- Sheet : 54. Kutukan.

1.7K 65 0
                                    

Cinta itu kutukan.
Marvez P.j

Udara sore berembus menyentuh kulit kuning langsat Leon. Langit jingga kemerahan seakan memberi tanda bahwa hari akan berganti gelap. Burung-burung berkicauan tanpa lelah sedangkan Leon belum selesai dengan rapatnya, ternyata rapat dimajukan tiga puluh menit dari perjanjian waktu.

"Baik, segitu dulu rapat hari ini. Kalian semua boleh pulang, besok saya perbolehkan libur." Ujar Leon, yang disambut senyuman senang para karyawan.

"Makasih banyak pak." Sahut semua karyawan yang ada di dalam ruangan rapat itu.

Leon mengadakan kepalanya keatas, ia meletakkan kedua tangannya dibelakang kepala. "Huh, cape banget gue. Papi juga kenapa harus gue, tunggu Elno besar dulu, biarin cucunya yang urus." Keluh nya dengan mata terpejam.

Karena terfikir sesuatu, Leon langsung membuka matanya dan refleks bangun dari kursi. "Anjing, gue sampai lupa kalau harus pulang dan beli pesanan Kaiyca sama si bocil." Paniknya, padahal jika terlambat dipastikan Kaiyca tidak akan marah karena gadis itu juga bisa mengerti bagaimana lelahnya Leon setelah pulang bekerja.

Bergegas Leon keluar dari ruangan rapat menuju ruangan pribadinya. Ketika tiba di depan pintu ruangannya, ia sama sekali tidak melihat keberadaan ajeng, pasti perempuan itu sudah pulang terlebih dahulu.

Leon menghela nafas kasar. "Gue pastiin lo bakalan di pecat. Kerjaan gak becus, gak pantas disini. Bikin perusahaan bangkrut aja ntar."

***

Setengah jam kemudian. Mobil berwarna glossy black milik Leon masuk ke dalam perkarangan mansion. Ia memasukkan mobilnya kedalam garasi lalu mematikan mesin mobil.

Leon menenteng tasnya dan juga belanjaan ditangannya. Ia keluar dari mobil sembari berjalan sempoyongan masuk ke dalam mansion, melalui pintu samping yang berada di garasi.

"Assalamualaikum, gue pulang." Ujar Leon, ia meletakkan barang bawaannya lalu menghempaskan tubuh ke atas sofa.

"Wa'alaikummussalam, ternyata kamu, mau aku buatin kopi?" tawar Kaiyca yang baru saja keluar dari life.

Leon mengangguk dengan mata yang terpejam.

"Oke, sebentar ya.. aku ambilin dulu, MAS INI PIPA SUDAH PULANG, TOLONGIN MIMA PIJITIN PIPAMU DONG." Kaiyca mengeraskan suaranya guna memanggil Elno yang berada di kamar.

"IYA-IYA MIMA, MAS KESANA." Sahut Elno dari arah kamar.

Sementara Leon, cowok itu hanya menggeleng kepala pelan ketika mendengar teriakan yang saling bersahutan itu. Padahal tidak perlu saling berteriak, tinggal menekan tombol yang ada di sekitar itu akan tersambung ke setiap kamar yang ada.

"HALLO BAPAK LEON YANG TERHORMAT, APAKAH ANDA SUDAH PULANG? KAMI DATANG NAK MINTA JAJAN."

Teriakan dari luar membuat kepala Leon berasa ingin pecah saat ini juga. "BANGSAT, GUE CAPE ANJING. BISA GAK USAH TERIAK-TERIAK?!"

Elno yang baru saja keluar dari kamarnya, terlonjak kaget mendengar bentakan dari Leon. Ia mengelus dadanya sabar, kebiasaan Leon belum berubah. Ia masih sering tersulut emosi dengan hal-hal sepele jika memang benar-benar merasa lelah.

"Biarin mas aja yang buka, pi." Sahut Elno seraya berjalan ke arah pintu.

Ceklek

Ketika pintu terbuka, tubuh Bevan ambruk kelantai. Membuat Elno dan Bahvin tidak kuasa menahan tawa mereka.

LEONIDAS (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang