- Sheet : 30. Keluh kesah

7.4K 381 25
                                    

Matahari terlihat mulai tenggelam di balik senja, sekarang langit sudah gelap hanya ada cahaya bulan dan lampu yang menjadi penerang bumi.

Kediaman Strength. taman yang tidak begitu jauh dari ruang tamu, membuat suara kicauan burung merpati terdengar hingga ke dalam rumah.

Namun ... Kicauan burung terkalahkan dengan suara Leon bernada tinggi yang sedang memarahi Kaiyca habis-habisan.

"PEMBUNUH, LO PEMBUNUH SIALAN!"

"BELUM CUKUP LO BUAT DIA PERGI, DAN SEKARANG GILIRAN KAKAKNYA? GILA, CEWEK TER-ANJING YANG GUE KENAL."

Gadis itu hanya diam terpaku, ia menatap sorot mata hitam milik suaminya itu dengan tatapan nanar, bagaimana bisa Leon menuduhnya seperti itu? Ia benar-benar tidak melakukan apapun yang di tuduhkan Leon terhadapnya. Ia hanya berdiri dengan tatapan bingung dan terkejut. Ia tidak mengerti mengapa Leon bisa berpikir bahwa ia melakukan sesuatu yang salah.

"Kenapa diam? Semua yang gue bilang benar adanya kan? Cih, bahkan lo jauh dari kata iblis, kalau ada pangkat yang lebih tinggi, itu lo." Ucap Leon dengan penuh penekanan, raut wajahnya terlihat sangat marah.

Tyara mengepalkan tangannya, ia menatap tidak suka Leon. "Kalau Kaiyca di atas iblis, lo penguasa persetanan. Mulut lo, dari tadi nyerocos mulu ga berhenti-henti. Bisa-bisanya lo ga dengerin penjelasan Kaiyca dulu, an-" belum sempat melanjutkan ucapan, Leon sudah dahulu memotong.

"SIALAN, JANGAN IKUT CAMPUR!"

"Njing .... " Lanjut Tyara dalam hatinya.

"Suka-suka gue, emang ada larangan di dalam kamus gue, buat gak menyela orang yang ucapannya ga bermutu?"

"Engga ada, wlee!" cibir Tyara, ia menatap sengit Leon.

"ARGHH!" pekik Leon keras.

'BUGH!'

"KAKK EO!"

Leon meninju tembok di sampingnya dengan begitu kuat, hingga membuat tangannya mengalami luka dan mengeluarkan darah. Sekarang ia merasa semakin frustasi dan marah, semuanya bercampur, di satu sisi omongan Tyara ada benarnya juga namun di sisi lainnya, rasa benci menutup ruang kepercayaan Leon untuk Kaiyca.

"Gue tau, fakta memang sepahit itu, tapi ... Lo ga bisa tutup mata, buka mata lo lebar-lebar kalau ga bisa, pakai logika lo, masih ada kan?" Tanya Tyara dengan santai, tanpa takut bahwa cowok di hadapannya sekarang, bisa kapanpun menyerangnya.

Bevan menyenggol lengan Bahvin. "Eh, gue pikir yang berani ngatain paketu cuman Marvez, ternyata masih ada member baru, cewek lagi." Bisiknya.

"Bakalan seru pasti," sambungnya, yang mendapati pukulan kecil pada leher belakangnya oleh Bahvin.

"Sinting." Sahut Marvez yang sedang berdiri di samping Bevan.

"GAUSAH NGAJARIN GUE, DAN JANGAN PERNAH LO BELA CEWE MURAHAN ITU, ATAU LO JUGA SAMA?"

'PLAK!'

Kaiyca menampar cowok itu dengan keras, suara tamparan itu menggema di seluruh ruangan dan pipi cowok itu menghadap kesamping dengan wajah yang terlihat sangat marah.

"Aku memang selalu diam, tapi bukan berarti diamnya aku kamu jadikan sepele. Aku juga manusia, punya perasaan, gak seharusnya Kamu nuduh aku bahkan sampai bawa-bawa kak Tya dengan sebutan yang begitu menyakitkan hati. Aku merasa sangat terhina dan tersakiti dengan ucapanmu itu." Ucap kaiyca, suaranya masih lembut tidak ada tinggian suara.

"Selama ini, aku selalu terima dan bertahan dalam hubungan yang bahkan aku sendiri gak tau kenapa aku harus masuk kedalamnya. Tapi, ini takdir, jalan aku, dan juga pembelajaran hidup aku-" Kaiyca menarik nafasnya saat merasa tercekat, ia menatap Leon dengan air mata yang sudah mengalir di pipinya, menggambarkan rasa sedih dan putus asa yang ia rasakan.

LEONIDAS (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang