kemauan dan hal-hal yang berkaitan dengan istrinya—Kaiyca. Contohnya seperti sekarang, cowok itu sibuk menyuapi Kaiyca yang juga sedang menyuapi Elno. Semakin hari, anak kecil itu semakin nakal saja apalagi umurnya satu bulan lagi akan menginjak dua tahun.

"Satu suap lagi, buka mulut lo." Titah Leon, sendok ditangannya masih melayang di depan bibir gadis itu.

Kaiyca menggeleng. "Enggak mau kak, nanti aku mual lagi kamu juga yang repot."

"Gue ga bakalan repot kalau lo gak bandel, nurut cepat buka mulut. Contoh tuh bocil dia nurut pas lo suapin."

"Itu beda ih." Kesal Kaiyca.

Satu alis Leon terangkat, "Apanya yang beda, hm?"

"Bedanya nono gak hamil, aku hamil."

Leon menggeleng tak percaya dengan jawaban yang dilontarkan istrinya barusan. "Masuk akal, tapi walaupun dia disamain sama lo. Gak akan bisa, bodoh."

Kaiyca berhenti menyuapi Elno, sementara anak kecil itu bersorak senang kemudian berlari ke taman bermainnya. Sudah sejak lama ia menunggu momen dimana Kaiyca berhenti untuk menyuapinya.

"Aku gak bodoh, jahat." Ucap Kaiyca dengan bibir bergetar.

Leon menghela nafas panjang, ia lupa jika hormon Kaiyca saat ini sangat mudah tersinggung atau sensitif dengan hal apapun jadi sebelum berbicara lebih baik berfikir dulu jika debat dengan gadis itu.

"Udah diam, jangan nangis. Kalau nangis gak gue peluk lo nanti malam."

Kaiyca tak mendengar ucapannya malahan gadis itu mulai menangis dengan suara cemprengnya.

"HUAAAA, MAMI, PAPI. KAK EO JAHAT, BENTAK-BENTAK KAI!"

"Shut, diam nanti tetangga denger malah di sangka gue kdrt ntar."

"Biarin." Sahut Kaiyca sembari menjulurkan lidahnya, meledek.

Leon mengeram kesal, gadis itu memang selalu saja menguji kesabaran nya. Tidak bisa apa jika sehari saja kaiyca tidak berulah, ia sangat pusing sekarang apalagi karena tugas-tugas nya yang belum selesai dikarenakan gadis itu terus-terusan merengek jika ditinggal.

LEONIDAS (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang