- Sheet : 33. Marah

6.6K 311 25
                                    

'Plak!'

Tamparan itu mendarat di wajah Leon dengan sempurna, semua orang di arena balapan itu melihat ke arah mereka berdua.

Sekian kalinya Kaiyca menampar wajah suaminya, namun sekali inilah gadis itu dengan berani menampar Leon di depan umum, banyak orang yang menyaksikan.

"Kamu pikir dengan cara ini aku bakalan balik lagi sama kamu? Kamu pikir, ini bisa menghilangkan semua duka, kesal, sedih, marah, dan kecewa kamu jadi hilang gitu aja? Enggak kak, malahan cara kamu yang jadiin balapan sebagai pelampiasan bakalan jadi Boomerang buat kamu!" pekik Kaiyca dengan tatapan kecewa yang terpancar di matanya.

Leon hanya diam, ia melihat jelas tatapan kecewa yang diberikan Kaiyca untuknya. "Lagi dan lagi, gue bikin lo kecewa Ai." Batinnya berucap sendu.

Karena tidak sanggup melihat kekacauan di depan matanya, Kaiyca membalikan badannya, ketika ingin melangkah. Langkahnya terhenti karena pegangan erat di pergelangannya.

"Lepas!"

"Gak, jangan pergi. Pulang sama gue Kaiyca!" ucap Leon memaksa.

"Gak kak, aku belum bisa. Tolong lepas atau aku bakalan benci sama kam—"

"Benci, benci aja gue asalkan lo bisa pulang sama gue. Terserah mau lo apain cowok brengsek ini, tapi please come back to me..." Lirih Leon sembari menatap nanar punggung istrinya.

Kaiyca memejamkan mata sembari menarik nafasnya dalam-dalam, dan menghembuskan nya. Ia berbalik, menatap wajah Leon, mencari kebohongan disana. Tapi sepertinya kali ini Leon benar-benar menyesal atas sikapnya .

"Surely will not repeat? Kesempatan hanya sekali, kalau sampai kamu mengulang kedua kalinya. Aku ga yakin bisa balik dan maafin kamu, kak..."

"Pikirkan baik-baik," sambung Kaiyca dengan nada lembutnya.

Leon mengangguk yakin, ia meraih tangan Kaiyca untuk di genggamnya. Menatap tulus gadis itu, "Gue yakin, seratus persen yakin tapi untuk berubah secara perkataan maaf Ai gue belum bisa. Tapi secara perlakuan, gue jamin gue bakalan berusaha berubah, untuk lo dan ketenangan jiwa gue."

"But, can't right now, sorry. Tolong ngerti ya, kak? Kasih aku waktu beberapa hari ini untuk mempertimbangkan semuanya." Ucap Kaiyca dengan hati-hati, ia takut akan menyinggung Leon dan cowok itu akan marah besar padannya.

Di luar dugaan, bukannya marah Leon malah memberi senyuman hangat untuknya.

"Gapapa, gue bakalan berusaha ngerti untuk hal-hal yang ga bisa di paksa. Gue mau lo ikut pulang sama gue tanpa paksaan dan memang keinginan dari diri lo sendiri. Lo maafin gue dan kasih kesempatan itu udah lebih dari cukup, thank you for giving me this valuable opportunity." Ujar Leon dengan nada lembut.

"Anjir, gue ga salah denger? Harimau yang biasannya meraung sekarang malah bicara pake nada lembut, woe ini lagi syuting kah?" Ucap Bevan berbisik yang bisa di dengarkan Bahvin dan Marvez.

'Pletak!'

Bahvin menyentil bagian samping kepala Bevan hingga membuat cowok itu meringis pelan. "Diam sehari bisa? Kaya lo ga ngomong bakalan keluar taik aja."

LEONIDAS (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang