Malam ini semuanya berkumpul di taman, Rosa dan Rajash pun ikut serta dalam acara malam ini, yaitu barbeque party.
Bukan hanya berbequean saja namun juga ada layar tancap disana, atas kemauan Kaiyca. Gadis itu meminta agar dipasang layar tancap agar ia bisa menonton film horor bersama-sama.
Beberapa anggota Bruiser lainnya juga ikut serta, taman mansion itu sangatlah luas bisa menampung lebih dari dua ratus orang.
"Kak, aku mau baksonya dong. Tolong ambilin," pinta Kaiyca manja.
"Sebentar." Jawab Leon, ia berdiri dari duduknya dan berjalan menghampiri Bevan dan Bian yang sedang sibuk membalikan bermacam frozen food itu.
Bian menoleh. "Mau apa bos?"
"Bakso, empat. Jangan pedas, sedang aja. Buat Kaiyca."
Bian mengangguk dan mengacungkan jempolnya.
"Sekejap ye," ucapnya.
Beberapa saat menunggu, bakso yang diminta Leon pun matang. Bian meletakkannya di atas piring lalu memberikan kepada Leon.
"Nih bos, dijamin enak bakaran gue. Kalau mau jasa bakar, pc gue aja." Gurau Bian namun tidak digubris oleh Leon, cowok itu berlalu pergi begitu saja tanpa berterimakasih.
"Itu tuh, kalau lahir gak di adzanin jadinya gak tau etika." Cibir Bian kesal.
Mendengar itu, Bevan menyenggol lengan Bian. "Kaya lo beretika aja." Ledeknya.
Bian menunjuk dirinya sendiri. "Gue? Dijamin anak bunda yang sholeh."
"Cih, jelas banget boong nya. Gak pinter boong lo, wajah lo ga menjamin soalnya." Ucap Bevan sembari tertawa keras.
"Anjing lo, bang." Umpat Bian.
***
Leon kembali dengan bakso dan minuman di tangannya. Namun disamping Kaiyca sudah terdapat Rosa yang sedang tengah asik mengobrol dengan gadis itu.
Leon berjalan mendekati. Ia duduk di sisi sebelah kanan istrinya kemudian mengulurkan piring ke depan wajah Kaiyca.Kaiyca terkejut. "Astaga, aku kira apa-an tadi." Ucapnya setelah melihat kesamping.
"Jangan di biasain kaya gitu, nak. Nanti berpengaruh ke janin istri kamu, anak kamu jadi kagetan entar." Ucapan Rosa barusan terdengar sedikit mustahil ditelinga, namun kata-kata itulah yang menjadi kepercayaan nenek moyangnya dulu.
"Gak bakal mami, masih percaya aja." Cetus Leon.
Sementara Kaiyca, ia sangat tenang memakan bakso dan segelas jus apel yang dibawakan Leon. Sekali-kali ia melihat ke arah Rosa dan Leon yang sedang beradu argument.
"Sayang." Panggil Rajash.
Rosa menoleh, ia tersenyum lembut ke arah suaminya itu. "Kenapa mas? Mas perlu sesuatu?"
Rajash menggeleng.
"Trus apa?"
"Saya mau ketemu Elno, dimana anak kecil itu sedari tadi tidak terlihat?" Tanya Rajash yang tertuju pada Leon.
"Mungkin ada di dalam, pi." Jawab Leon seadanya, sebenarnya ia juga tidak tahu kemana bocah itu pergi.
"Cah gue gak ada di dalam." Sahut Bevan yang baru saja tiba.
Mendengar itu, sontak Kaiyca mengehentikan aktivitas makannya. Ia menatap ke arah Bevan, "Maksud kak Van apa? Anak aku gak ada di dalam, kemana?"
Bevan mengangkat bahu pertanda ia juga tidak mengetahui keberadaan anak itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
LEONIDAS (End)
Подростковая литератураLeonidas Lion Strength, yang biasa disapa dengan Leon. Ia mempunyai sifat temperamental, biasa disebut dengan 'raja jalanan' dikarenakan geng motor bernama BRUISER yang diketuai olehnya memiliki akses ke seluruh kawasan Bandung. Bukan hanya itu saja...