Malam harinya,
"Kalau ga sanggup, nyerah."
Suara berat Marvez membuyarkan lamunan Kaiyca yang membuat gadis itu sangat kaget sehingga mengelus naik turun dadanya.
Bukan apa-apa tapi tidak habis pikir, menurutku.
"Kamu ngapain disini, kak?"
Kaiyca memicingkan matanya, "Apa jangan-jangan kamu cosplay jadi kintel?"
"Intel."
"Hooh, so ngapain disini kak? Pertanyaan aku belum kamu jawab loh. Mau ketemu kak Eo ya? Kalau itu maaf banget, dia lagi ga mau di ganggu sekarang." Jelas Kaiyca panjang lebar.
"Jangan maksa, kalau itu bukan jalan lo." Bukannya menjawab Marvez malah menasehati Kaiyca, sampai-sampai gadis itu hanya bisa diam menatapnya.
Kaiyca jika sudah bersama dengan Marvez mereka seperti adik kakak pada umumnya.
Marvez memilih untuk duduk beberapa senti dari tempat kaiyca, agar gadis itu tidak merasa dirinya adalah seorang yang kesepian dan sendirian.
"Setiap rintangan adalah bagian dari perjalanan hidup, dan mungkin sekarang tuhan percaya sama lo buat selesai in rintangan ini. Lo udah ada di pertengahan masih ada waktu untuk memilih maju atau mundur, ikuti kata hati lo ...."
"But, usahakan kalau hati lo ga berbanding terbalik sama pola pikiran lo."
Marvez menepuk pelan pundak kaiyca kemudian berdiri, ia menatap gadis itu tanpa ekspektasi.
"Thanks for the spirit words, ternyata yang dibilang orang-orang itu benar. Kakak memang sebelas dua belas sama kak Eo dari segi ekspresi tapi kalau dari segi sifat kalian beda banget, but pasti ada alasannya kak Eo jadi punya sifat tempramental kayak gitu ..."
"Eum, boleh aku tahu kak?" Ucap kaiyca bertanya dengan perasaan takut bahkan untuk menatap mata elang Marvez dirinya tidak berani.
"Hm?"
"Kakak, kak Eo secinta itu ya sama dia?"
"Siapa?"
"Gadis itu, gadis yang pernah masuk di dalam kehidupan kak Eo. Dia gadis yang berhasil naklukin hati kak Eo—"
Sebelum kaiyca melanjutkan ucapannya, Marvez terlebih dahulu memotong. "Leon dulu bukan orang yang gampang emosi."
"Ha?" kaget kaiyca, selama ini ia hanya mengenal sosok Leon yang sangat tempramental. Sudah terbukti, saat bersama dengannya cowok itu sama sekali tidak pernah bersikap manis kepadanya.
"Hm, sejak kejadian itu. Gue gapernah ngeliat Leon yang tenang lagi, semua yang dia lakuin selalu ngikutin ego tanpa mikirin resiko yang bahkan bisa berakibat fatal untuk dirinya sendiri,"
"Lo mau tau siapa nama gadis itu?"
Kaiyca mengganguk cepat, "mau!"
"Adelia andela, yang biasa di panggil Lia sama Leon. Alm-Adelia menurut gue sosok yang cukup ceria, baik hati, penyayang, perhatian, penuh canda tawa tapi gue juga gak tau kenapa mami Rosa dan papi kekeuh banget buat misahin Leon dan Adelia. Sampai saat ini, gue ga pernah tau alasannya begitupun Leon."
Kaiyca mendengar kata demi kata yang keluar dari bibir tipis milik Marvez dengan seksama, baru kali ini seorang Marvez Pieter Josephan ingin berbicara lebih dari empat kata kepada seseorang yang baru beberapa bulan dia kenali.
"Adelia, kamu sangat beruntung mencintai dan dicintai begitu dalamnya oleh seseorang yang selalu menjadi amin paling serius di hidupku. Adelia, apakah boleh? Jika aku berniat untuk mengantikan posisi kamu di hati kak Eo? Kalau tidak bisa semua, beri aku sedikit ruang disana. Hanya sedikit, tidak lebih."
KAMU SEDANG MEMBACA
LEONIDAS (End)
Teen FictionLeonidas Lion Strength, yang biasa disapa dengan Leon. Ia mempunyai sifat temperamental, biasa disebut dengan 'raja jalanan' dikarenakan geng motor bernama BRUISER yang diketuai olehnya memiliki akses ke seluruh kawasan Bandung. Bukan hanya itu saja...